Sep 7, 2015

Kagum Pada Seseorang

Seseorang dalam hidupnya pasti pernah merasa kagum atas orang lainnya. Kekaguman terhadap orang terdekat, orang terkenal, seseorang tak dikenal, atau siapapun bahkan orang yang jauh disana hanya dikenal melalui media televisi misalnya. Dalam satu episode hidup, mungkin kalian lelaki pernah kagum pada seseorang perempuan di jalan, kok pakai pakaiannya matching banget sama orangnya! Bahkan terbayang-bayang setelah itu kale ya, wah ini perempuan pinter berdandan. Namun kekaguman itu seharusnya cukup berlalu begitu saja. 

"Jadi mau kagum sama seseorang nich? Mending gak usah segitunya dech. Ada kalanya orang yang kita kagumi itu akan sangat mengecewakan kita. Dan saat itu terjadi rasanya saaaakiiiiiittt banget. Serius.”

Karena apa? Karena seseorang itu juga manusia, yang selalu punya khilaf dan salah.

Kekaguman ini dalam satu titik bisa menjadi fanatik atau fanatisme. Segala yang berasal dari yang dikagumi akan selalu menarik, bahkan sampai ke hal yang remeh temeh. Fanatisme yang buta bisa berbahaya, seperti akan meyakiti terhadap sang dikagumi tersebut. Semakin usia bertambah semakin kagum mengagum ini bergeser menjadi lebih realistis. Benarkah? 

Kita kagum, bahkan sampai tingkat ngefans pakek banget, pada seseorang kan banyak ya alasannya. Rata-rata karena kelebihan yang dia miliki (ya iyalah, ada gitu yang kagum karena kekurangannya? Gak ada kan ye..Hehe….). Yang jadi masalah, ketika kagum, lantas seseorang tertentu itu tiba-tiba menjadi sosok sempurna di mata kita. Seolah semua muanya bener kalau soal dia. Kita lupa kalau ia hanya manusia biasa, seperti kita. Sampai suatu saat, ketika Tuhan menunjukkan aibnya, dan membuat kita kecewa berat.

Saat itu dia yang ada di tempat tinggi dalam pandangan kita, jatuh bahkan sampai ke titik terendah. Sebenarnya, kalau dipikir bukan dia yang jatuh, tapi kita. Kita yang jatuh dalam lubang kekecewaan. Dan itu sangat sangat mempengaruhi sisi emosional, apalagi kalau kita adalah perempuan ya. Efek berikutnya adalah kita jadi sinis padanya, menghindar, bahkan membenci. Kita pengennya nyuekin, supaya dia tahu rasanya sakit hati. Padahal sebenarnya kita lah yang justru semakin sakit dari hari ke hari. Kebahagiaan kita pun terkoyak habis.

Karena itu, suka pada seseorang sebab “sesuatu” yang baik yang dimilikinya, bukan hal yang salah. Namun bagaimana kita me-manage rasa kagum itu lah yang paling menentukan. Jangan biarkan kebahagiaan kita dirampas oleh rasa sakit hati kita sendiri.

Kekaguman itu juga jangan sampai menutup kritisme kita, karena kalau kita terlalu kagum maka kita akan menjadi pengikut buta, taklid.

Mari memahamkan diri kita, bahwa sebanyak apapun kelebihan yang dimiliki orang lain, dia pun punya kesalahan dan masa lalu. Jangan karena kita mengaguminya, lantas menuntutnya menjadi sesempurna bayangan kita tentangnya. Jangan lupa juga, dia punya kehidupannya sendiri.

Aku Rindu