Jul 1, 2016

Mudik

Keluarga adalah tempat kita bermula, rumah yang selayaknya tetap kita pulangi, sejauh apapun jarak kita dengannya. Jarak yang seringkali menjelma menjadi kesibukan kita masing-masing, segala pekerjaan yang seolah tak kunjung usai. Aku selalu ingin menjadi rumah tempatmu pulang, bukan hanya sekedar tempat persinggahanmu dari keseharianmu. Tempat yang paling kamu percaya untuk menunjukkan siapa kamu, tanpa beban, tanpa penghalang, apa adanya. Tempat yang paling membuatmu nyaman untuk jadi diri kamu sendiri, tanpa tekanan, tanpa paksaan, bebas, sesukamu.
Pulangmu tak selalu fisik yang harus hadir di hadapanku. Berapa banyak orang yang berdekatan tapi tak saling terikat. Betapa banyak orang yang pulang ke rumah setiap hari, tapi tak benar-benar pulang. Pulang adalah kamu benar-benar ada untuk orang yang kamu sayangi. Hati dan pikiran kamu ada di situ, bersamanya. Walaupun bisa jadi fisikmu tak berkesempatan hadir. Bukan malah kamunya ada, tapi hati dan pikiran kamunya entah kemana. Pulangmu tak selalu harus melalui darat, laut ataupun udara. Pulangmu juga bisa melalui suara. Suara yang menghubungkanmu dengan rumahmu. Kamu hadir disana; memastikan, menenangkan. Menyapa semua penghuni yang merindukanmu. Kamu benar-benar ada untuk mereka. Dan itu jauh lebih berharga daripada fisik yang sekedar ada.
Mudik. Ini sudah pada lagi mudik, kan? Jadi, apa alasanmu mudik? Semoga ada hatimu yang terbawa mudik. Semoga mudik kita tak sebatas perjalanan fisik. Selamat mudik yaa...

Jun 30, 2016

Bersyukur Dan Bersabar

Kamu merasa hidupmu begitu berat, ujiannya terus merapat tak kunjung lenyap. Kesedihan, tangis, kecewa selalu menemani siang dan malam tak junjung mereda. Sabar, semua ada masanya. Ujian itu akan hilang pada waktu terbaik-Nya.

Jika tak kunjung hilang, itu artinya Allah masih ingin tau seberapa besar sabarmu, seberapa besar inginmu meminta bantuan-Nya, seberapa besar usahamu menyelesaikannya, yang berakhir dengan seberapa besar kamu menjadi orang yang lebih bijak.

Bahagia pun juga demikian, dia ada masanya. Dia tidak akan terus menerus ada dan membuatmu tertawa. Bahagiamu akan lenyap jika masanya sudah tiada. Berganti dengan kekhawatiran dan air mata.

Bahagiamu ada, karena Allah hanya ingin tau seberapa besar rasa syukurmu atas nikmat yang Allah beri cuma-cuma, seberapa besar kelapanganmu untuk berbagi kebahagiaan pada sesama yang tak sebahagia kamu, seberapa rendah hatimu meluapkan kebahagiaanmu, yang berakhir dengan seberapa besar kamu bermanfaat bagi sesamamu.

Bahagia dan duka itu berdurasi, tidak akan terlalu lama menghampiri dan tidak akan terlalu cepat mereka pergi, tetapi akan hadir di waktu terbaik menurut ketetapan Ilahi. Dan mereka akan datang silih berganti hanya untuk menguji, seberapa besar kita bersabar, bersyukur dan berserah pada Ilahi.

Tidak perlu meratapi jika kesulitan menghantui dan tidak perlu mendewakan hati jika kebahagiaan mengisi. Jalani sekedarnya, bersyukur dan bersabar sebanyak-banyaknya. Karena semua ada masanya.

Jun 29, 2016

Ramadhan Hampir Berakhir

Tanpa terasa Ramadhan hampir berakhir, Lebaran kini hanya tinggal menghitung hari. Pusat perbelanjaan sudah mulai dipadati oleh orang-orang yang berburu diskon Ramadhan. Hampir semua orang berlomba untuk membeli pakaian yang terbaik menurut mereka untuk digunakan di Hari Raya. Tak hanya anak kecil, orang dewasa pun tak kalah untuk membeli berpotong-potong Baju Lebaran. Bagaimana denganmu? Apakah kamu juga termasuk salah satunya?

Entah sejak kapan tepatnya Lebaran dikaitkan dengan baju baru. Budaya seperti itu sepertinya memang sudah akrab terjadi di masyarakat. Apakah memang harus seperti itu? Tidak juga! Memakai pakaian terbaik di Lebaran bukan berarti memakai pakaian terbaru dan termahal, bukan? Jika Lebaran harus selalu identik dengan baju baru, bagaimana dengan orang-orang yang tidak bisa memilikinya? Bagaimana dengan saudara-saudara kita yang tidak bisa mengeluarkan sejumlah uang dari koceknya demi membeli pakaian terbaik?

Satu hal yang penting adalah bahwa nilai dirimu tidak bergantung pada seberapa banyak, seberapa baru, seberapa mahal atau seberapa trendinya pakaianmu. Tidak perlulah berlebih-lebihan dalam berpakaian, karena pada akhirnya penampilan terbaik adalah yang dibungkus dengan iman dan takwa kepada-Nya. Maka, jadikanlah keimanan dan ketakwaanmu itu sebagai pakaian dan tameng yang melindungimu dari duri-duri dunia.
“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.” (Q.S Al-A’raf : 26)

Jun 28, 2016

Tidak Perlu Harus Tahu

Rasanya kita perlu bersyukur ketika bisa melakukan hal-hal baik. Sebab bisa saja itu menjadi inspirasi untuk orang lain untuk melakukan hal serupa, bahkan lebih. Jika seseorang sudah menjadikan kita semacam ladang inspirasi untuk melakukan sesuatu, sedikit kebaikan yang kita lakukan bisa menariknya untuk melakukan hal-hal baik serupa, bahkan lebih.

Atau bahkan ketika kita tidak berpikir apa-apa atas yang kita lakukan, orang tersebut bisa mencari sisi positif untuk meningkatkan kapasitas dirinya–melakukan hal baik seperti yang barangkali malah baru kita wacanakan, belum terlaksana.

Bukankah menyenangkan ketika tanpa kita tahu, kebaikan-kebaikan yang 
kita akan/telah lakukan karena kita merasa perlu melakukannya, justru menjadi sumber inspirasi buat orang lain untuk melakukan kebaikan-kebaikan versi mereka.

Kita memang tak perlu tahu siapa yang setuju dengan kebaikan-kebaikan yang akan atau telah kita lakukan. Kita hanya perlu percaya bahwa setiap kebaikan akan menetaskan kebaikan-kebaikan lain.

Jun 26, 2016

Syahdunya Berdoa

Berdoa adalah situasi paling syahdu antara manusia dan Rabbnya. Bagaimana tidak, ini adalah urusan lisan yang berpaut dengan hati, menuju-Nya, Dia yang cintanya paling hakiki.

Berdoa adalah cara terbaik agar kita terhubung kepada-Nya. Sayangnya, kebanyakan dari kita masih menganggap bahwa doa hanyalah sebatas ritual menengadahkan tangan dan mengucap pinta dengan lisan. Ada hati yang lupa dilibatkan dalam setiap pengharapan. Ya, kita lupa menundukkan hati.

Padahal …

Sejatinya berdoa adalah menundukkan hati: melawan kesombongan dan keangkuhan diri dengan menyadari bahwa hanya Allah yang Maha Tinggi.
Syahdunya berdoa adalah ketika kita menundukkan hati: menjadi pasrah terhadap ketentuan-Nya dengan tidak menggebu memaksakan kehendak diri.

Damainya berdoa adalah ketika kita menundukkan hati: mengakui kelemahan diri, mereduksi keraguan, dan berbesar hati untuk meyakini bahwa terkadang Dia mengabulkan doa kita dengan cara-Nya yang masih sulit untuk kita pahami.

Jika ternyata ada kegelisahan dan kekhawatiran yang meninggi karena ragu akan kekuatan doa, mungkin ada satu yang terlupa saat berdoa selama ini: menundukkan hati.

Aku Rindu