Dec 30, 2015

Istrimu Bukan Pembantu

Seorang suami yang baik tentu paham, istrinya bukan robot yang bisa bekerja 24 jam full tanpa kenal lelah. Istrinya bukan sosok sempurna dengan anak-anak sempurna, masakan yang sempurna dan rumah yang sempurna tanpa cela. Dia tak sempurna seperti juga dirimu yang jauh dari kata sempurna.

Istrimu adalah partner hidupmu, cinta sejatimu, ibu dari anak-anakmu. Istrimu, dengan segala keterbatasannya adalah juga manusia biasa. Sama halnya sepertimu, ia bisa merasa lelah, marah, jenuh dan tak berguna.

Istrimu, bukan pembantumu. Dan ia sama sekali tak layak kau anggap sedemikian rupa. Seandainya engkau posisikan dirinya sebagai pembantu dengan nafkah bulanan yang engkau berikan sebagai gajinya, maka berapa nominal yang pantas engkau berikan sebagai penebus jasa-jasanya selama ini? Berapa jumlah rupiah kau sanggup untuk membayarnya?

Dengan job description yang demikian banyaknya, skill multitasking dan kepiawaiannya menuntaskan beberapa tugas rumah secara bersamaan, mengasuh anak, memasak makananmu, mengajari anakmu ilmu-ilmu baru, melayani dirimu, mengatur keuangan keluarga, bahkan ikut serta mengambil peran mencari nafkah.

Juga mengandung serta melahirkan anak-anakmu dari rahimnya dengan susah payah dan penuh perjuangan. Dapatkah engkau membayarnya dengan uang?

Maka perlakukan istrimu dengan sebaik-baik perlakuan. Lembutkanlah perkataanmu, berilah ia udzur atas kekurangannya, seperti ia memberi udzur atas kekuranganmu. Dan jika ia bengkok dan keliru, luruskanlah dengan hikmah dan kasih sayang, bukan dengan keangkuhan dan kekerasanmu yang justru akan mematahkannya.

Luangkanlah waktu untuk berduaan saja dengannya, dengarkanlah keluh kesahnya, jadilah sahabat terbaik baginya untuk mencurahkan isi hati. Dan ketika ia penat, jadilah bahu untuknya bersandar. Kalau bukan kepada engkau, suaminya.. kepada siapa lagi ia hendak menumpahkan rasa?

Dukunglah ia untuk meng-upgrade skill dan passionnya yang terpendam selama ini. Mengikuti berbagai kursus, mengembangkan bakat, mengikuti seminar-seminar yang bermanfaat. Selama itu bermanfaat dan tidak melanggar syari’at, why not? 

Berilah ia sedikit jeda dari rutinitas hariannya. Seorang istri  butuh waktu untuk sendiri, untuk berkumpul dengan kawan-kawannya, untuk menyegarkan pikiran sejenak dari tugas-tugas rumah tangga yang seperti tak ada habisnya. Bahkan seorang pembantu rumah tangga memiliki hari libur dan hak untuk mengajukan cuti.

Bagaimana dengan seorang ibu? Adakah waktu libur baginya? Nyaris tak pernah ada. Karena bagi seorang wanita, menjadi ibu bukanlah profesi. Ia adalah kehidupan sekaligus tempatnya mengaktualisasikan diri dengan penuh dedikasi. Being a mother is truly a blessing 

Selalu dan senantiasa.. Ingatkan kembali tujuan hidup kalian berdua selama ini: striving your way together to reach Jannah. Karena kebersamaan di dunia ini tidaklah cukup.

Jika engkau masih enggan untuk turut membantunya dalam pekerjaannya, maka setidaknya, maklumilah dia.. Abaikanlah debu-debu yang menempel di lantai ruang tamu, mainan-mainan yang berserakan di lantai, makanan yang belum siap terhidang di meja.. Yang kaudapati di suatu sore ketika engkau pulang kerja.

Maklumilah bahwa ia hanya punya dua tangan, dua kaki dan satu kepala untuk menuntaskan semua kewajibannya yang hampir tak terhingga itu. Maklumilah bahwa ia hanya sosok wanita biasa dengan tuntutan-tuntutan yang sederhana.

Yaitu agar engkau selalu mencintai, mengerti dan menerima dirinya, sepenuhnya. Karena dalam kehidupan perkawinan kalian berdua, baginya tidak ada yang lebih penting lagi daripada itu.

Tujuan utamanya adalah agar paham prinsip gotong royong dalam keluarga. Again I say: family is a teamwork. Juga untuk melatih kemandirian, mengasah mental untuk bekerja keras dan mengajarkan memikul tanggung jawab.

Membiasakan untuk rajin dan peka terhadap situasi rumah. Kalo ngeliat yang berantakan, bawaannya nggak betah karena sudah terbiasa dengan kerapian. Dan yang paling penting, mengajarkan kepada anak-anak laki agar jangan ada rasa malu ketika mengerjakan pekerjaan rumah tangga.

Begitu Indahnya Pantai PaPuMa Jember

Pada tau gak sih Jember ada dimana? Jember itu letaknya di selatan Jawa Timur, di sebelah barat berbatasan dengan Lumajang dan di timur berbatasan dengan Banyuwangi. Jember juga merupakan salah satu daerah peghasil tembakau terbaik di Indonesia. Cerutunya juga banyak dikirim keluar negeri loh. Satu lagi yang perlu diingat, Jember adalah pelopor acara karnaval kreatif yang saat ini banyak diikuti daerah lain. Yups! Jember Fashion Carnaval (JFC) yang biasa diadakan di bulan Agustus sebagai rangkaian memperingati hari kemerdekaan RI. Selain unggul di perkebunan dan kreatif pemudanya, Jember juga punya lokasi pesisir. Salah satu pantai yang indah dan banyak dikunjungi wisatawan adalah Pantai PaPuMa (Pasir Putih Malikan). Kebetulan kapan hari itu saya sedang senggang dan ingin berwisata bersama suami,  ibu dan saudaraku  yang sedang berada di rumah, kami pun memilih Pantai PaPuMa untuk bersantai. Pantai PaPuMa terletak di Kecamatan Wuluhan, sekitar 45 km dari pusat kota Jember. Perjalanan bisa ditempuh dengan kendaraan pribadi baik roda dua atau roda empat. Tapi jangan menggunakan roda dua tanpa motor ya, tar kaki kalian gempor karena jalannya naik turun. Dan tidak perlu khawatir 45 km itu gak lama kok kalau di Jember karna gak macet, beda sama di kota-kota besar. Dan gak perlu khawatir juga, karena mendekati lokasi Pantai PaPuMa kalian akan merasa seperti sedang musim gugur di Eropa. Coba liat dulu deh..., indahnya luar biasa.



Jalan menuju PaPuMa Diawali perjalanan yang indah, menuju lokasi juga semakin indah. Untuk mencapai PaPuMa kita harus menuruni bukit, nah pemandangan dari atas itu indah banget... Terlihat pasir putih dan kapal-kapal nelayan yang bersandar, dihiasi dua batu besar yang menjulang tinggi.

Pemandangan PaPuMa dari atas Setelah memarkirkan kendaraan, kalian akan melewati banyak pepohonan. Hati-hati ya, karena banyak monyet yang bermain di sekitar pohon. Jangan sampai makanan kalian diambil, apalagi sampe barang berharga  kalian dirampas, nyesel ntar pulangnya.

Di pantai PaPuMa kalian bisa menikmati pemandangan, berjalan-jalan di tepi pantai, makan ikan bakar dan minum es kelapa juga. Saat pantai surut, terlihat ikan-ikan kecil berkejar-kejaran dan beberapa bulu babi. Kalau untuk berenang, kalian bolehnya cuma mencicipi pinggiran pantai. Kenapa? Karena ini pantai selatan. Pantai selatan memiliki kontur yang relatif terjal dan banyak palung, berbeda dengan pantai utara yang landai. So, untuk menghindari resiko, di Pantai PaPuMa dilarang berenang.


Salah satu kapal nelayan yang sandar di PaPuMa
Menyusuri jalan sepanjang pantai Warung seafood di sepanjang pantai

Larangan berenang di pantai

Kalau berkunjung ke Jember, jangan lupa mampir di Pantai PaPuMa ya...

Dec 29, 2015

Cinta Yang Bahagia

Jika membicarakan kebahagiaan,kita harus mengetahui diri sendiri, apa yang membuat kita merasa bahagia. Sebab, kebahagiaan harus kita sendiri yang membuat, bukan kita yang mencarinya. Asal muasal rasa bahagia berada di dalam sanubari kita sendiri. 
Percuma pergi ke ujung dunia untuk mencari kebahagiaan. Kebahagiaan tak akan kita dapatkan di mana pun, kecuali kita yang membuat diri sendiri berbahagia di mana pun dan kapan pun. 

Salah satu faktor yang paling penting untuk membuat kita tetap bahagia, adalah mencintai dan merasa dicintai. Bersikaplah realitis dan rencanakan sejumlah mukjizat untuk diri sendiri dan merasakan kebahagiaan itu datang dan terjadi pada kita, sebab cinta itu perlu keutuhan tubuh, pikiran, dan jiwa. 

Cinta seperti segala sesuatu lainnya adalah sebuah pilihan. Pada setiap saat dalam perjumpaan dengan orang lain, atau dalam setiap pikiran tentang diri kita sendiri, kita memiliki suatu pilihan: entah untuk menghakimi atau coba untuk mengerti terhadap apa yang sedang dihadapi, yang harus dijalani, dan yang akan direncanakan. 

Cinta adalah energi. Rasakan energi itu mengalir ke dalam bagian tubuh kita, maka kita merasakan satu kehangatan, kedamaian, dan kebahagiaan, memasuki tubuh dan sanubari. 

Dan energi cinta itu tidak harus selalu kita dapatkan dari luar. Justru yang paling manjur adalah cinta yang dihasilkan dari diri kita sendiri. Dengan mencintai dan jujur pada diri kita sendiri tentang arti cinta, maka kita tidak akan menyia- nyiakan cinta yang sudah ada dan ber- tumbuh dalam diri kita. Itulah awal pabrik kebahagiaan berproduksi dalam hati. 

Sering terjadi pada banyak pasangan yang menyia-nyiakan perasaan cinta, yang tadinya menjadi suatu awal untuk keputusan hidup bersama. Kita sering lengah untuk memelihara cinta tersebut. 

Cinta yang dalam adalah dalam bentuk kasih sayang yang bisa kita ibaratkan seperti sebuah otot dalam tubuh kita, semakin dilatih dan dipelihara, maka akan jadi semakin kuat dan semakin bermanfaat untuk melancarkan gerakan dalam hidup. 

Pada saat cinta mulai memudar dan perlahan tapi pasti kasih sayang terhadap pasangan mulai menghilang, maka kita baru sadar bahwa selama ini kita tidak menghargai keberadan cinta pasangan kita. Di saat kita memiliki penuh, justru kita sia-siakan! Tetapi, di saat kita mulai merasa terancam kehilangan, kita berusaha mati-matian untuk mendapatkan pengakuan bahwa dia harus tetap menjadi milik kita! Sayangnya, dalam berjuang mempertahankan atau mencoba mengembalikan cinta pasangan, yang banyak terjadi adalah kita tidak kembali merebut cinta dengan cinta. 

Kita salah langkah, salah bertindak, juga salah mengadaptasikan kembali cinta itu pada keharmonisan hubungan. Maka, yang terjadi adalah cinta semakin jauh untuk dikembalikan dan semakin jauh pula untuk diraih.

Dec 27, 2015

Di Keabadian Cinta

Yang tertinggal hanya butiran sesal....
menghimpit sesak dalam jiwa... 
yang tersisa hanya segumpal airmata...
menghentak di sudut luka...
cinta tak pelak menghapus dalam nanar...
cinta akhirnya sentuh bagian perih.... 
cinta mendekap dalam luluh... 
cinta membuai dalam lirih... 
maafku untuk seluruh sakitmu... 
maafku untuk seluruh lukamu... 
senyum kini mulai membias biru... 
membawa setitik tawa dalam senja... 
semua akan indah pada waktunya.... 
semua akan bahagia pada akhirnya.... 
hanya torehan harapan dan asa... 
hanya lukisan mimpi akan masa depan... bersamamu... 
berdua.... 
menapaki tangga cinta dan kerinduan... 
hingga diujung waktu.... 
saat kedua mata tak mampu membuka... tertutup rapat dalam damai keabadian cinta selamanya...

Membaca Dan Menulis

Saya membaca di suatu media cetak, bahwa orang-orang di jaman media sosial saat ini mengalami kesulitan untuk membiasakan dirinya « membaca linear ».. yakni membaca suatu teks secara runut dan tuntas dalam bentuk bacaan yang murni teks, karena sejatinya orang-orang yang terbiasa dengan telepon pintar dan aplikasi-aplikasi di dalamnya cenderung terkurung dengan kenyamanan membaca cepat (scanning)terutama pada tampilan teks yang singkat dan dipadupadankan dengan gambar.

Dalam media tersebut dijabarkan, dengan sulitnya membiasakan membaca linear, orang-orang menjadi semakin sulit untuk fokus terhadap satu hal. 

Dalam hal ini mungkin untuk menuntaskan satu artikel panjang yang penuh teks, tampaknya membutuhkan banyak waktu. Lain jika terbiasa dengan membaca majalah dengan tampilan teks, gambar dan tajuk utama serta sub-tajuk yang dapat mewakili konteks artikel secara keseluruhan, biasanya tidak memerlukan konsentrasi yang lebih banyak, serta pemahaman menjadi lebih mudah.

Prihatin ? Lumayan. Tidak bermaksud hipokrit bahwa saya juga menyukai majalah dan sesuatu yang populer dan ringan. Tapi perlu diakui bahwa artikel dan buku dengan konten murni teks di dalamnya adalah hal yang juga perlu dieksplor dan dibaca. Terutama bagi mereka yang merupakan mahasiswa/i hukum yang diwajibkan membaca buku dan berpikir analisis secara kontekstual, tentu harus memiliki kebiasaan membaca linear dan fokus terhadap satu bacaan sampai tuntas.

Mungkin harus dibiasakan dengan kebiasaan yang akumulatif ; diawali dengan teks pendek, mencoba mencari majalah yang lebih banyak bobot artikelnya, dan setiap harinya berkembang menjadi satu artikel, dua artikel, satu buku, dua buku, sampai dikemudian hari membaca menjadi kebutuhan tersendiri untuk mengisi waktu. 

Tentu dengan syarat dan kondisi : carilah buku dan bacaan yang bermutu.Bagaimana dengan menulis ?Saya suka menulis, mau itu tulisan sampah, tidak ada pentingnya sama sekali, sampai yang tidak perlu dibaca, yang penting saya tulis. 

Tulisan tidak akan pernah punah sampai kapanpun, dan tulisan merupakan transkrip atau manuskrip yang tak lekang oleh waktu, bahkan sejak jaman purbakala pun, tulisan dan tipografi sudah terciptakan dan dikembangkan oleh peradaban manusia.Menulis, dapat melampiaskan kebiasaan buruk yang saya punya, yakni “pelupa”. 

Dengan menulis, maka saya dapat merekonstruksikan kembali suatu peristiwa dari hal-hal kecil sampai besar dalam suatu wacana yang sifatnya evaluatif.Menulis juga dapat dijadikan bentuk refleksi diri dan mendokumentasikan suatu peristiwa dalam bentuk teks. 

Pada masa yang akan datang, kamu bisa menelusuri siapa kamu dan berada di mana dirimu ketika menulis hal tersebut, apa yang kamu dapat, pengetahuan seperti apa yang pernah kamu peroleh dan pencapaian tertentu...dan yang terakhir, menulis juga berguna untuk melampiaskan emosi.

Setiap manusia pasti membutuhkan media untuk melampiaskan emosinya, bukan?Setiap ciptaan pasti memiliki batas tertentu sampai di mana ia sanggup menahan dan melepaskannya.

Robot manufaktur yang diciptakan dan memiliki masa pakainya sendiri.Makanan instan yang memiliki batasan tanggal kadaluarsa untuk dikonsumsi.

Manusia yang memiliki tingkat kesabaran dan batasan tertentu...yang tak terbatas tentu saja hanya milik Semesta.

Dec 16, 2015

Jangan Menilai Orang Dari Ibadahnya Tetapi Nilailah Dari Perilakunya

BANYAK orang Indonesia yang mudah terkecoh atau tertipu penampilan. Misalnya, orang yang pakai gelar sarjana dianggap orang pandai, orang yang pakai gelar H/Hj atau Haji/Hajah dikira orang yang suci, orang yang punya rumah mewah dan mobil mewah dianggap orang suci. Koperasi simpan pinjam yang dikelola oleh seorang ustadz dikira orang jujur. 
Pengobatan yang dilakukan seorang ustadz dipercaya walaupun bayarnya mahal.  Pilih capres karena wajahnya ganteng. Pilih caleg karena janjinya indah sekali. Orang yang rajin beribadah atau rajin ke masjid dianggap orang baik-baik.  Mereka yang berpeci, berjilbab, bersurban, memakai jubah putih dianggap orang yang semua ucapannya layak dipercaya. Buntut-buntutnya mereka pembohong, penipu atau pelaku kriminal. Tak jarang juga mereka pengidap psikopat atau penderita sakit jiwa terselubung.

Apakah agama itu?

Agama adalah “pedoman perilaku”. Tidak lebih dari itu. Agama bukan pengubah perilaku. Agama bukan penentu perilaku. Baik tidaknya perilaku manusia tergantung manusia itu sendiri. Tidak ditentukan agamanya, ibadahnya, gelar sarjananya, gelar haji/hajahnya,pecinya atau jilbabnya. Perilaku manusia ditentukan oleh manusia itu sendiri.

Banyak penipuan mengatasnamakan agama

Cukup banyak penipuan dengan kedok agama. Banyak yang berpenampilan sok suci, sok jujur dan sok bersih ataupun sok sopan. Mulai dari meminta sumbangan dengan dalih untuk pembangunan masjid, dari RT ke RT. Akan mengadakan acara ini acara itu atas nama agama. Pengobatan alternatif yang bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit. Menjual stiker-stiker agama, buku-buku agama. Mengadakan kegiyatan rukiyah atas nama agama.  Dan semua kegiatan agama dan atas nama agama tetapi punya-punya maksud menipu.

Kenapa masyarakat kita mudah ditipu?

Sebab, semua kegiatan yang mengatasnamakan agama dianggap benar-benar bertujuan baik. Apalagi ada “ajaran” umat beragama tidak boleh “suudzon”. Tidak boleh berprasangka buruk. Bahkan juga ada sikap “sami’ na wa atho’na yang mengatakan “saya mendengarkan dan saya melakukannya”, apa yang dikatakan guru agamanya dianggap benar dan diikuti. Apalagi masyarakat kita sangat mengharga profesi guru agama, ustadz atau ulama. Bahkan partai yang berazaskan agama juga dianggap benar-benar membawa aspirasi umat beragama, terutama umat Islam. Husnudzon atau prasangka baik masyarakat telah disalahgunakan oleh oknum-oknum yang mengaku guru agama, ustadz atau ulama. Semua tujuan yang baik ternyata hanya “kelihatannya” saja. Semua tujuan baik telah disalah gunakan.

Perlunya sikap berhati-hati

Tidak ada cara lain untuk menghindarkan diri dari penipuan yang berkedokkan agama atau profesi-profesi agama. Jika perlu bertanya kepada orang lain yang sudah punya pengalaman dan terbukti positif. Berhati-hati tidak sama dengan bersuudzon. Berhati-hati artinya “percaya” tetapi hanya “50%” dulu. Sebab, yang “50%” adalah hal-hal yang masih harus dibuktikan dulu berdasarkan saksi, bukti atau fakta.

Agama bukan untuk dikomersilkan

Ada baiknya semua umat beragama sadar bahwa agama bukanlah untuk dikomersilkan. Ayat-ayat suci bukan untuk diperjual belikan. Kalau alasannya “cari makan”, maka sebaiknya cari usaha lain yang halal. Cara-cara halal jumlahnya sangat banyak dan sangat terbuka lebar. Dunia usaha halal jumlahnya ada ratusan ribu usaha. Mulai dari yang tanpa modal, modal sedikit, modal sedang hingga modal besar. Yang penting ada kemauan dan semangat.

Banyak yang rajin beribadah tetapi perilakunya buruk

Cukup banyak orang yang rajin beribadah tetapi perilakunya buruk. Antara lain sirik. Pinjam uang tidak mau bayar. Suka mencela dan memfitnah. Berpenyakit hati (sombong dan lain-lain). Membenci agama lain, membenci suku lain dan semacamnya. Suka menyalahkan orang lain. Narsis berlebihan. Suka mengucapkan kata kasar, tak sopan dan tak senonoh. Suka berbohong atau menipu. Suka ingkar janji. Buang sampah sembarangan. Tidak disiplin berlalu lintas. Suka melanggar peraturan perundang-undangan. Korupsi, kolusi, nepotisme, suap,sogok,gratifikasi. Berbuat maksiat. Dan, perilaku buruk lainnya.

Sebaiknya pendekatan ke orang yang bisa dipercaya

Sebaiknya kita tidak mudah percaya kepada siapapun juga sebelum ada bukti, saksi dan fakta. Jika perlu, kita wajib bertanya kepada orang-orang yang benar-benar bisa kita percaya. Yang pasti jangan mudah terkecoh oleh penampilan seseorang. Jangan mudah terkecoh oleh agama atau ibadah seseorang. Nilailah orang dari perilakunya, dari kualitasnya, bukan dari yang lain-lain.

Dec 15, 2015

Sesuatu Yang Sempurna

“Jika engkau mencari orang yang sempurna untuk menjadi pendampingmu, umurmu akan habis sebelum menemukannya. Menikah itu saling berbenah.

Bukan setaranya jenjang pendidikan yang menjadikan suami-istri bahagia, tetapi penerimaan dan saling ridha yang jauh lebih berharga. Betapa banyak yang sama-sama tinggi jenjang pendidikannya, tapi ruwet pernikahannya. Bahkan sejak tahun awal pernikahan, sudah penuh dengan kisah pertengkaran.

Makin tinggi harapan tentang apa yang ingin kita raih dalam pernikahan, makin sulit merasakan kebaikan pasangan kita, meski ia sangat baik. Makin besar yang ingin kita perjuangkan dalam pernikahan, makin mudah kita menerima kekurangannya. Kita lebih berlapang dada untuk berbenah.

Inilah yang lebih penting untuk kita siapkan. Berapa banyak yang menikah dengan berbekal cinta menggebu, tapi segera kecewa usai bulan madu.”

Sifat Genit Merendahkan Harga Diri Seseorang Dan Harga Diri Pasanganya

Saya tuh orangnya, paling alergi sama laki-laki dan perempuan yang genit. Yang ganjen, lenjeh, whatever you named it lah.Genit ketika berpapasan dan memandang lawan jenisnya. Itu mataaa.. hobinya piknik kemana-mana. Or pas nunduk nemu duit di jalan. Bagusnya dipakein kacamata kuda aja nih yang model begini.

Genit dalam berkata-kata kepada lawan jenisnya. Baik di dunia nyata maupun maya. Kalo ketemu lawan jenisnya (apalagi yang kinclong) suka lempar senyum, cengar cengir geje. Kalo chatting suka kirim smiley, emot-emot unyu. Haha-hihi nggak penting. Sengaja milih kalimat yang bikin hati keruh, bikin lawan jenisnya ge-er. Malah terkadang sudah tidak sungkan-sungkan langsung chat ngeres yang berbau seks dan langsung aja saling kirim foto telanjang, yang perempuanya sudah gatel kirim pose telanjang tanpa ragu, iya kalau bodynya aduhhay atau semlohay kayak artis, lah ini bentunya syala...la..la..la loh, ya maklum sudah tante-tante beranak, tapi pede'nya abege abis. 

Genit dalam pergaulan dengan lawan jenis. Meremehkan ikhtilat. Meski sudah sama-sama menikah, tapi kelakuan mirip abege yang lagi puber. Nada suara mendayu-dayu sampai lirikan mata yang mengandung arti. Sampai yang lihatnya risih dan malu sendiri.Genit dalam banyak hal, atuhlah. Pokoknyamah bikin eneug yang lihat dan denger. Bikin polusi. Bikin pengen nyari baskom. Bikin pengen nyiram pake air seember biar bubar. 

Dari segi usia dan jam terbang, kita ini mah apalah apalah..”Wal’iyadzubillah..Semoga Allah jauhkan kita dan keluarga dari sifat yang demikian. Dan semoga semua laki-laki dan perempuan semacam itu segera diberi hidayah oleh Allah.That’s why saya wanti-wanti banget sama adik-adik perempuan saya, teman dekat saya, dan anak perempuan juga anak lelaki saya kelak:“Jangan mau dinikahi oleh pria atau wanita yang genit. Mau seganteng, secantik, setajir dan sepopuler apapun, kalo genit: Blacklist!” 

Makan ati banget lho punya pasangan yang nggak bisa jaga mata dan kehormatan diri. Sebagai pasangan kita akan dihantui rasa curiga terus menerus. Jangan-jangan, di belakang kita dia… bla bla bla. Apalagi bagi mereka yang “mengharamkan mutlak” pasangannya untuk membuka gadget dan barang-barang pribadinya. Banyak kejadian itu nyata di sekitar saya. Gadget selalu dipassword, disilent, disimpan dalam tas. Sampai kalo lagi mandi atau tidur, ada panggilan telepon atau SMS masuk, pasangan dan anak-anaknya nggak boleh ada yang buka, apalagi jawab. Kalo ketahuan ada yang buka, bisa marah besar.Tanda tanya dong.. Kalau memang nggak ada “sesuatu” kenapa harus se-ekstrem itu coba? Kalo memang isinya biasa-biasa saja, tidak ada yang perlu ditutupi, kenapa harus paranoid banget, khawatir pasangannya tahu isi gadgetnya? Aha! Meski tidak semua orang yang strict soal privacy gadget itu menyembunyikan sesuatu, tapi yang seperti itu ada dan nyata. 

Seseorang yang genit, secara tidak sadar, ia merendahkan harga dirinya dan harga diri pasangannya. Iya, sifat genit itu merendahkan harga diri seseorang plus harga diri pasangannya, menurut saya. Bikin malu diri sendiri dan pasangan.Tapi nggak tau juga ya kalau memang rasa malu itu sudah hilang dalam dirinya. Padahal rasa malu itu adalah bagian dari iman. Jika rasa malu seseorang telah hilang, maka imannya layak untuk dipertanyakan. 

Nasehat ulama terdahulu: “Jika engkau tidak malu, maka berbuatlah sekehendak hatimu.”Sifat genit adalah musibah. Ia membuka peluang untuk terjadinya zina. Betapa banyak perselingkuhan dimulai dari longgarnya hijab antara laki-laki dan perempuan, yang berujung kepada hilangnya rasa malu. Ketika bahaya ikhtilat mulai diremehkan, ketika itulah pintu perselingkuhan mulai terbuka lebar. 

Honestly, saya pribadi lebih suka dibilang, “perempuan galak dan perempuan tidak ada basa basinya", daripada dibilang“perempuan genit”, ihh amit-amit. Kalau di tempat kerja saya, saya terkenal orang yang paling tidak ramah dan galak, haha..., karena bagi saya memposisikan ramah apa tidak saya tempatkan ke posisi yang pas dan benar, kalau menurut saya orang yang genit sama saya, itu sudah kurang ngajar, wajar dong kalau saya galak terus saya tendang, saya tidak bisa bersikap seperti teman saya yang ramah abis padahal itu sikap genit, itulah susahnya manusia yang tidak bisa membedakan antara genit dan ramah, saya mah cuma bisa tepuk jidad aja.

Demikianlah edisi curhat habis liat chat laki-laki genit dengan wanita genit di sebuah forum hari ini. 

Dec 12, 2015

Eling Karo Bojomu, Waspada Ojo Nganti Selingkuh



Ajaran Ronggowarsito tersebut mengandung semangat yang sangat positif. Eling, dimaknai sebagai selalu ingat akan kebenaran dan kebaikan. Maka dalam kehidupan berumah tangga, eling harus dimaknai sebagai selalu ingat akan rambu-rambu kebenaran dan kebaikan dalam menjalani hidup berumah tangga. 

Ingat bahwa anda sudah memiliki pasangan yang sah atas nama negara dan agama. Ingat anda sudah memiliki suami atau istri. Ingat anda sudah memiliki anak-anak. Ingat pernikahan adalah akad atas nama Allah yang dicatat dalam lembar dokumen negara. Ingat bahwa sebagai suami dan istri harus menjalankan peran, kewajiban dan tanggung jawabnya. Ingat bahwa sebagai suami dan istri harus selalu berusaha merawat cinta dan kasih sayang. Ingat bahwa sebagai suami dan istri mereka harus saling percaya, saling menjaga dan saling setia. Ingat bahwa sebagai suami dan istri mereka harus saling menguatkan untuk menetapi tuntunan agama dan menjalankan berbagai kewajibannya. 

Sedangkan waspada (waspodo) adalah ajaran agar selalu mewaspadai adanya godaan, ancaman, tantangan, gangguan, hambatan dalam menjalani hidup berumah tangga. Pasangan suami dan istri harus selalu waspada, agar tidak tergoda oleh ajakan untuk melakukan perselingkuhan. Jangan sampai terpeleset dan terperosok dalam perbuatan yang tercela, yang akan membawa petaka dalam kehidupan berumah tangga.

Waspada akan banyaknya godaan, bahwa ada banyak wanita idaman lain dan pria idaman lain yang bisa merusak kebahagiaan keluarga. Waspada untuk selalu membentengi diri dan keluarga dari berbagai pengaruh negatif akibat kemajuan zaman. 

Jadi, jangan dibalik-balik ya.... Elingo karo bojomu, waspodo ojo nganti siro kepencut wanito liyo. Elingo karo lanangmu, waspodo ojo nganti siro kepencut priyo liyo. Begitu harusnya kita memahami pitutur eling lan waspada.

Dec 10, 2015

Persiapan Mental Menjelang Pernikahan.




Persiapan melakukan apapun adalah awal dari keberhasilan. Apalagi untuk sebuah pernikahan, momen besar dalam kehidupan seorang laki-laki dan seorang perempuan. Momen besar bagi mempelai laki-laki karena ia akan bertambah amanah --dari tanggung jawab atas dirinya sendiri menjadi tanggung jawab terhadap sebuah keluarga. Ia akan menerima limpahan perwalian seorang perempuan dari ayah atau wali yang lain. 

Bagi seorang perempuan momen besar itu lebih luar biasa lagi. Ia akan mempersilakan seorang laki-laki yang tadinya bukan siapa-siapa, untuk memimpin dan menampingi dirinya. Kerelaan yang sungguh luar biasa. Untuk sebuah peristiwa bersejarah itulah laki-laki dan perempuan hendaknya memiliki kesiapan diri secara mental spiritual, selain tentu saja persiapan secara konsepsional, fisik, material dan sosial. 

Dalam tulisan ini, saya hanya akan membahas tentang persiapan mental menjelang pernikahan. 

Persiapan Mental, Seperti Apakah? 

Banyak pemuda yang merasa belum memiliki kesiapan mental, sehingga merasa belum siap untuk menikah. Sesungguhnya, kesiapan secara mental ditandai oleh mantapnya niat dan langkah menuju kehidupan rumah tangga. Tidak ada rasa gamang atau keraguan tatkala memutuskan untuk menikah, dengan segala konsekuensi atau resiko yang akan dihadapi paska pernikahan.

1. Mental Memimpin dan Dipimpin 

Jika anda seorang laki-laki, harus ada kesiapan dalam diri anda untuk bertindak sebagai qawam (pemimpin) dalam rumah tangga. Bersiap menjadi pemimpin dan pelindung bagi isteri dan anak-anak, bersiap untuk berfungsi sebagai bapak bagi anak-anak yang akan lahir nantinya dari pernikahan. 

Harus ada kesiapan dalam diri anda untuk menanggung segala beban-beban kepemimpinan yang disebabkan oleh karena posisi anda sebagai suami dan bapak. Misalnya saja siap untuk menjadi contoh teladan yang baik bagi isteri dan anak-anak, siap untuk membimbing isteri dan anak-anak menuju surga, siap untuk berlaku bijak dalam interaksi dengan isteri dan anak-anak. 

Bagi seorang perempuan, harus ada kesiapan dalam diri untuk membuka ruang baru bagi intervensi seorang mitra yang bernama suami. Kesiapan untuk mengurangi sebagian otoritas atas diri sendiri lantaran kemitraan dengan suami dalam kebaikan. Harus ada kesiapan dalam diri anda untuk menyediakan ruang “dipimpin” oleh suami. Sebagai isteri, anda akan mengelola rumah tangga bersama suami. Bagaikan pilot dan co-pilot tatkala menjalankan tugas mengendalikan penerbangan, anda berdua harus kompak dan memiliki kesamaan visi sehingga pesawat bisa terbang dengan nyaman dan aman hingga sampai tujuan.

2. Mental Menafkahi dan Mengelola Keuangan 

Bagi kaum laki-laki, harus ada kesiapan mental untuk menafkahi seluruh anggota keluarga. Bukan semata terkait besaran finansial yang telah dan akan dimiliki, yang lebih penting adalah memiliki kesiapan mental untuk menanggung beban kehidupan finansial seluruh anggota keluarga. Mentalitas ini ditunjukkan dengan etos kerja yang tinggi dan sikap pantang menyerah dalam mencari rejeki yang halal. Memiliki semangat yang tinggi untuk mencari penghidupan yang layak bagi keluarga. 

Bagi perempuan, boleh saja bekerja mencari nafkah bagi keluarga, namun harus mempertimbangkan tugas untuk melakukan pendidikan anak dan mengelola aktivitas rumah tangga. Sangat penting untuk memiliki kesiapan mengelola keuangan, sehingga bisa tepat dalam pembelanjaan dan menghindarkan dari kemubadziran serta pemborosan. Isteri bersama suami harus mengelola keuangan rumah tangga dengan cermat, hemat dan tepat.

3. Mental Menjadi Bapak dan Ibu Rumah Tangga Sebagai suami, anda adalah bapak rumah tangga. Harus memiliki kesiapan mental untuk menjadi bapak, disebut sebagai bapak, dan tentu harus memiliki sejumlah ketrampilan teknis dalam mengelola urusan renik-renik berumah tangga. Bukan hanya soal memimpin dan mencari nafkah, namun juga harus bisa mengerjakan aneka kegiatan kerumahtanggaan. Kesiapan untuk mendidik anak-anak dan menghantarkannya untuk mencapai kebaikan dan kesuksesan hidup dunia akhirat. 

Jika anda seorang isteri, anda adalah ibu rumah tangga. Harus ada kesiapan mental untuk menjadi ibu, disebut sebagai ibu, kesiapan untuk hamil, melahirkan dan menyusui. Kesiapan untuk menanggung beban-beban baru yang muncul akibat hadirnya anak. Kesiapan untuk mendidik anak dan menghantarkannya sampai dewasa. Tentu saja harus pula memiliki sejumlah ketrampilan praktis kerumahtanggaan.

4. Mental Membangun Keseimbangan dalam Kebaikan Jika anda ingin mendapat pasangan yang baik, jadikan diri baik terlebih dahulu. Jika ingin mendapatkan isteri yang shalihah, jadikan diri anda shalih terlebih dahulu, dan sebaliknya. Bagaimana anda menuntut isteri anda sekualitas Fatimah, sedangkan anda sendiri tidak sekapasitas Ali ? Bagaimana mungkin anda berharap isteri anda setabah Sarah dan Hajar, sedangkan anda tidak sekokoh Ibrahim as ?

Jika ingin memiliki suami yang setia, jadikan diri anda wanita yang setia. Jika ingin memiliki isteri yang suci, jadikan diri anda laki-laki yang suci. Jika ingin mendapatkan pasangan hidup yang menjaga kehormatan diri, jadikan anda orang yang menjaga kehormatan diri. Mulailah dari diri anda sendiri, jangan hanya menuntut pasangan anda melakukannya.

Aku Rindu