Satu detik berlalu
lambannya serasa tujuh windu
ketika arti menunggu
pahit, bagai lidah tertimbun empedu
basah hujan kini tengah menjauh
kering angin semakin riuh bertabuh
barangkali hanya rindu
yang tak pernah mengenal musim
ia bermukim,
pada ruang-ruang jantung penuh candu
semisal hujan tak turun lagi
pun kemarau lantang bicara tak mengenal henti
kupastikan rindu tetap ada di sini
sebab ia jatuh dari hati, bersemi sepanjang hari
umpama langit tak teduh lagi
dan berbidang sungai tak beriak kembali
mata rindu akan selalu terjaga
susupi senyap jiwa berdahaga
sesudah itu,
kita menguyah indah bayangan senja
bersama rindu yang kita punya
lambannya serasa tujuh windu
ketika arti menunggu
pahit, bagai lidah tertimbun empedu
basah hujan kini tengah menjauh
kering angin semakin riuh bertabuh
barangkali hanya rindu
yang tak pernah mengenal musim
ia bermukim,
pada ruang-ruang jantung penuh candu
semisal hujan tak turun lagi
pun kemarau lantang bicara tak mengenal henti
kupastikan rindu tetap ada di sini
sebab ia jatuh dari hati, bersemi sepanjang hari
umpama langit tak teduh lagi
dan berbidang sungai tak beriak kembali
mata rindu akan selalu terjaga
susupi senyap jiwa berdahaga
sesudah itu,
kita menguyah indah bayangan senja
bersama rindu yang kita punya