Dec 27, 2015

Membaca Dan Menulis

Saya membaca di suatu media cetak, bahwa orang-orang di jaman media sosial saat ini mengalami kesulitan untuk membiasakan dirinya « membaca linear ».. yakni membaca suatu teks secara runut dan tuntas dalam bentuk bacaan yang murni teks, karena sejatinya orang-orang yang terbiasa dengan telepon pintar dan aplikasi-aplikasi di dalamnya cenderung terkurung dengan kenyamanan membaca cepat (scanning)terutama pada tampilan teks yang singkat dan dipadupadankan dengan gambar.

Dalam media tersebut dijabarkan, dengan sulitnya membiasakan membaca linear, orang-orang menjadi semakin sulit untuk fokus terhadap satu hal. 

Dalam hal ini mungkin untuk menuntaskan satu artikel panjang yang penuh teks, tampaknya membutuhkan banyak waktu. Lain jika terbiasa dengan membaca majalah dengan tampilan teks, gambar dan tajuk utama serta sub-tajuk yang dapat mewakili konteks artikel secara keseluruhan, biasanya tidak memerlukan konsentrasi yang lebih banyak, serta pemahaman menjadi lebih mudah.

Prihatin ? Lumayan. Tidak bermaksud hipokrit bahwa saya juga menyukai majalah dan sesuatu yang populer dan ringan. Tapi perlu diakui bahwa artikel dan buku dengan konten murni teks di dalamnya adalah hal yang juga perlu dieksplor dan dibaca. Terutama bagi mereka yang merupakan mahasiswa/i hukum yang diwajibkan membaca buku dan berpikir analisis secara kontekstual, tentu harus memiliki kebiasaan membaca linear dan fokus terhadap satu bacaan sampai tuntas.

Mungkin harus dibiasakan dengan kebiasaan yang akumulatif ; diawali dengan teks pendek, mencoba mencari majalah yang lebih banyak bobot artikelnya, dan setiap harinya berkembang menjadi satu artikel, dua artikel, satu buku, dua buku, sampai dikemudian hari membaca menjadi kebutuhan tersendiri untuk mengisi waktu. 

Tentu dengan syarat dan kondisi : carilah buku dan bacaan yang bermutu.Bagaimana dengan menulis ?Saya suka menulis, mau itu tulisan sampah, tidak ada pentingnya sama sekali, sampai yang tidak perlu dibaca, yang penting saya tulis. 

Tulisan tidak akan pernah punah sampai kapanpun, dan tulisan merupakan transkrip atau manuskrip yang tak lekang oleh waktu, bahkan sejak jaman purbakala pun, tulisan dan tipografi sudah terciptakan dan dikembangkan oleh peradaban manusia.Menulis, dapat melampiaskan kebiasaan buruk yang saya punya, yakni “pelupa”. 

Dengan menulis, maka saya dapat merekonstruksikan kembali suatu peristiwa dari hal-hal kecil sampai besar dalam suatu wacana yang sifatnya evaluatif.Menulis juga dapat dijadikan bentuk refleksi diri dan mendokumentasikan suatu peristiwa dalam bentuk teks. 

Pada masa yang akan datang, kamu bisa menelusuri siapa kamu dan berada di mana dirimu ketika menulis hal tersebut, apa yang kamu dapat, pengetahuan seperti apa yang pernah kamu peroleh dan pencapaian tertentu...dan yang terakhir, menulis juga berguna untuk melampiaskan emosi.

Setiap manusia pasti membutuhkan media untuk melampiaskan emosinya, bukan?Setiap ciptaan pasti memiliki batas tertentu sampai di mana ia sanggup menahan dan melepaskannya.

Robot manufaktur yang diciptakan dan memiliki masa pakainya sendiri.Makanan instan yang memiliki batasan tanggal kadaluarsa untuk dikonsumsi.

Manusia yang memiliki tingkat kesabaran dan batasan tertentu...yang tak terbatas tentu saja hanya milik Semesta.

Aku Rindu