Di zaman yang serba digital ini siapa sih yang tidak kenal media social seperti twitter, facebook, path dan instagram. Mengingat media social sudah sangat akrab mengisi kehidupan masyarakat kita. Sehingga setiap orang mudah mengaksesnya hanya dengan menggunakan gawai (gadget) untuk memposting status, menguplod foto, video live, dan lain sebagainya.
Namun mirisnya moment ibadah yang sifatnya privasi antara manusia dengan Tuhan pun juga tak luput menjadi bahan uploadan di media social. Contohnya saja ketika sedang sholat, membaca Alquran, berpuasa, umrah, berhaji, sedekah, hampir semuanya diposting di media social.
"Maksudku kan baik memposting beginian ke media social agar bisa menginspirasi yang lain, apa salahnya?"
"Bukan maksud apa-apa, ini hanya untuk dokumen pribadi aja, kok."
Itulah beberapa alasan yang biasa dilontarkan oleh mereka yang gemar membagikan momen ibadahnya ke media sosial. Oke guys kalau memang tujuannya demikian memang tak apa ya, tapi maksud sebenarnya yang terselip hati siapa yang tahu guys? Ingat setan itu pintar membuat tipu daya loh. Jangan sampai kita terkena sindrom pamer ibadah di media social ya. Daripada ibadah kita sia-sia yuk kita intip seperti apa sih ciri-ciri seseorang yang terjangkit sindrom pamer ibadah, berikut ini :
Selalu berkeinginan memposting setiap kegiatan ibadahnya ke media social
Keinginan untuk selalu membagikan momen ibadah ke media social adalah ciri utama pengidap sindrom pamer ibadah baik itu berupa foto, status maupun video live. Sehingga setiap melakukan ibadah atau amal kebaikan selalu dishare di media socialnya.
Berharap simpati dan pujian dari orang lain
Siapa sih yang nggak suka dipuji dan mendapatkan simpati? Merasa senang ketika dipuji itu manusiawi kok, tapi dalam hal ibadah? Tak layak kita pamerkan di manapun termasuk di media social dengan harapan supaya kita banjir pujian dan simpati. Namun orang yang sudah mengidap sindrom pamer ibadah akan mengharapkan itu semua. Dan karena itulah seseorang yang terkena sindrom pamer ibadah terjangkit ketergantungan untuk memperlihatkan aktifitas ibadahnya ke media social. Agar selalu mendapat sanjungan dan pujian dari warganet. Baik berupa like maupun komentar.
Memandang ibadah hanya untuk gaya-gayaan (eksis)
Kewajiban manusia terhadap Tuhan yakni menjalankan ibadah. Tapi apa jadinya jika ibadah hanya untuk gaya-gayaan dan agar eksis di media social. Pergi ke tanah suci hampir di setiap tempat melakukan swafoto dan kemudian dishare ke wall media socialnya dengan harapan orang lain melihat jikalau kita telah mampu berhaji, berumrah atau berharap mendapat sebutan sebagai orang alim, ahli ibadah, haji/hajah. Dan menjadikan kita tenar di media social.
Ibadah yang dikerjakannya tidak ikhlas karena Allah
Ibadah yang ikhlas tidak akan mengharap apapun dari sesama manusia, untuk supaya dilihat, dipuji dan mendapat sambutan sekecil apapun itu bahkan jika sampai berlebihan. Keikhlasan kita beribadah dapat diukur dari tidak adanya keinginan kita untuk memperlihatkan amal ibadah kepada orang lain. Dan cukup hanya Tuhan yang tahu rutinitas ibadah kita. Apabila masih suka memamerkan atau menunjukkan ibadah ke media social itu pertanda bahwa kita tidak ikhlas menjalankannya.
Merasa bangga dengan postingan ibadahnya
Pengidap sindrom pamer ibadah akan merasa bangga setelah memposting kegiatan ibadahnya di media social. Di situlah kepuasan mereka dapatkan. Apalagi jika mendapat banyak komentar positif yang menagung-agungkan namanya. Maka semakin besar ambisi mereka untuk melakukan pamer ibadahnya di media social.
Itulah ciri-ciri seseorang yang terjangkit sindrom pamer ibadah di media social. Bagaimana guys apakah kamu termasuk di dalamnya? Semoga tidak ya...