Mar 8, 2018

Istri Sebagai Kesejukan Sumber Cinta Dalam rumah tangga

Perempuan seringkali dipandang sebagai sosok yang lebih lemah dari seorang laki-laki. Hal tersebut terbukti dalam status rumah tangga, perempuan identik dengan pekerjaan dapur, sumur dan kasur. Sementara laki-laki sebagai sosok pemimpin, orang yang memiliki keputusan tertinggi dalam rumah tangga.
Sebagaimana isu yang paling marak diperbincangkan di Indonesia adalah persoalan penceraian. Ada beberapa faktor penyebab penceraian, diantaranya kekerasan rumah tangga, persoalan ekonomi, dan perselingkuhan. Masalah tersebut terjadi karena kurangnya kesadaran dalam membangun rumah tangga; baik istri maupun suami. Suami sebagai kepala rumah tangga yang menafkahi keluarga, sedangkan istri sebagai seorang yang mampu memberi cinta dan kesejukan dalam rumah tangga –ibu rumah cinta.
Persolan dalam rumah tangga bisa diselesaikan dengan saling bekerja sama antara suami dan istri. Seorang suami tanpa istri tidak akan mampu berdiri sendiri, begitu pun sebaliknya. Keduanya, secara fisik merupakan hal yang perlu disatukan, namun secara jiwa adalah hal yang perlu dibangun bersama.
Perempuan adalah sumber cinta. Artinya, pada saat akad nikah dari kata zawwajtuka nafsiyang berarti aku serahkan jiwaku (cinta) kepada seorang lelaki, kemudian seorang lelaki menjawab; “Saya terima nikah dan kawinnya”. Dari sini, sebenarnya seorang lelaki bukan hanya menerima lahir dan batin perempuan saja. Akan tetapi, ada tiga hal yang masuk dalam jiwa perempuan yang ikut dipinang oleh seorang lelaki; yakni sakinah (tenang), mawaddah(cinta atau harapan), dan terakhir rahmah (kasih sayang).
Ketiga hal tersebut akan menjadi tugas kedua belah pihak untuk saling memberi, menjaga dan merawatnya. Artinya, saling bekerja sama dalam membangun keluarga. Didalam SurahAr-rum: 22 yang artinya, “Di antara tanda-tanda (kemahaan-Nya) adalah Dia telah menciptakan dari jenismu (manusia) pasangan-pasangan agar kamu memperoleh sakinah disisinya, dan dijadikannya di antara kamu mawaddah dan rahmah. Sesungguhnya dalam hal yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kemahaan-Nya) bagi kaum yang berpikir”.
Ibnu Arabi juga berpandangan bahwa pernikahan tidak hanya untuk memenuhi hasrat seksualitas saja, namun seksualitas diartikan sebagai suatu tempat untuk menemukan cinta. Ketika laki-laki mampu memberi cinta pada perempuan, begitu pun perempuan menemukan hakikat cintanya pada laki-laki, maka bersamaan dengan itu seorang perempuan menemukan dirinya (jiwa).
Ketika perempuan telah menemukan cinta, maka perempuan menjadi sumber kekuatan, ia akan memberikan cinta, kasih sayang serta kesejatian penuh untuk menjaga keharmonisan dalam rumah tangganya. Sejatinya perempuan adalah sosok yang paling kuat, jika suami bertanggung jawab untuk mencari nafkah (bekerja) demi menopang ekonomi keluarga, maka seorang istri pun juga mampu bekerja untuk membantu meringankan beban suami tanpa meninggalkan kewajibannya sebagai seorang istri. Jiwa perempuan sangatlah unik, ketika seorang perempuan tersakiti, ia akan semakin kuat untuk melawan bahkan menjadi musuh. Apabila seorang perempuan diperlakukan dengan lembut, maka ia juga membalasnya dengan segala kasih sayang.
William Golding, seorang sastrawan dari England mengatakan, “Apapun yang kau berikan pada perempuan, maka ia akan menjadikannya lebih baik. Jika engkau memberi sebuah seyum, maka ia akan memberi hati”. Dalam kosmologi perempuan juga dikatakan bahwa struktur konsepsi seorang lelaki bisa dilihat dari bagaimana ia memperlakukan seorang perempuan. Hal ini juga tidak bisa lepas dari tugas seorang perempuan yang mengajak lelaki untuk menemukan sifat feminin pada jiwanya (suami).
Perempuan dikatakan sumber kekuatan apabila seorang suami mengerjakan satu hal, maka seorang istri mampu mengerjakan empat hal. Ia mampu menjadi seorang ibu untuk anak-anaknya, mampu menjadi perempuan karir, mampu menjaga keluarganya dengan baik, dan mampu memberi cinta dan kedaimaian keluarga. Kerja sama dalam membangun rumah tangga adalah hal yang wajib disadari.
Dengan demikian, rumah tangga bukan persoalan antara saya dan anda, melainkan tentang kita. Rumah tangga yang sakinah, mawadah warahmah membutuhkan kesadaran kerja sama yang kuat. Sehingga, apabila menghadapi masalah dalam keluarga, dapat diseleseikan bersama-sama dengan tidak saling menyalahkan karena lebih mendahulukan emosinya masing-masing. Permasalahan dalam rumah tangga tidaklah pantas jika istri selalu beranggapan dialah yang paling benar, seolah permasalahan itu disebabkan oleh seorang suami. Untuk itu, berusahalah untuk berbenah diri, karena bisa jadi kesalahan itu bersumber pada seorang istri.
Selamat Hari Perempuan Internasional 

Mar 7, 2018

Mending Punya Temen Yang Asal Jeplak Mulutnya, Dari Pada Didepan Sok Baik

Itu mulut apa cabe ya? Kok pedes banget ngomonya. Mending kamu jadi orang yang dikatain seperti itu, dari pada kamu sok baik sama temenmu dan pada akhirnya kamu cuma ketauan sok baik, bakal tamat tu riwayatmu.
Maknya jadi temen harus tau diri, gak usah sok baik kalo emang gak baik. Kalo mau ngeritik ya keritik aja, mau dia sakit hati atau marahpun ntar juga bakalan mikir kok. Ucapan kamu benar atau tidak dan dia bakal ngerasa sendiri salahnya dimana.
Yang ngaku temen itu banyak, tapa yang suka ngomongin di belakang pas gak ada kamu itu juga banyak, kadang kamu sempat mikir dia itu temen apa bukan sih? Kok bermuka dua? Sebetulnya orang itu bukan temenmu tapi dia adalah orang yang gak suka sama kamu pura-pura jadi temenmu.
Hati-hati sama temen muka dua kayak dia, lama-lama nanti juga nusuk kamu dari belakang. Mending punya satu temen tapi bener-bener menganggap kamu temenya bahkan menganggap udah jadi saudara sendiri.
Ada yang gak suka ya omongin, ada yang salah kasih tau, gak usah main diumpet-umpettin apalagi sampek bermuka dua dan nusuk dari belakang.
Haha..., ada yang kayak gini? Ada. Banyak Malah, katanya sih temen tapi dia cuma datengin kamu pas dia lagi butuh, coba gak butuh dia ngilang kayak matahari yang terbenam.
Masih mending matahari tiap pagi terbit lagi, lah dia gak terbit-terbit. Kita ngubungi malah gak dianggap gilirin dia yang butuh kamu mati-matian maksa ngubungi kamu, langsung datengi kamu. Emang sih temen, temen pas butuh doang habis itu bukan temen, giliran butuh dicari deh ngaku temen lagi.
Dulunya sih dekat banget sama kamu, sering ngasih kabar, lama-lama menjauh, makin hilang dan akhirnya hilang beneran. Hampir kamu seperti dulu sebelum kenal sama dia, udah gak saling mencari, gak saling nyapa.
Ya gimana mau nyapa kalo ngecat duluan suka gak dibalas, kadang balesnya lama banget kalo gak besoknya baru bales, itu pun balesnya singkat padat, gak pernah nanyak balik ke kamunya. Hmmmmm ada? temen kayak gitu?
Temen yang konyol itu jauh lebih seru, jauh lebih bisa ngebuat kamu nyengir, tertawa lebar dan lepas, pokoknya punya temen yang kayak begitu lebih asyik dari pada temen yang sok banyak gaya, sok gaul dan sok diem.
Kalau emang gaul, emang punya kepribadian diem ya bukan berarti kamu jauhi dia dan berhenti temenan sama dia, gak gitu juga kali. Yang kudu dijauhi itu yang sok-sok noh, baru gak pa pa dijauhi biar berhenti sok maksudnya hehe...
Satu temen yang benar-benar tulus itu jauh lebih berharga dari pada banyak memiliki temen tapi malah modal tampangnya aja sok baik. lain dimuka lain di hati, ya mending satu lah tapi gak punya bertopeng, gak mudus gak bermuka dua dan yang pasti gak akan pernah nusuk kamu dari belakang.

Mar 6, 2018

Bermimpi Hingga Pagi

Mimpi acapkali menghampiri malam-malam lelap.
Kala malam yang penuh cahaya purnama.
Saat malam yang sepi tanpa bintang.

Waktu malam hujan yang dingin.
Kadang kala mimpi hadirkan gundah di pagi hari.
Gelisah dalam menjemput asa.
Kemudian kelabu di malam berikutnya.

Tak jarang mimpi bawa senyum indah sambut pagi.
Gemuruh semangat dalam meraih angan.
Berlalu dalam bahagia di malam selanjutnya.

Namun banyak juga mimpi yang terlupakan saat surya bersinar.
Tak mengerti apa yang telah dilalui mimpi semalam.
Sampai akhirnya hilang dalam gelisah yang bergemuruh.
Teruslah bermimpi hingga pagi menjemput.

Mar 5, 2018

Bekerja Dalam Cinta

Apa pun yang kita benar-benar cintai dan bernilai, bekerjalah untuk itu. Tempatkan usaha dalam cinta kita dan tempatkan cinta ke dalam usaha kita. Karena tanpa usaha, cinta itu dangkal dan tidak tulus. Tanpa cinta dan komitmen di balik itu, maka upaya sebagian besar akan terbuang.

Ketika kita membenci pekerjaan yang kita lakukan, apa mungkin hal ini bisa tercapai? Ketika kita menghargai dan mencintai pekerjaan kita, maka tidak ada batas untuk apa yang dapat kita lakukan.

Apakah kita menemukan cara untuk melakukan apa yang kita cintai, atau cara untuk mencintai apa yang kita lakukan, maka hasilnya adalah sama, kekuatan dan efektivitas yang akan membawa segala macam hal-hal positif dalam hidup kita.

Dalam setiap usaha, pada ada masalah dan kemunduran. Namun mereka tidak dapat mengurangi nilai dari upaya itu. Dapatkan fokus pada gambaran besar.

Jika kita tidak dapat membayangkan, lalu bagaimana mungkin kita bisa mencintai apa yang kita lakukan. Ambil langkah mundur dan memasukkannya ke dalam konteks yang lebih besar lalu bergerak maju.

Jika tugas tampaknya tidak menyenangkan, maka pertimbangkan pekerjaan. Jika kita tidak bisa mencintai pekerjaan, maka pertimbangkan karir. Bingkai pekerjaan kita di ruang yang cukup besar, dan cinta akan memberikan kekuatan untuk usaha kita.

Membahagiakan Pasangan

Membahagiakan pasangan kita adalah hal yang sangat penting dalam menjalankan kehidupan berumah tangga. Di dalamnya akan banyak sekali keuntungan yang diperoleh jika pasangan kita merasa berbahagia. Betapa sukses hidup Rasulullah SAW dan para sahabat, karena peran istri-istri mereka merasa menjadi manusia yang dibahagiakan oleh suami-suaminya.

Adanya ketenteraman dalam kehidupan berumah tangga merupakan prasyarat bagi lancarnya pencapaian tujuan berumah tangga. Tiap anggota keluarga memiliki tugas dan cita-cita yang harus dikejar dalam hidup ini. Suami bertugas sebagai pemimpin sekaligus pencari nafkah.

Sedangkan istri adalah ratu yang mengatur kondisi rumah tangga sekaligus madrasah bagi anak-anaknya untuk mengenal dunia dan segala tata kehidupannya. Anak-anak adalah tunas yang harus tumbuh dan berkembang hingga dapat menjadi sumber kebahagiaan bagi keluarga dan masyarakat.

Semua tugas dan cita-cita itu hanya bisa terlaksana manakala suasana damai dan tenteram selalu hadir dalam rumah. Betapa sulit mencapai semua tujuan dan cita-cita tersebut manakala suasana yang hadir di rumah dipenuhi dengan amarah, saling curiga dan tak peduli satu sama lain apalagi sampai tak bertegur sapa (komunikasi tidak lancar) hingga berhari-hari lamanya.

Dari banyak kasus, kegagalan (baca; perceraian) dalam membina rumah tangga seringkali dimulai dari tercabutnya rasa aman, damai dan komunikasi yang kurang lancer dari rumah. Dan, peran istri untuk menghadirkan suasana ‘surgawi’ itu tak dapat diganti oleh orang lain, bahkan seorang khadimat (pembantu) sekalipun. Manakala istri merasa bahwa sang suami memberinya kebahagiaan dan keikhlasan, maka tugas mengurus rumah tangga akan mudah dikerjakan.

Kebahagiaan tidak terletak pada banyaknya harta dan tingginya jabatan seseorang, tetapi ia berada di dalam hati. Tumpukan materi dan sanjungan yang tiada henti bukanlah prasyarat seseorang untuk meraih kebahagiaan. Itu semuanya bermuara pada hati. Seorang suami harus memiliki kelembutan dan kepekaan rasa. Ia harus tahu kapan hati istrinya ‘luka’ dan kapan hatinya sedang bahagia.


Wanita pemalu atau pendiam biasanya hanya menyimpan saja luka di dalam hatinya tanpa mau mengatakan kepada siapapun, sekalipun kepada suaminya. Tidak ada satu nasehat pun yang dapat diterima oleh istri manakala kita menyampaikannya dengan kemarahan atau tak melihat perasaan istri.

Rasulullah SAW pun memberi label pada laki-laki, bahwa yang paling di antara mereka (para suami) adalah yang paling baik sikapnya terhadap istrinya. “dan aku adalah orang yang paling baik di antara kamu terhadap istri.” Demikian sabda Nabi SAW.

...Dan bergaullah dengan mereka menurut cara yang patut. Jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan kebaikan yang banyak padanya.” (QS An Nisa: 19)

Marilah kita kenali dan perlakukan hati istri kita dengan baik agar mereka dapat berbahagia, dan agar tujuan dalam membentuk keluarga yang penuh sakinah, mawaddah dan rahmat dapat tercapai. Sudahkah kita memberikan suasana damai dan ikhlas terhadap istri kita. Wallahua’lam

Aku Rindu