Terkadang media sosial seperti Facebook, twitter, dan
lainnya bisa menjadi sarana untuk saling reuni, melepas kangen dan berbagi
cerita lewat dunia maya. Jarak dan waktu tidak menjadi kendala lagi untuk
sekedar say hello atau berbagi cerita.
Media sosial membuat kita menjadi lebih
tahu kabar teman-teman yang sudah lama terpisah, memperluas jaringan bisnis,
menambah kenalan atau bahkan kita jadi bisa mengikuti kegiatan sehari-hari
gebetan yang sedang kita incar. Namun, melalui media sosial juga akan membuat kita
menjadi down, apa pasal?
Ketika kita mengikuti berita teman kita, kita akan
menjadi tahu sekarang teman kita menjadi apa dan apa saja yang dilakukannya nun
jauh disana. Tak jarang kita akan mendapati kenyataan bahwa teman kita ternyata
sudah ‘terbang tinggi’ jauh di atas kita.
Beberapa teman ada yang share tentang pekerjaannya di perusahaan besar dengan
penghasilan yang tinggi. Sementara yang lainnya sudah menikah dengan kekasih
dambaan hatinya dan hidup bahagia, selalu terlihat menikmati hidup banget, jalan-jalan berdua, makan ditempat romantis dan selalu rukun. Melalui media sosial juga kita akan
mengetahui teman kita yang berhasil melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang
lebih tinggi bahkan sampai dapat beasiswa study ke luar negeri. Sebagian yang
lainnya bisa travelling ke luar negeri karena tugas kantor. Sungguh sangat
menggiurkan.
Hal ini tak jarang membuat kita merasa iri. Ketika teman-teman sudah
melangkah begitu jauh mengapa kita masih diam ditempat, tidak ada kemajuan, tidak ada perkembangan dan masih tetap sama dari dulu. Akhirnya kita merasa
inferior dengan keadaan diri sendiri yang mungkin masih ada yang bertahan dengan status
lajangnya, ada juga yang masih bekerja di perusahaan kecil dengan gaji yang juga pas-pasan dan tidak ada kenaikan gaji sama sekali dari dulu, dan
menjadikan pergi ke luar negeri hanya sebagai mimpi di siang bolong. jangankan keluar negeri, ke jakarta dan pulau bali aja belum kesampekan. Kemudian
kita akan menangisi nasib diri sendiri.
Kita memang harus iri dengan
teman-teman kita yang sudah sukses. Yang sudah berkembang dalam kehidupannya. Namun, bukan berarti rasa iri ini harus
menghancurkan diri kita. Bukankah menangisi nasib dan mengeluh sepanjang hari
tidak akan mengubah nasib kita. Malah yang ada kita semakin terbebani dan
stress.
Buatlah rasa iri itu menjadi rasa iri yang membangun. Jadikan keberhasilan
teman- teman kita untuk memotivasi kita. Tanamkan pemahaman kalau kita pun bisa
mencapai seperti apa yang teman-teman kita capai asalkan kita mau berusaha dan
berdoa. Bukannya malah memandang diri kita rendah, menangisi nasib dan kemudian
pasrah dengan keadaan. Malah ada teman saya wanita, saking irinya ngebet banget biar bisa seperti yang di irikannya, akirnya mengambil jalan pintas pergi ke dukun, untuk menghancurkan teman sendiri agar di hilangkan kebahagiaanya, karena temanku ini sudah terlewat iri tapi tidak mampu, seperti ungkapan wong jowo, ati karep bondo cupet kalau peribahasa jawa bilang mah gitu, artinya, di ibaratkan kita mempunyai sebuah keinginan yang
sangat menggebu-nggebu, akan tetapi kita tidak punya harta untuk menggapainya,
mau minta suami atau emaknya, iya kalau suaminya pejabat atau kita punya cetakan uang, la kalo
tidak? Kan bukan salah bunda mengandung donk. Ya terima nasib saja, Lah suami sebagai kuli biasa aja, gaji juga standrad, koq istrinya sok gaya neko-neko ala emak-emak tajir gedongan, mbok ya di syukuri, mosok gali lubang terus gak bisa nutup-nutup, kasian suaminya kerja rekoso mobat-mabit cari duit, tapi istrinya gak tau diri berlagak artis melejit.
Bersyukurlah atas setiap keajaiban yang Tuhan berikan
kepada kita. Yang masih lajang, Bersyukurlah bahwa kita masih diberi waktu
lebih untuk memanjakan diri dan berkumpul bersama dengan teman dan keluarga.
dan yang sudah punya keluarga, suami dan anak, yo jangan selingkuh, sudah punya suami yang baik, kerja demi sang istri, mosok istrinya matanya masih ijo jelalatan lihat suami orang sedikit bening langsung di goda, di rayu, di embat, malah pakai ilmu pelet biar langsung klepek-klepek, seolah-olah melihat wanita ini cuantik jelita kayak bidadari turun dari hongkong, padahal mukanya wajah pas-pas, bukanya saya menghina loh ya, wong saya sendiri juga gak cantik, tapi maaf kelakuannya itu loh melebihi iblis, dan tanpa basa basi langsung dech di ajak bobo-bobo cantik, dasar wong wedok pecundang, gak duwe isin, rai gedeg, kelakuane iblis di tiru, gak punya otak.
Seharusnya manfaatkanlah waktu yang berkualitas bersama keluarga, suami dan anak, dan yang belum menikah seharusnya memanfaatkannya dengan teman-teman terdekat dan keluarga
sebelum kita akhirnya ditemukan dengan jodoh kita. Yang masih bekerja di
perusahaan kecil dengan penghasilan pas-pasan, bersyukurlah bahwa masih banyak
pengangguran di luar sana yang berjuang susah payah mencari pekerjaan,
mengingat lapangan pekerjaan sekarang semakin menyempit. Bersyukurlah bahwa
kita masih bisa makan tiga kali sehari sementara tetangga kita makan sekali
saja sudah merupakan keajaiban.
Terkadang kita perlu memandang ke atas tapi jangan lupa sesekali kita juga
perlu memandang ke bawah. Jangan terlalu lama memandang ke atas karena akan
membuat kita lupa bersyukur dan menjadikan kita menjadi pribadi yang inferior.
Tetapi jangan terlalu lama juga memandang ke bawah karena akan membuat kita
merasa sombong dan memandang rendah orang lain. Selalu bersyukrlah untuk setiap
keadaan kita dan berusahalah untuk melakukan yang terbaik dan menjadi pribadi
yang optimis dalam menjalani hidup.
Kalau bagi saya, nikmati prosesnya dan buat jalan kesuksesanmu sendiri,
karena belum tentu apa yang kita lihat sama dengan apa yang terjadi
sesungguhnya. Selalu bersyukur, positif thingking salah satu sikap yang senantiasa dapat
membawa kita kepada semangat hidup yg lebih bermakna, dan yang utama adalah, karena kebahagiaan kita
yang tentukan bukan apa orang lain katakan. Jadi selalu semangat ya guys...