Jul 11, 2014

Rumah Tanpa Pondasi



Ketika banyak perempuan dilukai oleh laki-laki. Berarti banyak pula laki-laki yang melukai perempuan. Sebanyak peganduan dalam setiap curhatan bahwa laki-laki itu brengsek dan menjengkelkan. Bila kita dengar dari teman-teman dekat kita dalam ceritanya.

Mengapa banyak cinta yang terluka sebelum terjadi ikatan yang suci lagi baik. Karena, disana tidak ada ikatan. Kalaupun merasa terikat, itu sesuatu yang tidak ada sama sekali. Siapapun bisa meninggalkan siapapun, kapanpun. Bahkan dengan alasan-alasan yang sederhana. Hilang rasa misalnya. Karena di sana tidak ada komitmen yang jelas antara keduanya. Negara bahkan tidak bisa menindaknya dengan hukum.

Lalu mengapa kita sibuk membangun cinta diatas lahan yang rawan. Seperti membangun rumah di atas rawa-rawa. Membangun rumah tanpa pondasi dan kita berharap bisa membuat gedung tinggi. Sayangnya banyak sekali orang yang melakukan itu. Kita pun pernah, di masa muda yang bergelora. Di masa muda yang ingin mencoba banyak hal.

Laki-laki akan terus melukai perempuan bila tidak ada komitmen. Sementara perempuan akan terus terlukai karena menuntut kepastian. Padahal tidak ada kejelasan. Laki-laki dan perempuan tidak saling belajar saat ini. Pun tidak saling mampu menahan diri.

Membangun cinta tanpa rahmat dan berkah dari Tuhan. Berangan-angan tentang masa depan padahal kosong. Bermimpi tentang keluarga harmonis padahal hanya mulut manis.

Cinta memerlukan kesabaran. Cinta memerlukan pengendalian. Sebab itu Dia memberikan pentunjuk-Nya. Perasaan ini suci dan fitrah, sebuah perasaan yang sengaja diciptakan dengan rasa-rasa yang indah. Hanya saja banyak orang yang terburu-buru ingin merasakan keindahanny dan ditempat dan orang yang tidak tepat.

Perempuan haruslah menjaga diri, menjaga kehormatan, dan mampu mengendalikan. Laki-laki haruslah mampu menjaga kehormatan, tidak sembarangan memberi perhatian apalagi harapan. Karena perempuan mudah memberikan kepercayaan.

Merindukan Matahari Malam-malam



Jangan mengharapkan sesuatu yang memang bukan pada tempatnya. Jangan mengharapkan sesuatu yang pasti mustahil.

Kita tidak perlu berharap bisa kembali ke masa lalu dan memperbaiki segala kesalahan kita di sana. Kita tidak perlu berharap memiliki orang tua yang bijaksana dan harmonis bila mungkin kita tidak memilikinya saat ini karena kita bisa menciptakannya melalui diri kita sendiri saat menjadi orang tua nanti. Kita tidak perlu berandai-andai saat ini juga kaya raya, mungkin belum waktunya saja. Atau berandai-andai ada doraemon dengan kantong ajaib dan pintu kemana sajanya.

Kita tidak perlu berharap matahari terbit malam hari. Tidak perlu berharap air laut surut dalam semalam. Meski itu mungkin sekali bagi Tuhan dalam sekejap, kurasa Tuhan tidak akan melakukannya.

Haraplah sesuatu yang memang bisa kita raih. Sesuatu yang bisa membuat kita melangkahkan kaki, menggerakkan seluruh tubuh dan pikiran kita untuk mewujudkannya. Kita tidak perlu memperbaiki masa lalu, itu tidak mungkin. Tapi kita bisa memperbaiki langkah-langkah kita hari ini. Bila kelak orang lain mengusik dengan mengungkit-ungkitnya. Bersyukurlah karena dosa kita dibayar di dunia, bukan di akhirat.

Haraplah sesuatu yang mungkin kita raih. Tidak perlu berharap nabi turun lagi hari ini. Tapi percayalah, surga bukanlah sesuatu yang tidak mungkin untuk kita harapkan kan? Bahkan jauh lebih mungkin daripada hal-hal lain yang selama ini mengusik pikiran kita. Selama langkah kaki kita setia pada jalan-Nya.

Tidak perlu mengharap matahari terbit malam-malam. Meski itu mungkin bagi Tuhan. Kurasa Dia ingin memberikan kita pelajaran berharga dalam setiap langkah hidup ini. Bahwa setiap langkah kaki kita akan selalu memiliki pembelajaran. Ingatlah jejak langkah kita, karena bila kita tersesat, kita bisa kembali menelusuri jejak.

Bukankah mengharapkan surga jauh lebih mungkin dari mengharapkan seseorang yang tidak jelas. Mari kita tata dan benahi lagi harapan kita. Sudahkah ditempat yang tepat?

Senja Ramadhan



Semoga kedamaian dilimpahkan kepadamu diiringi dengan rahmat dari Allah dan juga barakah dari Allah untukmu.
Senja ramadhan kali ini benar-benar membuatku jatuh cinta pada saat melihatnya, menentramkan, menenangkan jiwa yang lelah, yang sibuk pada urusan-urusan yang sejatinya sepele, yang pada akhirnya selalu bisa diselesaikan dengan baik, yang parahnya selalu bisa membuat kita lupa untuk mendekat pada Tuhan.
Senja ramadhan kali ini, membuat jiwa ini bertanya, sudah seberapa dekatkah aku pada Tuhan, dengan amalan yang segini saja, yang bahkan menghafal al-quran pun menunggu waktu senggang, namun nikmat Tuhan tak pernah putus hingga aku menuliskan ini.
Lalu manusia, lalai pada nikmat karena lupa bersyukur, lupa caranya mengatakan hal-hal baik, lupa bahwa manusia adalah tempat salah dan dosa, parahnya lupa caranya bertaubat.

Bersyukurlah, karena masih bisa melihat senja pada ramadhan, artinya Tuhan masih saja memberikan kita kesempatan untuk mendekat, tapi kita lupa bahwa waktu tak pernah menunggu

Jul 10, 2014

Dimana Air Matamu ?



Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu mengatakan, suatu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadaku, “Bacakanlah al-Qur’an kepadaku.” Maka kukatakan kepada beliau, “Wahai Rasulullah, apakah aku bacakan al-Qur’an kepada engkau sementara al-Qur’an itu diturunkan kepadamu?”. Maka beliau menjawab, “Sesungguhnya aku senang mendengarnya dibaca oleh selain diriku.” Maka akupun mulai membacakan kepadanya surat an-Nisaa’. Sampai akhirnya ketika aku telah sampai ayat ini (yang artinya), “Lalu bagaimanakah ketika Kami datangkan saksi bagi setiap umat dan Kami jadikan engkau sebagai saksi atas mereka.” (QS. an-Nisaa’ : 40). Maka beliau berkata, “Cukup, sampai di sini saja.” Lalu aku pun menoleh kepada beliau dan ternyata kedua mata beliau mengalirkan air mata.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dari Ubaidullah bin Umair rahimahullah, suatu saat dia pernah bertanya kepada Aisyah radhiyallahu’anha, “Kabarkanlah kepada kami tentang sesuatu yang pernah engkau lihat yang paling membuatmu kagum pada diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?”. Maka Aisyah pun terdiam lalu mengatakan, “Pada suatu malam, beliau (nabi) berkata, ‘Wahai Aisyah, biarkanlah malam ini aku sendirian untuk beribadah kepada Rabbku.’ Maka aku katakan, ‘Demi Allah, sesungguhnya aku sangat senang dekat denganmu. Namun aku juga merasa senang apa yang membuatmu senang.’ Aisyah menceritakan, ‘Kemudian beliau bangkit lalu bersuci dan kemudian mengerjakan shalat.’ Aisyah berkata, ‘Beliau terus menerus menangis sampai-sampai basahlah bagian depan pakaian beliau!’. Aisyah mengatakan, ‘Ketika beliau duduk (dalam shalat) maka beliau masih terus menangis sampai-sampai jenggotnya pun basah oleh air mata!’. Aisyah melanjutkan, ‘Kemudian beliau terus menangis sampai-sampai tanah [tempat beliau shalat] pun menjadi ikut basah [karena tetesan air mata]!”. Lalu datanglah Bilal untuk mengumandangkan adzan shalat (Subuh). Ketika dia melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menangis, Bilal pun berkata, ‘Wahai Rasulullah, anda menangis? Padahal Allah telah mengampuni dosa anda yang telah berlalu maupun yang akan datang?!’. Maka Nabi pun menjawab, ‘Apakah aku tidak ingin menjadi hamba yang pandai bersyukur?! Sesungguhnya tadi malam telah turun sebuah ayat kepadaku, sungguh celaka orang yang tidak membacanya dan tidak merenungi kandungannya! Yaitu ayat (yang artinya), “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi….dst sampai selesai” (QS. Ali Imran : 190).” (HR. Ibnu Hiban).
Mu’adz radhiyallahu’anhu pun suatu ketika pernah menangis tersedu-sedu. Kemudian ditanyakan kepadanya, “Apa yang membuatmu menangis?”. Maka beliau menjawab, “Karena Allah ‘azza wa jalla hanya mencabut dua jenis nyawa. Yang satu akan masuk surga dan satunya akan masuk ke dalam neraka. Sedangkan aku tidak tahu akan termasuk golongan manakah aku di antara kedua golongan itu?”.
al-Hasan al-Bashri rahimahullah pun pernah menangis, dan ditanyakan kepadanya, “Apa yang membuatmu menangis?”. Maka beliau menjawab, “Aku khawatir besok Allah akan melemparkan diriku ke dalam neraka dan tidak memperdulikanku lagi.”
Abu Musa al-Asya’ri radhiyallahu’anhu suatu ketika memberikan khutbah di Bashrah, dan di dalam khutbahnya dia bercerita tentang neraka. Maka beliau pun menangis sampai-sampai air matanya membasahi mimbar. Dan pada hari itu orang-orang (yang mendengarkan) pun menangis dengan tangisan yang amat dalam.
Abu Hurairah radhiyallahu’anhu menangis pada saat sakitnya (menjelang ajal). Maka ditanyakan kepadanya, “Apa yang membuatmu menangis?”. Maka beliau menjawab, “Aku bukan menangis gara-gara dunia kalian (yang akan kutinggalkan) ini. Namun, aku menangis karena jauhnya perjalanan yang akan aku lalui sedangkan bekalku teramat sedikit, sementara bisa jadi nanti sore aku harus mendaki jalan ke surga atau neraka, dan aku tidak tahu akan ke manakah digiring diriku nanti?”.
Suatu malam al-Hasan al-Bashri rahimahullah terbangun dari tidurnya lalu menangis sampai-sampai tangisannya membuat segenap penghuni rumah kaget dan terbangun. Maka mereka pun bertanya mengenai keadaan dirinya, dia menjawab, “Aku teringat akan sebuah dosaku, maka aku pun menangis.”
Masyaa’Allah~
Allah…

Jul 8, 2014

Apa itu IMSAK



Imsak hanya dikenal di Asia Tenggara (Khususnya Indonesia), kemungkinan yg Membuat Ajaran Imsak Ini Berniat Baik Agar Kita Ada Waktu Untuk Bersiap Diri Melaksanakan Sholat Dan Mempersiapkan Waktu Terbitnya Fajar. Namun dia lupa Bahwa Islam yg diajarkan Rasulullah Saw Sudah Sempurna Sehingga Tidak perlu ditambah atau dikurangi.

Akibatnya pada hari ini Banyak umat menganggap batas akhir makan sahur adalah Imsak Sehingga menghilangkan Ajaran Rasulullah Saw yg Sesungguhnya.

Dalil: “Jika salah seorang dari Kamu Mendengar Adzan Sedangkan ia Masih
Memegang Piring (Makanan), Maka Janganlah Ia Meletakkannya Hingga Ia Menyelesaikan Hajatnya (makannya). [HR.Imam Ahmad, Abu Dawud, Hakim, dishahihkan oleh Adz Zahabi]


Ibnu Umar berkata, “Alqamah Bin Alatsah Pernah Bersama Rasulullah, Kemudian Datang Bilal akan mengumandangkan adzan, kemudian Rasulullah Saw Bersabda, “Tunggu sebentar wahai bilal..!, Alqamah sedang makan sahur”.
[Hadist ini dihasankan oleh Syaikh Al Albani]


"Dan Makan Dan Minumlah Kamu Hingga Terang Bagimu Benang Putih Dan Benang Hitam Yaitu Fajar".
(QS Al Baqarah 2 : 187).


Jadi sahabatku, Batas Santap Sahur Adalah waktu fajar (saat adzan subuh/fajar), Bukan IMSAK.
"Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarang bagimu maka tinggalkanlah". 
(QS Al Hasyr 59 : 7)

Mohon disebarkan, agar tidak makin tersebar kesalahan dan kekeliruan di masyarakat, terutama keluarga kita dalam melaksanakan amalan di bulan Ramadhan.

Aku Rindu