Jul 24, 2018

Mengenang Kenangan Yang Sederhana


Pada sore yang lalu, aku menangis karna patah hati. Dadaku sesak karna disakiti.
Pada sore yang lalu, aku langsung berlari menjauhi setiap sudut yang ramai. Bersungut-sungut menyembunyikan kelopak mata yang sudah sembab.
Pada sore yang lalu, aku mencari hujan. Untuk mengaburkan air mataku yang membasahi seluruh wajah bagai habis dibasuh oleh air sehabis cuci muka kala siang.

Sore itu sudah bertahun yang lalu. Ketika aku masih sangat mencintaimu. Ketika waktu itu aku masih setia menanti pesan singkatmu. Ketika aku masih jadi ‘Sayang'nya kamu.
Aku tertawa sore ini. Mengenang hal itu membuat perutku mulas karna malu.
Ah! Betapa lucu dulu. Betapa bodohnya aku.

Tapi kemudian, mengenang hal itu pula membuat rasaku ditumbuhi benalu yang bernamakan rindu.
Kemana kamu, si masa lalu kini berada? Apakah masih menjadi seseorang yang gemar menebar cinta?
Ataukah berubah menjadi pujangga yang setia pada satu jiwa saja?
Entah disebut apa aku saat ini. Seorang korban dari cintamu kah? Atau seseorang yang mengorbankan cinta untukmu?

Kalau diingat tentang dulu. Cinta bagi kita terlalu sederhana.
Bahagia akan bersua hanya dengan saling mengucap mantra yang berkalimatkan, “Mimpi indah.” Maka, mimpi itu akan hadir dengan sendirinya dan kita bertemu disana lalu kita bahagia.
Serta rindu yang datang hanya disebabkan oleh sinyal yang menyiksa, membuat pesan singkat kita menyangkut diudara. Lalu kita akan gusar karenanya.

Aku maupun kamu, kita serba sederhana. Hingga kamu tak perlu kebingungan bagaimana caranya menyakitiku. Karna segala yang terancang dalam diriku terlalu sederhana. Air mataku rawan terjatuh dan hatiku mudah rapuh.
Aku jadi ingat betapa menggelikannya dulu. Baru beberapa jam kamu melepasku, aku sudah rindu.
Kalau dipikir kini, aku jadi heran sendiri. Mengapa bisa sebodoh ini?

Mengenang secangkir kenangan kita membuatku lesu karna tak ditemani selembar koran pagi yang kuharap membawa berita tentang dirimu.

Aku ingin mengetahuimu sekarang ini. Bukan karna ingin kita yang sederhana itu kembali.
Tapi aku ingin tahu, apakah kini, mencintaimu masih sama sederhananya seperti dulu?

Aku Rindu