DALAM
kehidupan sehari-hari kadang-kadang kita menemukan orang yang berbicaranya
seolah-olah tahu benar atau mengerti benar tentang apa yang kita bicarakan atau
apa yang kita tulis dalam bentuk surat pembaca, artikel buku atau apapun yang merupakan
manifestasi daripada pendapat kita. Itulah kesan dan pengalaman yang dapatkan
penulis selama menjadi penulis surat pembaca, artikel, buku atau
karya-karya tulis dalam bentuk lainnya. Bahkan apa yang kita katakan
kadang-kadang juga dipersepsikan dan ditanggapi secara berbeda dan menyimpang
daripada hakekat maksud yang sesungguhnya. Bahasa lisan atau tertulis yang kita
lakukan, akan dipersepsikan salah oleh orang yang ilmunya sedikit.
Apakah
semua orang yang ilmunya sedikit pasti merasa lebih pandai?
Tentunya tidak semuanya. Ada orang yang ilmunya sedikit dan menyadari bahwa
ilmunya sedikit, justru mempunyai kesadaran untuk bertanya tentang hal-hal yang
dia kurang pahami. Namun abanyak juga orang yang imunya sedikit tetapi merasa
mengetahui sesuatu hal secara mendalam atau bahkan merasa mengetahui berbagai
hal atau semua hal, padahal apa yang dikatakan hanya berdasarkan perkiraan dan
tidak berdasarkan pengetahuan yang relevan yang dia miliki.
Apa
yang dimaksud ilmunya sedikit
Yang
dimaksud yaitu ilmu yang dimilikinya hanya satu bidang tertentu saja. Misalnya
bidang ilmu ekonomi saja, ilmu politik saja, jurnalistik saaja, matematika
saja, filsafat saja, psikologi saja dan ilmu-ilmu lainnya. Bisa saja dia juga
secara otodidak juga membaca buku-buku di luar ilmunya, tetapi bisa saja cara
memahaminya atau cara mempersepsikannya keliru sehingga apa yang dikatakannya
juga keliru.
Apa
yang dimaksud dengan pandai?
Sejauh menyangkut pengertian atau definisi, memang sangat relatif sifatnya.
Namun yang dimaksud pandai pada umumnya adalah orang yang menguasai sebuah ilmu
pengetahuan, bisa menerapkannya dengan baik dan bisa menemukan solusi yang baik
disertai penalaran yang baik. Jadi ada unsur penguasaan ilmu, penerapan ilmu,
solusi dan penalaran sehingga apa yang dikatakan dan dilakukan ada alasannya
yang rasional.
Kenapa
ada orang yang berlaku demikian?
Memang
ada orang yang demikian yang biasa disebut dengan istilah “snob”. Yaitu sikap
sok. Ada banyak macam sok. Dalam hal ini sok tahu, sok mengerti dan sok pintar.
Penyebabnya bisa macam-macam Antara lain, malu kalau dianggap tidak tahu, ingin
menunjukkan kepada orang lain bahwa dia tahu dan mengerti (padahall
sesungguhnya tahunya hanya sedikit bahkan samasekali tidak tahu), ingin
dianggap hebat, takut dianggap bodoh, ingin mengalahkan lawan bicaranya dan
yang lebih parah adalah ingin menyakiti hati lawan bicaranya. Memang ada
orang-orang tertentu yang mempunyai perangai demikian.
Kecenderungannya
pendapatnya ingin diketahui banyak orang
Biasanya,
orang yang demikian, bicaranya harus didengar orang lain. Atau jika merupakan
tulisan, maka diharapkan pendapatnya dibaca orang lain. Dengan demikian dia
akan memperoleh kepuasan psikologis (yang semu).
Beberapa
contoh
1.Kalau
kita cermati komen—komen di blog/website yang tidak terkontrol, tidak terfilter
oleh admin, maka dia akan menulis komen—komennya seenak sendirinya yang
kadang-kadang dia tidak tahu sedang berbicara dengan siapa dan seringkali
mengabaikan faktor etika, kesopanan dan bahkan perasaan orang lain. Dia merasa
“superior”, merasa lebih pandai daripada orang yang dikomentarinya.
2.Tidak
menguasai ilmu logika tetapi mengritik artikel tentang ilmu logika. Tidak faham
psikologi tetapi mengritik artikel psikologi, tidak menguasai ilmu ekonomi
tetapi mengritik artikel tentang ekonomi dan seterusnya.
3.Mengomentari
hasil karya seseorang yang sesungguhnya dia tidak memahami latar belakangnya,
maksudnya, alasannya maupun tujuan-tujuannya. Misalnya, ada seseorang membuat
motor bertenaga surya, maka dia yang tidak faham hal-hal yang berhubungan
dengan tenaga surya atau solar cell akan mengritik karya tersebut seolah-olah
faham betul dengan teknologi tenaga surya. Padahal, pendapat-pendapatnya hanya
berdasarkan perkiraan saja. Hanya seolah-olah tahu dan mengerti.
4.Kalau
dia berhadapan dengan hal-hal yang dianggapnya tidak lazim, maka itu akan
dianggapnya salah dan bahkan ditertawakannya. Misalnya ketika Wright Brother
akan menguji coba pesawat terbang ciptannya, maka beberapa orang temannya yang
tidak faham soal iitu, menertawakannya. Katanya, mana mungkin benda yang berat
bisa terbang.
5.Suka
mengritik dan mencela, tetapi dia sendiri tidak punya karya apa-apa. Pengalaman
dan pengamatan penulis, orang yang suka mengritik an mencela karya seseorang ,
ternyata tidak mempunyai karya apapun.Kalaupun punya, hanya biasa-biasa saja.
Itupun mungkin jumlahnya hanya satu dua saja. Dan belum tentu karyanya
berkualitas. Apalagi, biasanya tidak pernah mendapatkan penghargan ataupun
award dari lembaga yang terpercaya.
Snob
dan sirik
Pada
umumnya, orang yang snob juga sekaligus memiliki sikap sirik. Yaitu, selalu
punya perasan tidak suka terhadap apa yang dikatakan, ditulis, dilakukan atau
dimiliki orang lain. Pikirannya selalu negative thinking dan suka mencela. Dan
selalu dia merasa lebih superior daripada orang lain.
Faktor
kejiwaan dan pola berpikir
Pada
umumnya, orang demikian ada sediikit mengalami masalah kejiwaan. Bisa karena
galau, stres, tekanan psikologis atau bahkan bisa jadi karena mengalami
kelainan kepribadian. Bisa juga karena cara berpikir atau cara berlogikanya
yang keliru dan kekeliruan itu terus berlangsung. Atau, merupakan kebiasaan
buruk yang tidak pernah disadarinya.
Enggan
bertanya
Ciri
lain yaitu dia enggan bertanya. Baginya, bertanya sama saja menunjukkan
kebodohan. Oleh karena itu dia enggan bertanya walaupun dia sebenarnya tidak
tahu. Supaya tidak dianggap bodoh, maka diapun berbicara atau menulis
seolah-olah dia tahu. Padahal, bagi orang yang ilmunya banyak atau wawasan
berpikirnya luas, tentu tahu bahwa apa yang dikatakan atau ditulus dia (orang
lain) itu keliru.
Enggan
menghargai orang lain
Konsekuesinya
adalah, dia tidak bisa menghargai pendapat maupun karya orang lain. Kalaupun
toh menghargai, itu hanya merupakan basa-basi saja supaya dia dianggap bisa
menghargai orang lain. Padahal, di samping menghargai, dia lebih banyak tidak
menghargai. Hal-hal yang dianggap dianggapnya tidak lazim seringkali
dianggapnya salah. Bahkan punya kecenderungan “menggurui” orang lain. Cenderung
memaksakan pendapatnya atau suka “ngeyel” tanpa penalaran yang masuk akal.
Apakah
bisa “disembuhkan”?
Tergantung
dia sendiri. Kalau mau banyak baca-baca buku-buku ilmu pengetahuan, mau
bertanya kalau tidak mengerti, terbuka terhadap pendapat orang lain, mau
berusaha berpikir atau berlogika secara benar, mau mengakui ketidaktahuannya,
bersikap low profile atau mau merendahkan diri, maka pastilah dia akan
mengalami perubahan yang positif. Begitu pula sebaliknya.
Solusi
1.Sebaiknya
kalau seseorang benar-benar tahu, bolehlah seseorang itu berbicara.
2.Sebaliknya,
kalau seseorang benar-benar tidak tahu, sebaiknya seseorang itu bertanya.
Inilah
sikap orang bijak.
Semoga bermanfa'at .....