Oct 26, 2018

Keluarga Yang Sakinah

Keluarga adalah harta yang paling berharga. Yang selalu ada dalam suka maupun duka. Orang terdekat dalam lingkaran kehidupan kita. Walaupun di dalamnya tak selalu sempurna, tetapi keluargalah yang paling utama.

Maka, kewajiban bagi kita adalah mendo’akan keluarga. Berdo'a untuk orang tua, saudara, pasangan (jika sudah menikah), dan anak (jika sudah dikarunai) agar senantiasa diberi ketenangan atau sakinah. Karena ketenangan itulah kunci bahagia.

Sakinah memiliki arti kedamaian, ketentraman, ketenangan. Tenang jika orang tua senantiasa mendidik keluarganya dengan akhlak dan agama, bukan hanya memberi hal yang bersifat materi atau duniawi saja. Tenang jika pasangan selalu mengingatkan bahwa akhirat selamanya dan surga tujuannya, bukan menuntut dan berbangga dalam hal dunia. Tenang jika anak tekun ibadahnya dan berbakti kepada orang tuanya, bukan yang hanya fokus hingga pelajaran atau mata kuliahnya selalu mendapat nilai A.

Semoga kita semua menjadi sumber ketenangan bagi keluarga kita. Dengan berusaha menjadi lebih baik dan terus mendekat kepada-Nya. Semoga kita dikaruniai keluarga yang sakinah dan bahagia. Sehingga jangan lupa untuk terus mendo'akan keluarga.

Doa Keluarga Sakinah

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. (QS. Al-Furqan: 74)

Susahnya Bersyukur

Bersyukur seringkali terlihat mudah. Padahal itu bukan sekadar mengucap Alhamdulillah. Atau mengadakan syukuran dari sederhana hingga mewah. Ada pula yang mewujudkan dalam bentuk sedekah. Namun justru pasca itu kegelisahan kembali merekah. 
Ada hal-hal yang seringkali kita lupakan dari syukur itu sendiri. Ketika kita melalaikan amanah jabatan, padahal tak semua orang mendapat kesempatan memegang tampuk amanah yang telah dipercayakan. Ketika kita bermalas-malasan dalam pekerjaan, padahal di luar sana masih banyak pengangguran. 
Bahkan terkadang ada hal-hal kecil yang kita anggap itu biasa, namun barangkali itu bentuk kekufuran. Makanan yang tidak kita habiskan, padahal nun jauh di papua sana masih ada anak-anak yang kelaparan. Listrik yang kita hambur-hamburkan, lampu yang tak dimatikan, sementara masih banyak masyarakat yang mengharapkan. 
Termasuk hal-hal yang Allah anugerahkan kepada fisik kita. Kedua mata yang mampu melihat normal, justru tak kita pergunakan menambah hafalan. Padahal banyak mereka yang tak berpenglihatan menjadi hafidz-hafidzah Al-Quran. Lisan yang jarang mengucap nama-Nya dan bershalawat kepada RasulNya, padahal Allah dan MalaikatNya pun senantiasa bershalawat, juga seluruh makhlukNya yang tak pernah putus dalam zikir. Kedua telinga yang jarang sekali diajak untuk mendengar sepatah dua kata dalam kajian. Tangan dan kaki yang belum istiqomah untuk berlari menuju panggilanNya. 
Sebab itulah, jangan lelah bermuhasabah. Memang benar firmanNya bahwa nikmatNya takkan mampu kita hitung. Bahkan barangkali tak semua nikmatNya telah kita syukuri. Karena syukur, bukan tentang apa yang terucap di lisan. Tapi syukur, juga tentang apa yang terpatri dalam tindakan. 

Oct 22, 2018

Aku Dan Kamu Masih Sama

Ini tentang aku dan janji yang harus kutepati demi bahagiaku sendiri. Janjiku untuk tak lagi membawa rasa pada apa-apa yang ada aku dan kamu di dalamnya.
Ini tentang janji yang terucap begitu saja, seperti air yang melewati daun talas, yang saat itu memang tak berbekas. Hingga kemudian ia jatuh menyentuh tanah kering yang tengah merindukan hujan. Setetesnya mampu memberi kabar gembira pada berpuluh tanaman, dan pada hati yang baru dikungkung muram.
Ini tentang aku yang kemarin terluka karena membawa rasa pada yang bukan tempatnya. Aku yang pernah menangis pilu seperti bayi yang menginginkan air susu sang ibu. Aku yang pernah mengutuk dinding-dinding kamar karena tak kunjung menjawab tanya yang kerap terlontar.
Percayalah, aku pernah sejatuh itu karena berhati batu. Tak mau peduli pada fakta bahwa kau memang baik pada semua wanita. Aku pernah selelah itu, berulang kali mencari alibi agar tak ada ruang bagi rasa yang kubawa untuk disalahkan, dan agar aku dapat terus menyulam harapan.
Kuceritakan ini bukan untuk kautertawakan. Setidaknya kau harus paham, bahwa ada wanita yang kerap menyebut namamu dalam diam. Dulu. Karena sekarang, namamu sudah kuungsikan, kupindahkan pada ruang bernama kenangan.
Sekali lagi, ini tentang aku dan janjiku. Sengaja kuceritakan karena kini kau kembali datang. Masih dengan mata yang sama teduhnya, dan senyum yang sama hangatnya. Namun, aku tak ingin jatuh di tempat yang sama. Tak akan lagi, aku membawa rasa pada setiap sapa, menyulam harap pada setiap tatap.
Aku dan kamu, kita, masih sama. Masih bukan siapa-siapa.

Aku Rindu