May 4, 2016

Kebiasaan Menjadikan Keistimewaan

Apakah kamu pernah membayangkan berada di sebuah tempat yang jauh dan luar biasa indah? Atau mungkin, memiliki barang mewah yang sampai detik ini terasa mustahil untuk dimiliki? Atau bisa jadi, bermimpi melakukan hal luar biasa yang tidak pernah kamu lakukan sebelumnya, karena memang itu bukan kebiasaanmu? Pernahkah?

Lalu pada suatu waktu kamu merindukan seseorang. Bukan hanya sosoknya, namun kebiasaan yang kamu lakukan bersamanya. Hal-hal yang sangat biasa dan tampak tidak mewah.

Tahukah kamu apa artinya itu?

Bahwa bukan sesuatu yang wah yang bisa menjadi istimewa. Namun hal-hal biasa, yang menjadi kebiasaan yang dilakukan bersama orang-orang tersayang.

Bahwa pada satu waktu kamu akan sadar bahwa…
 

Kebiasaan bersama orang-orang tersayang adalah istimewa. Dan hal-hal itu, sama sekali tidak (perlu) mewah.

May 3, 2016

Menjadi Perempuan Yang Bisa Diandalkan

Masih ingat quote dari bang Tere Liye yang kurang lebih begini, “Perempuan itu harus gesit, tangguh, cekatan, rajin dan tekun.”

Berguru pada hipwee(com), “Jadilah perempuan yang mandiri, mempunyai cita-cita tinggi dan bisa diandalkan.”

Dari dunia medis menyatakan, “Setiap anak diwariskan tingkat intelektual dari kromosom 1 gen ibunya, bukan ayahnya. Oleh karena itu carilah calon istri yang pandai, bukan cantik.” –Dr. Rina Masadah Sp. PA, M.phil-

Dan ini dari sahabatku yang baik hati, mbak AADC, “Entah akan berkarir atau menjadi ibu rumah tangga, seorang wanita wajib berpendidikan tinggi karena ia akan menjadi ibu. Ibu-ibu cerdas akan menghasilkan anak-anak cerdas.” –Dian Sastrowardoyo-

Jauh sebelum pernyataan-pernyataan di atas, ada hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, “Barang siapa mempunyai dua/tiga orang anak perempuan yang dijaga dan dibesarkan dengan baik, maka anak-anak tersebut akan menjadi penghalang orang tuanya dari api 
neraka.”

Perempuan, betapa kita sangat didamba oleh banyak orangtua sebagai sosok yang bisa membantu di akhirat kelak.

Betapa sebagai istri, perempuan merasa wajib diandalkan bagi suaminya. Karena ia adalah cerminan dari suaminya manakala berada di luar rumah.

Sebagai seorang ibu, bukankah usia 0-5 tahun anak adalah kesempatan emas untuk menanamkan tauhid pada hati, pikiran dan tingkah laku anak?

Percaya atau tidak, perempuanlah yang akan banyak menyokong jiwa-jiwa pemberani, kuat keilmuannya serta akhlaqul karimah.
Masihkah kita mengelak akan fitrah ini? Menjadi sebaik-baik penerima amanah peradaban ummat?


Satu kata yang mencuri perhatian, “Diandalkan”

Diandalkan sebagai anak yang bisa menjaga nama baik bapak ibunya karena akhlaknya.

Diandalkan sebagai saudara perempuan yang menjadi figur bagi saudaranya yang lain.

Diandalkan sebagai istri untuk bisa menjadi sebaik-baiknya duplikat kebaikan-kebaikan dari suaminya.

Diandalkan sebagai ibu yang mampu menjadi tameng dari dunia luar yang melumpuhkan cita-cita sang anak. Menjadi amunisi dari racikan bahan terbaik sebagai awal melejitkan potensi-potensi terbaik sang anak.

Duhai perempuan, “Jadilah Perempuan yang Bisa Diandalkan”

-Lebih dari sekedar memotivasi diri untuk tetap menjadi perempuan yang bisa diandalkan.

May 2, 2016

Perempuan

Perempuan memang insan yang tercipta dengan perasaan yang mendominasi hingga 80% dibandingkan logika. Namun bukan berarti perempuan tak memiliki logika. Bahkan terkadang logika perempuan jauh lebih baik ketimbang lelaki yang bernotabene tercipta sebagai insan yang didominasi oleh 80% logika daripada perasaan. Entah karena perbedaan ini atau bukan, hubungan antar dua insan ini sering kali dibumbui oleh kesalahpahaman ataupun penyalah tafsiran, yang berujung dengan menjudge salah satu dari mereka sebagai insan yang sulit untuk dimengerti. 

Perempuan yang katanya mudah sekali terbawa perasaan seringkali menerka-nerka tentang apa yang dialaminya. Entah itu sikap teman baik, hingga perubahan sikap teman karena lama tidak bertemu. Iya, perempuan memang hobi sekali menerka, mungkin karena perasaan mereka yang mendominasi hingga menganggap bahwa setiap perlakuan yang dialami mampu dijawab oleh terkaan semata, meski terkadang terkaanya itu benar. Namun tak sedikit pula perempuan yang sadar kalau ternyata terkaannya tak selalu benar, sebab itu perempuan senang sekali dengan kepastian

Kepastian adalah kunci agar terkaan tak lagi menguasai pikiran perempuan.

Perempuan Mengalah Dengan Perasaannya

Aku menyadari, bahwa perempuan adalah yang paling sering mengalah dan kalah dengan perasaannya sendiri. Mengalah dan kalah dengan berbagai apa yang Ia rasakan. Bahkan, setiap perasannya akan sering saling mengalahkan untuk menjadi pemenang atas apa yang sebenarnya Ia rasakan.

Tapi, bagaimanapun juga. Tetap saja, pememang atas perasaan permpuan adalah perasaan yang paling jujur. Perasaan yang paling jujur adalah perasaan yang berada paling dalam sedalam-dalamnya apa yang sebenarnya Ia rasakan. Bukan perasaan yang hanya ada di permukaan.

Bisa jadi, perempuan adalah yang paling sensitive perasaannya. Yang paling mudah marah ketika ada berbagai hal yang tidak sependapat, yang paling mudah kecewa ketika tidak sesuai, yang paling mudah menangis ketika merasa tersakiti.

Tetapi itu hanyalah perasaan-perasaan permukaan perempuan. Ada yang lebih dalam yang berada dan dimiliki oleh seorang perempuan. Di yang terdalam perasaanya, dibalik amarah, kecewa, menangis ada perasaan setulus-tulusnya perasaan yang dia simpan. Yakni ada ketulusan untuk menyayangi dan mencintai. Dan itu yang seringnya akan membuatnya menjadi lebih tenang, membuatnya menjadi lebih mudah untuk memaafkan, membuatnya lebih mudah untuk tersenyum kembali.

Untuk bermaaf pada perempuan, terkadang hanya perlu menyadarkan perasaan terdalamnya. Untuk menjadi perempuan yang pemaaf, terkadang hanya perlu sadar tentang perasaan terdalamnya sendiri. 

Karena perempuan adalah yang paling sering kalah dengan perasaannya.

Aku Rindu