Pada sore yang lalu, aku menangis karna patah hati. Dadaku
sesak karna disakiti.
Pada sore yang lalu, aku langsung berlari menjauhi setiap
sudut yang ramai. Bersungut-sungut menyembunyikan kelopak mata yang sudah
sembab.
Pada sore yang lalu, aku mencari hujan. Untuk mengaburkan
air mataku yang membasahi seluruh wajah bagai habis dibasuh oleh air sehabis
cuci muka kala siang.
Sore itu sudah bertahun yang lalu. Ketika aku masih sangat
mencintaimu. Ketika waktu itu aku masih setia menanti pesan singkatmu. Ketika
aku masih jadi ‘Sayang'nya kamu.
Aku tertawa sore ini. Mengenang hal itu membuat perutku
mulas karna malu.
Ah! Betapa lucu dulu. Betapa bodohnya aku.
Tapi kemudian, mengenang hal itu pula membuat rasaku
ditumbuhi benalu yang bernamakan rindu.
Kemana kamu, si masa lalu kini berada? Apakah masih menjadi
seseorang yang gemar menebar cinta?
Ataukah berubah menjadi pujangga yang setia pada satu jiwa
saja?
Entah disebut apa aku saat ini. Seorang korban dari cintamu
kah? Atau seseorang yang mengorbankan cinta untukmu?
Kalau diingat tentang dulu. Cinta bagi kita terlalu
sederhana.
Bahagia akan bersua hanya dengan saling mengucap mantra yang
berkalimatkan, “Mimpi indah.” Maka, mimpi itu akan hadir dengan sendirinya dan
kita bertemu disana lalu kita bahagia.
Serta rindu yang datang hanya disebabkan oleh sinyal yang
menyiksa, membuat pesan singkat kita menyangkut diudara. Lalu kita akan gusar
karenanya.
Aku maupun kamu, kita serba sederhana. Hingga kamu tak perlu
kebingungan bagaimana caranya menyakitiku. Karna segala yang terancang dalam
diriku terlalu sederhana. Air mataku rawan terjatuh dan hatiku mudah rapuh.
Aku jadi ingat betapa menggelikannya dulu. Baru beberapa jam
kamu melepasku, aku sudah rindu.
Kalau dipikir kini, aku jadi heran sendiri. Mengapa bisa
sebodoh ini?
Mengenang secangkir kenangan kita membuatku lesu karna tak
ditemani selembar koran pagi yang kuharap membawa berita tentang dirimu.
Aku ingin mengetahuimu sekarang ini. Bukan karna ingin kita
yang sederhana itu kembali.
Tapi aku ingin tahu, apakah kini, mencintaimu masih sama
sederhananya seperti dulu?