Ketika melihat bukti langsung bagaimana seorang laki-laki dan wanita, yang
sudah mengenal agama dengan jelas, yang benar berdasarkan pemahaman
sahabat, mereka berdua malah terjerumus dalam
hal ini.Padahal kita sudah diajarkan bagaimana cara yang benar mencari
jodoh yaitu dengan ta’aruf yang syar’i.
Umumnya dilakukan oleh yang kurang imannya
Mungkin awalnya tidak bermaksud mencari jodoh, akan tetapi lemahnya
iman yang membuatnya bermudah-mudah berhubungan dengan hubungan yang
tidak halal, padahal mereka sudah mengetahui ilmunya. Inilah fenomena
yang sering terjadi belakangan ini, wanita dibalik hijabnya yang
tertutup rapat tetapi hijab kehormatannya tidak tertutup dibalik
e-mail, inbox FB, dan SMS. Begitu juga dengan laki-laki dengan penisbatan
mereka kepada, “as-salafi”, “al-atsari” dengan hiasan-hiasan status dan
link berbau syar’i, akan tetapi sikap dan wara’-nya tidak menunjukkan demikian.
Hubungan laki-laki dengan wanita yang berujung cinta adalah
kebahagian hati terbesar bagi manusia terutama pemuda, lebih-lebih bagi
mereka yang belum pernah mecicipi sama sekali. Maka ketika bisa
merasakan pertama kali sebagaimana berbuka puasa, sangat nikmat dan
bahagia.
Mereka yang sudah paham tentu tidak leluasa melakukannya di dunia
nyata, baik karena tidak ada kesempatan ataupun malu jika ketahuan. Akan
tetapi kedua hal ini hilang ketika berkecimpung di dunia maya. Mulai
dari cara halus dengan menyindir dan tersirat ke arah cinta tak halal
sampai dengan cara terang-terangan. Ketika mereka merasakan nikmat
perasaan cinta yang berbunga-bungan maka lemahnya iman tidak bisa
membendung sebagaimana berbuka puasa. Sehingga terjalinlah cinta yang
tidak diperkenankan bahkan sampai ke arah pernikahan.
Terkesan shalih dan shalihah di dunia maya.
Jangan langsung terburu-buru menilai seseorang alim atau shalih hanya karena melihat aktifitasnya di dunia maya. Sering meng-update status-status agama, menaut link-link agama dan terlihat sangat peduli dengan dakwah. Hal
ini belum tentu dan tidak menjadi tolak ukur keshalihan seseorang. Dan
apa yang ada di dunia maya adalah teori, bukan praktek langsung.
Bisa jadi sesorang sering menulis status agama, menaut link syar’i
tetapi malah mereka tidak melaksanakannya dan melanggarnya, apalagi ada
beberpa orang yang bisa menjaga image alim di dunia maya, pandai merangkai kata, pandai menjaga diri dan pandai memilih kata-kata yang bisa memukai banyak orang.
Tolak ukur kita bisa menilai keshalihan seseorang secara dzahir adalah takwa dan aklaknya
yang terkadang langsung bisa kita nilai dan melihatnya di dunia nyata,
bukan menilai semata-mata bagaimana teorinya saja di dunia maya.
Ada juga yang ingin nampak alim dan berilmu di dunia maya dengan niat
yang tidak ikhlas [Alhamdulillah ini cukup sedikit]. Selain cara-cara
di atas seperti update status agama setiap jam, menaut link beberapa
kali sehari, membuat note setiap hari [waktunya sangat terbuang di dunia
maya].
Maka tidak heran ada yang mengaku pernah bertemu dengan seseorang yang
di dunia maya terkesan sangat alim dan berilmu. Namun tatkala bertemu di
dunia nyata, ternyata ia jauh dari apa yang ia sandiwarakan di dunia
maya. Jauh dari ilmu, akhlak dan takwa.
Terperdaya dengan cinta dunia maya
Dan mereka yang tidak kuat imannya, terperdaya sekaligus dengan
hubungan tak halal yang mereka lakukan, mereka sudah terperangkap cinta.
maka semakin lengkap sudah, mereka melihatnya sebagai sebuah keindahan
tiada tara sampai-sampai menutup beberapa kekurangan yang harusnya
menjadi pertimbangan paling terdepan yaitu agama dan ahklak.
Keindahan bisa membuat jatuh cinta…
Dan cinta bisa membuat segalanya menjadi indah…
Inilah salah satu yang dikhawatirkan, karena cinta sudah menancap
tidak peduli lagi, padahal kenal hanya di dunia maya, kemudian
memutuskan untuk ketemu, ta’aruf ala kadar dan menikah. untuk
mengetahui bagaimana kehidupan dunianya saja sulit, bagaimana wajah
aslinya [walaupun tukar foto, maka foto sekarang bisa berbalik 180
derajat dengan aslinya], bagaimana masa depannya dan bagaimana tanggung
jawabnya, apalagi untuk mengetahui agama dan akhlaknya yang menjadi
prioritas utama, walaupun terkesan shalih tetapi sekali lagi itu hanya
di dunia maya, belum tentu.
Wanita korban utama
Jelas wanita yang lebih menjadi korban, karena wanita umumnya
memiliki hati yang lemah, lemah dengan pujian, lemah dengan perhatian,
lemah dengan kata-kata puitis. Bisa kita lihat di berita-berita
bagaiaman wanita tidak sedikit yang menjadi korban, baik korban
kejahatan, pelecehan seksual sampai pemerkosaan oleh teman yang ia kenal
di dunia maya.
Begitu juga dengan wanita penuntut ilmu agama, mengingat pentingnya
agama dan akhlak suami, sampai-sampai ada yang berkata, “agama istri
mengikuti suaminya, jika ada wanita yang multazimah menikah
dengan laki-laki yahudi, maka ia akan terpengaruh”. Jika wanita tersebut
terjerumus dengan cinta di dunia maya dan sudah tertancap cinta dan
sudah tertutup kekurangan laki-laki tersebut dengan cinta buta.
Sebagaimana kisah nyata yang kami dapatkan, mereka berdua kenal di
dunia maya, kemudian sang laki-laki dari kota yang jauh menyebrang dua
pulau datang untuk bertemu ke kota wanita tersebut. Maka sang wanita
yang sudah terperangkap cinta, langsung “klepek-klepek” dengan sedikit
pengorbanan laki-laki tersebut dan langsung ingin menikah. Padahal
lak-laki tersebut, wajahnya kurang, porsi tubuh juga kurang, ilmu agama
juga belum jelas, dan masa depan juga masih belum jelas dan belum
mempunyai pekerjaan yang jelas sehingga bisa menopang materi rumah
tangga dengan cukup. [Semoga mereka berdua bertaubat dan selalu berada
dalam penjagaan Allah, Amin]
Dear ladies…
Jangan pernah tertipu oleh label ustadz dan seleb Facebook.
Jangan pernah terpesona oleh postingannya yang sarat ilmu.
Jangan pernah tergoda oleh laki-laki atau
wanita yang tak punya rasa malu dengan bermudah-mudahan chat dengan
lawat jenis di sosial media, baik terang-terangan maupun
sembunyi-sembunyi.
Jagalah iffah dan izzahmu. Jangan jadi perempuan gampangan yang mudah
termakan rayuan gombal laki-laki abal-abal yang jiwanya sakit seperti
itu.