Kita sudah selayaknya dan seharusnya merasa bersyukur atas
limpahan berkat Tuhan yang melimpah. Bersyukur tidak hanya atas hal-hal besar
yang telah terjadi dalam kehidupan kita tapi juga terhadap banyak hal kecil
yang terkadang tidak kita sadari. Betapa Tuhan telah dengan begitu baiknya
menganugerahkan begitu banyak hal kepada kita umatNya. Hanya sayang, kita
manusia sering tidak memiliki rasa “sadar diri”.
Banyak kejadian yang menimpa
manusia berawal dari sikap seseorang yang tidak sadar diri. Banyak peristiwa
buruk terjadi hanya karena seseorang atau sekelompok orang tidak sadar diri.
Terkadang hal yang baik akan berlangsung jika setiap orang memilliki rasa sadar
diri. Sadar akan posisi dan potensi yang dimiliki diri sendiri. Dengan sadar
diri, seseorang dapat memiliki fondasi atau dasar yang kokoh dalam menjalani
kehidupan. Mengapa setiap orang perlu “sadar diri”?
Mengapa “sadar diri” begitu
penting dalam kehidupan? Banyak hal yang dapat kita jadikan contoh.
Seorang suami selayaknya dan seharusnya sadar diri bahwa
dirinya adalah suami dari seorang istri. Jika dia sadar diri, tentunya sepulang
kerja dia tidak mungkin masih bersantai-santai nongkrong di café hingga larut
malam, tebar pesona kepada para gadis, menggoda wanita yang sudah jelas-jelas
istri orang lain, lirik sana lirik sini, atau berbaik hati mengantarkan pulang teman wanita. Dia tidak sadar diri bahwa dia seorang suami yang istrinya di rumah
telah tiga kali menghangatkan sayur sambil terkantuk-kantuk menunggu pulangnya
suami.
Seorang istri selayaknya dan seharusnya sadar diri bahwa dirinya adalah
istri dari seorang suami. Jika dia sadar diri, tentunya tidak akan berani
bergenit-genit ria di depan lelaki lain, bermanja-manja pada suami orang lain,
menggoda berondong, karaokean hingga larut suka-suka yang di mau, atau lupa bahwa hari telah larut
dan dia harus pulang ke rumah. Dia seharusnya sadar diri bahwa dia hanya bisa bergenit
dan bermanja pada suaminya seorang dan memenuhi kewajibannya sebagai seorang
istri. Dia seharusnya ingat, bahwa di rumah anak-anak telah menunggu perhatian
dan kasih sayangnya. Jika suami dan istri sadar diri, sadar akan posisinya
masing-masing, alangkah indahnya…
Sadar diri tidak hanya sadar akan posisi diri sendiri, tapi
juga sadar akan potensi yang ada dalam dirinya. Seseorang yang sadar diri
memiliki kesadaran akan potensi dan kelemahan yang dimiliki dirinya sendiri.
Ketika seseorang sadar diri bahwa dia memiliki potensi di dunia tarik suara dan
tidak cukup pintar dalam hal akademik, tentunya dia seharusnya sadar diri untuk
tidak memaksakan mengambil kuliah jurusan elektro tapi lebih memilih
memperdalam teknik bernyanyinya. Jika seseorang sadar diri bahwa dia kurang
cerdas dalam hal akademik, tentunya dia akan menggali potensi dirinya yang
lain. Sadar diri akan membawa kita pada penggalian potensi diri yang lain,
tidak memaksakan diri, dan pada akhirnya dapat memaksimalkan hasil.
Sebagai
bangsa yang hidup di tengah negeri yang berlimpah sumber daya alam, kita
seharusnya sadar diri bahwa tidak semua sumber daya alam tidak tak terbatas.
Banyak sumber daya alam yang terbatas. Kita sebaiknya sadar diri bahwa sumber
daya alam tersebut tidak hanya milik kita tapi juga milik generasi setelah
kita, milik anak cucu. Dengan sadar diri bahwa sumber daya alam ada batasnya,
akan menimbulkan rasa tanggung jawab untuk mengelolanya dengan baik dan benar.
Sebagai manusia, harus sadar akan tugas dan tanggung jawabnya.
Semoga semuanya akan sadar jika kita sudah dibekali rasa sadar diri, dan mampu mengukur diri
sendiri.