Jul 26, 2018

Kopi Kerinduan


Apa kabarmu disana lelakiku
kini, genteng rumahku ramai dihuni kakikaki hujan
teringat kau yang biasa memadu hujan dengan segelas kopi
sambil menidurkan resah dan rindu di pahapaha kecilku

Gemercik hujan diluar jendela serupa nyanyian rindu
terkirim pada angin malam dari tempatmu beradu, jauh disana

Petiklah gitarmu, mainkan nadamu
ingin sekali kudengar kau berdendang
meski cinta tidak serupa dengan nada
dan meski cinta tidak harus selalu didendangkan

Kopiku segelas saja, segelasnya belum kubuat
hujan masih deras
segelasnya belum ingin kubuat
hujan usai dan segelasnya urung kubuat

Jul 25, 2018

Nikmatnya Kopi Panas Pagi


Hmm.....aroma harum kopi panas pagi

Masuk meresap dalam sanubari

Uap kopi panas pagi mengepul menari

Melambai-lambai mengundang  hati

Aku mendekat duduk tuk menikmati

Srup...seruputan kopi panas pagi

Membuka lembaran hidup hari pagi

Manis pahit rasa aduhai nikmatnya

Kopi panas di pagi hari

Hangatkan jiwa dan raga

Srup ...seruputan kopi panas pagi

Gugah semangat menghias hari-hari

Nikmatnya makin lama makin terasa

Kopi panas di pagi hari

Kuatkan hasrat meraih asa

Srup ...seruputan kopi panas pagi

Lupakan  segala masalah yang menyelimuti

Nikmat kopi panas pagi tiada tara

Kopi panas di pagi hari

Ingatkan segala sesuatu adalah karuniaYang Kuasa

Jul 24, 2018

Mengenang Kenangan Yang Sederhana


Pada sore yang lalu, aku menangis karna patah hati. Dadaku sesak karna disakiti.
Pada sore yang lalu, aku langsung berlari menjauhi setiap sudut yang ramai. Bersungut-sungut menyembunyikan kelopak mata yang sudah sembab.
Pada sore yang lalu, aku mencari hujan. Untuk mengaburkan air mataku yang membasahi seluruh wajah bagai habis dibasuh oleh air sehabis cuci muka kala siang.

Sore itu sudah bertahun yang lalu. Ketika aku masih sangat mencintaimu. Ketika waktu itu aku masih setia menanti pesan singkatmu. Ketika aku masih jadi ‘Sayang'nya kamu.
Aku tertawa sore ini. Mengenang hal itu membuat perutku mulas karna malu.
Ah! Betapa lucu dulu. Betapa bodohnya aku.

Tapi kemudian, mengenang hal itu pula membuat rasaku ditumbuhi benalu yang bernamakan rindu.
Kemana kamu, si masa lalu kini berada? Apakah masih menjadi seseorang yang gemar menebar cinta?
Ataukah berubah menjadi pujangga yang setia pada satu jiwa saja?
Entah disebut apa aku saat ini. Seorang korban dari cintamu kah? Atau seseorang yang mengorbankan cinta untukmu?

Kalau diingat tentang dulu. Cinta bagi kita terlalu sederhana.
Bahagia akan bersua hanya dengan saling mengucap mantra yang berkalimatkan, “Mimpi indah.” Maka, mimpi itu akan hadir dengan sendirinya dan kita bertemu disana lalu kita bahagia.
Serta rindu yang datang hanya disebabkan oleh sinyal yang menyiksa, membuat pesan singkat kita menyangkut diudara. Lalu kita akan gusar karenanya.

Aku maupun kamu, kita serba sederhana. Hingga kamu tak perlu kebingungan bagaimana caranya menyakitiku. Karna segala yang terancang dalam diriku terlalu sederhana. Air mataku rawan terjatuh dan hatiku mudah rapuh.
Aku jadi ingat betapa menggelikannya dulu. Baru beberapa jam kamu melepasku, aku sudah rindu.
Kalau dipikir kini, aku jadi heran sendiri. Mengapa bisa sebodoh ini?

Mengenang secangkir kenangan kita membuatku lesu karna tak ditemani selembar koran pagi yang kuharap membawa berita tentang dirimu.

Aku ingin mengetahuimu sekarang ini. Bukan karna ingin kita yang sederhana itu kembali.
Tapi aku ingin tahu, apakah kini, mencintaimu masih sama sederhananya seperti dulu?

Setiap Jengkal Dari Tubuhmu, Dirimu, Itu Berharga.


Perihal mencintai, kita akan selalu berimajinasi soal perasaan. Kita hanya mengucapkannya secara verbal, dan menunjuk ke dada sebagai pembuktian. Meski kita meluruskan telunjuk pada hati, nyatanya menyatakan cinta itu turun dari benak hingga keluar lewat ucap.

Tentu saja, cinta tak hanya berdengung dalam awang-awang. Cinta juga perlu turun ke dalam akar yang mendalam, lewat detak jantung dan desiran darah. Lewat permukaan tubuh ini, nyatanya cinta dapat diolah dan dimengerti oleh kejiwaan manusia secara paripurna. Akan ada suatu kali, bahwa cinta membutuhkan sebuah afeksi ; sentuhan, yang melalui setiap jengkal kulitmu, yang membuat kau akan menerjemahkan cinta dari sudut yang lain lagi.

Hanya perlu kau tahu, tubuhmu adalah privasimu. Di setiap incinya, ada berjuta-juta rahasia yang kau simpan dari balik permukaannya. Sebagai suatu bagian dari milikmu yang kau jaga bertahun-tahun, suatu saat kau akan membagi wilayah pribadimu pada seseorang yang menurutmu kau cintai.

Adalah sebuah pertaruhan, apakah seseorang yang kau cintai itu pantas untuk kau percayai? Ketertarikan adalah musabab dari segala bentuk pertemuan ragawi yang nantinya tak dapat kau hindarkan. Apakah kau yakin akan mengusik rasa risih dan ingkarmu hari itu, dimana bagian demi bagian dari privasimu kau bagi?

Hanya entah, selain manusia itu saja yang tahu. Darah akan berdesir, jantung kian berdetak, hingga benak akan berdebur-gelombang bila kau sudah percayai seseorang itu untuk ada dan bernafas di setiap jengkal kulitmu. Hanya bisa kusemogakan bahwa dialah yang semestinya terbaik untukmu ; cinta yang perhitungannya meleset hanya akan semakin membuat menderita, terutama bila sudah menyentuh dan bersentuhan. Semoga itu tidak terjadi, atau lebih baik tidak usah dilakukan sama sekali.

Karena setiap jengkal dari tubuhmu, dirimu, itu berharga.

Aku Rindu