Dec 22, 2017

Selamat Hari Ibu Untuk Ibu

"Jika ada malaikat berwujud manusia, maka dia adalah seorang Ibu"

Aku bertanya pada diriku tentang ibu, "Apakah ibu itu ..."
Sempurna?

Tidak, sempurna hanyalah milik Allah SWT.

Baik?

Ya, tapi selain ibu diluar sana juga banyak orang baik.

Penyayang?

Ya, tapi selain ibu orang lainpun banyak yang menyayangiku.

Pahlawan?

Ya, tapi selain ibu orang-orang di sekitar ku selalu siap membantu.

Lalu aku terdiam..merenung....jika semua pertanyaan di jawab Ya, namun dengan tapi, lalu apa beda dan istimewanya ibuku?...

diriku bertanya lagi sambil berbisik, Tulus?

Aku pun tersenyum, aku merasakan kehangatan seketika..

Ya, diluar sana banyak orang baik, tapi hanya ibu yang kebaikannya tanpa pamrih, begitu tulus..

Ya, orang lain banyak yang menyayangiku, tapi hanya ibu yang kasih sayangnya tanpa batas..

Ya, mereka selalu membantuku, tapi hanya ibu yang rela melakukan apapun demi anaknya..

Ya, hanya ibu yang bisa melakukan semuanya dengan tulus...dalam setiap doanya, sentuhannya, tatapannya, senyumannya, bahkan dalam setiap tangisannya,, ibu melakukannya dengan tulus.

Terima kasih ibu,

Terima kasih...

Aku bersyukur,,bahagia dan sangat gembira bisa terlahir dari rahim mu.

Untuk ibu,,,Selamat hari Ibu...

Aku menyayangimu tidak hanya hari ini,,,

Aku menyayangimu sejak dulu, sampai sekarang dan akan terus selamanya..

Maafkan aku ibu atas semua perlakuan dan sikapku yang sering membuat mu kecewa..

Dec 20, 2017

Cinta, Ego Dan Setia

Cinta, dan rasa percaya adalah sahabat, kadangkala akrab kadangkala ribut.

Cinta bisa datang dan pergi, tapi rasa percaya selalu setia.

Tak ada yang bisa merubah makna dari setia, walaupun dalam keadaan sesulit apapun, langit runtuh sekalipun,  tak akan pernah bisa mengubah makna kata setia.

Kali ini  harus dipahami bahwa yang abadi dari setia hanyalah kata setia itu sendiri bukan pelaksananya. Setia pun hanya bisa berlaku bagi seseorang yang saling berjanji. Ini sangat berlaku bagi mereka yang telah mengucap janji suci yaitu pernikahan.

Cinta pun bisa sangat akrab dengan ego. Cinta ya cinta , ego ya ego. Ketika cinta dan ego (rasa untuk memiliki),  bersatu,  bahagia pun akan tercipta asalkan persyaratannya terpenuhi, tak ada yang tersakiti.

Ketika ada salah satu pihak yang tersakiti baik dari pihak yang bersangkutan atau pihak ketiga, maka alangkah bijaknya jika cinta dan ego segera dipisahkan.

Barangkali inilah jalan yang harus dilalui, biar cinta tetap berkembang, jadi lebih tulus, lebih pasrah dan lebih berserah.

Dec 19, 2017

Darimu Aku Belajar

Darimu aku belajar banyak hal.

Darimu aku belajar bagaimana cara mengambil keputusan.
Bahwa keputusan yang diambil secara terburu-buru bukanlah hal yang baik.
Bahwa keputusan yang kita ambil menentukan bagaimana kehidupan kita selanjutnya.
Terkecuali terburu-buru mencintaimu.


Darimu aku belajar menghargai waktu.
Bahwa waktu tidak dapat dipukul mundur.
Waktu tidak bisa dikembalikan dengan uang akibat bermalas-malasan.
Darimu aku belajar menghargai setiap waktu bersamamu.


Darimu aku belajar setia.
Setia terhadap apa-apa yang sedang aku jalani.
Aku belajar bahwa sepedih apapun, kita tidak boleh pergi, itu namanya pengorbanan.
Ini adalah akibat dari keputusan yang telah diambil.
Denganmu aku belajar setia, sepahit apapun rintangan di depan kita.


Dirimu mengajarkanku bahwa keputusanku untuk bersamamu, membuatku bijaksana terhadap waktu dan setia.

Daun Yang Setia

terlontar kata
dari daun sebelum jatuh

daun yang senantiasa setia
yang kerap bertahan;
terhadap terpaan angin
hujan yang bertubi
gravitasi

daun juga menguning dan menua
tanpa sekalipun ingin bertaut ke pohon yang lain

ia memang tidak bisa memilih
di pohon mana ia akan menghabiskan hidup
tetapi ia bersyukur
karena tidak perlu merasakan sesal
yang sering datang setelah menetapkan

dan ketika akhirnya sampai
pada waktu daun harus jatuh ke tanah
pohon akan mengerti
ia bukan pergi
ia hanya kembali pulang
menuju muasal

sudah kukatakan
daun itu setia bukan?

Pencitraan

Sebenarnya apa yang salah dari pencitraan? Mengapa setiap dihadapkan dengan kata tersebut kesannya selalu negatif? Kesannya membentuk citra yang bukan dirinya sendiri, padahal belum tentu begitu. Bisa saja yang sedang seseorang tampilkan adalah sisi yang ingin ia nampakkan di depan seseorang, di suatu kondisi tertentu atau di tempat yang ia inginkan untuk mempertontonkan sisi ia yang lain – yang mungkin saja berbeda dengan sisi yang ia perlihatkan di tempat lain. Bukan berarti menjadi sosok yang bukan dia, hanya saja menyembunyikan yang tidak ingin ia bagi dan menampilkan apa yang ingin ia perlihatkan.

Kalau ditelisik dari arti katanya sendiri, pencitraan berasal dari kata baku citra dengan penambahan awalan dan akhiran. Secara keseluruhan merupakan suatu kegiatan membentuk citra mental pribadi atau gambaran sesuatu. Sayangnya, sering salah arti. Seolah pencitraan adalah hal buruk di mana seseorang mengenakan topeng yang bukan dia, tetapi memakai topeng orang lain.

Semua orang berhak untuk melakukan pencitraan. Sah saja jika seseorang ingin mencitrakan dirinya sebagai orang baik, murah senyum, sering menemani ibu berbelanja ke pasar kemudian menjadi kuli panggul untuk ibu sendiri, atau rajin menabung kemudian celengan dicokel kembali menggunakan lidi. Sah saja jika seseorang ingin mencitrakan dirinya sebagai orang ketus, mahal senyum, keras kepala, arogan, dan sering membantu teteh-teteh warung sebelah untuk melayani pembeli agar mendapat secangkir kopi gratisan. Boleh saja. Kenapa tidak? Asal yang ia citrakan adalah ia yang sebenarnya, bukan malah mencitrakan apa yang tak ada pada dirinya hingga meminjam topeng tetangga. Kenakan topeng milik sendiri saja, kasarnya.

Tapi bagi saya, yang lebih penting dari pencitraan itu sendiri adalah bagaimana saya menempatkan diri. Menempatkan diri di satu circle. Membagi porsi apa yang mau ditampakkan, apa yang mau disembunyikan sama pentingnya. Karena tidak bisa juga menampilkan semua gamblang di depan umum. Makanya, saya pilih apa yang mau diperlihatkan. Biar mereka yang dekat dalam arti sebenarnya yang tahu baik, buruk, menggemaskan, menyebalkannya saya. Mereka yang sekedar tahu, biar saja tahu sebatas permukaan. Menerka-nerka ada apa saja di dasar dan menebak kira-kira berapa kedalaman. Jadi, intinya pandai-pandailah menempatkan diri. Bukan mengcover diri menjadi orang lain. Jelas beda. Hanya saja, tampakkan yang mau diperlihatkan. Sembunyikan apa yang tidak mau dipertontonkan.

Aku Rindu