Kamu pasti pernah menemui orang-orang yang hobinya memberi kritikan dan komentar
kepada hal-hal yang dikerjakan orang. Entah itu langsung dengan
kalimat kasar, mencaci dengan sindiran, atau bahkan menghina secara
terang-terangan. Mungkin maksudnya baik agar kamu sadar akan kesalahan
yang kamu lakukan. Tapi bukannya malah sadar, kamu malah jadi makin
kesal.
Nah, daripada kritikan yang dilemparkan malah bikin orang
lain kesal dan balik membenci, yuk kita introspeksi lagi cara kita
mengkritik dan berkomentar. Jangan-jangan selama ini memang sikap kita
yang kelewatan.
Saat mengkritisi sesuatu, sudahkah
dipikirkan sebelumnya apakah tindakan kritik ini adalah murni sebuah
tindakan korektif atau sekedar memenuhi ego anda. Pertanyaan ini sering
melintas dalam benak saya setiap timbul rasa ingin mengomentari sesuatu
yang bernada kritik, entah melalui ucapan verbal atau dalam bentuk
kata-kata seperti yang sering kita lakukan di sosial media.
Dari berbagai literatur yang saya baca,
hampir semua mengatakan bahwa tak seorang pun suka dikritik. Apalagi
kritik tersebut dilontarkan hanya untuk memenuhi ego diri. Banyak dari
kita yang terkadang tanpa sadar karena tidak menyukai seseorang atau
sesuatu hal, kritik kita sesungguhnya bukanlah sebuah tindakan korektif
namun sebuah pelampiasan kekesalan atau amarah.
Dalam kritik yang seperti ini bisa
bermacam-macam kandungannya, ada yang mengandung perintah, peringatan,
bahkan merupakan sebuah hukuman. Kritik yang seperti ini juga terkadang
adalah sebuah upaya memaksakan ide atau keinginan pada pihak lain.
Sungguh sebuah tindakan yang hanya melahirkan kepuasan ego belaka.
Lalu pertanyaannya, kalau memang ada
yang harus dikritik bagaimana? Ya sampaikan saja, namun pastikan dulu
niat anda benar-benar sebuah tindak korektif, bukan seperti yang saya
gambarkan pada paragraf di atas. Dan itupun, ada caranya lho, supaya
esensi dari kritik kita sampai atau dipahami oleh pihak yang kita
kritik.
Saya suka dengan uraian tentang cara terampil mengkritik yang ditulis oleh Les Giblin di bukunya yang berjudul Skill with People. Saya mencoba menguraikannya dalam tulisan di bawah ini. Mudah-mudahan bermanfaat ya.
- Jangan Pernah Mengkritik di Depan Umum.
Mengkritik seseorang di depan umum sama saja dengan mempermalukan
seseorang. Lakukanlah kritik secara pribadi lamgsung ke orangnya tanpa
perlu orang banyak tahu.
- Mulailah Kritik dengan Kata dan Pujian
yang Baik. Menciptakan suasana yang bersahabat akan membuat kritik kita
lebih mudah diterima. Ingat bahwa bagaimanapun kritik itu tidak
menyenangkan bagi yang dikritik, lakukan sehalus mungkin agar “cubitan”
anda tidak terlalu menyakitkan.
- Kritik Perbuatannya, Bukan Orangnya.
Ini paling sering terjadi dalam persoalan mengkritik. Sering ditemukan
kasus kita tidak dapat membedakan apakah yang kita kritik itu
perbuatannya atau orangnya. Ingat bahwa setiap orang adalah unik, dan
punya cara yang berbeda dalam setiap perilakunya. Ada beda yang jelas di
antara dua kalimat ini. “Kamu tuh harusnya begini bukan begitu” dengan
“menurutku, sepertinya hal ini bisa dilakukan dengan cara begini,
bagaimana menurutmu?”
- Beri Solusi atau Jawaban. Mengkritik
tanpa memberi solusi sungguh adalah perbuatan yang tidak bijaksana dan
tidak berganggungjawab. Pikir dua kali sebelum mengkritik, apakah kita
bisa melakukan lebih baik, apakah kita punya cara yang lebih baik. Kalau
iya, silahkan sampaikan kritik lengkap dengan solusi dan jawaban yang
benar.
- Tidak Menuntut, Mari Bekerja Sama.
Dalam sebuah tim atau sekelompok orang, sikap seperti ini mutlak
diperlukan. Seorang good team player tidak akan menuntut orang lain
melakukan apa yang ia inginkan. Sebagaimana pada poin 4 di atas, seorang
good team player yang baik sudah siap dengan solusi dan jawaban saat
mengkritik dan siap melakukan perbaikan atau tindaka korektif
bersama-sama. Bukan hanya membebankan permasalahan pada pihak lain dan
menuntut orang lain yang melakukan tindakan korektif.
- Satu Kritikan untuk Satu Pelanggaran.
Cukup sekali saja melakukan kritik. Kalau kritik anda tidak menghasilkan
perubahan atau tidak dapat ditangkap inti permasalahannya, coba koreksi
diri apakah kita sudah melakukan kritik dengan cara yang benar. Mungkin
ada cara kita yang salah dalam mengkritik.
- Akhiri Kritikan dengan kalimat yang
bersahabat. Bagaimanapun, membina hubungan yang baik dengan lebih banyak
orang secara berkesinambungan itu penting. Biasakan setelah mengkritik,
akhiri dengan kalimat yang bersahabat dan menyenangkan. Ingat bahwa
kritikan yang telah anda lakukan mungkin telah menyentuh harga diri
seseorang. Kalau perlu tepuk pundaknya, atau bersalaman bahkan kalau
hubungan anda dekat, peluklah agar yang dikritik merasa lebih nyaman.
Nah kalau tentang komen, apalagi sekarang tuch, di media sosial online itu hampir sama dengan kehidupan sosial offline.
Keduanya terikat oleh norma-norma yang berlaku di masyarakat, terutama
norma-norma etika. Bahkan, semua media sosial punya aturan (terms and
conditions) yang harus dipatuhi para anggotanya. Norma etika, ada yang
tertulis dan ada yang tidak tertulis tetapi sudah diketahui banyak
orang.
Oleh karena itu, ada beberapa hal yang harus diketahui di dalam membuat komen:
Kenali dulu siapa pembuat status
Apakah Anda sudah mengenalnya secara pribadi dan secara langsung? Kalau
sudah mengenalnya secara pribadi dan langsung, apalagi itu sahabat baik
Anda, kalau kata teman saya (bolo kentel), bolehlah membuat komen bebas asal sopan. Jika Anda belum
mengenalnya secara pribadi dan langsung, maka komen–komen Anda harus
beretika.
Jangan mudah menyalahkan
Semua orang tidak ingin dianggap salah. Oleh karena itu jangan mudah
menyalahkan status orang lain. Apalagi secara frontal. Jika status di media sosial benar-benar salah, maka Anda bisa melakukan koreksi dengan
cara yang baik. Jangan sampai menyinggung perasaan atau si pembuat
status merasa kehilangan muka. Dan koreksi Anda sebaiknya ditulis di
inbox media sosial tersebut.
Pahami maksud status di media sosial
Jangan terburu-buru memberi komen. Baca dengan benar. Sesudah Anda yakin
memahami maksud status tersebut, silahkan menulis sebuah komen.
Jangan menyerang pribadi
Satu hal yang tidak disukai adalah adanya pengguna media sosial atau semisal Facebooker yang tidak
mengomentari tulisan, tetapi mengomenttri penulisnya. Menyerang
pribadinya. Mencela. Menggurui. Bersikap snob (sok tahu, sok mengerti
dan sok pintar). Bersikap sinis. Komentar yang demikian merupakan
komentar tak cerdas dan hanya bisa ditulis Facebooker yang tidak cerdas
pula. Juga, jangan “gede rasa” (GR) membaca status yang bersifat umum
(tidak menyebut nama, inisial, identitas atau ciri-ciri Anda).
Kalau tidak tahu lebih baik bertanya
Kalau Anda tidak memahami maksud dari sebuah status, lebih baik bertanya
atau bahkan tidak usah memberi komen. Sebab, tidak mengerti tetapi
memberi komen, biasanya komennya tidak nyambung alias salah.
Pahami caranya berbeda pendapat
Berbeeda pendapat boleh saja, tetapi harus tahu caranya. Antara lain,
sopan, tidak bersikap frontal, tidak langsung menyalahkan, dahului
dengan kata “ma’af” dan akhiri dengan kata “ma’af” juga. Jangan menulis
kata “salah” atau “keliru”. Sertakan data yang benar.
Hargai pendapat orang lain
Semua orang ingin dihargai, termasuk Anda. Oleh karena itu, belajarlah
menghargai pendapat orang lain walaupun pendapat orang lain belum tentu
benar. Mungkin ada baiknya Anda membuat status sendiri yang berbeda
tanpa menyebut nama Facebooker lain.
Mengkritik boleh saja
Mengkritik boleh saja. Tetapi harus sesuai dengan kompetensi Anda. Kalau
Anda pakar hukum, boleh mengkritik status yang berhubungan dengan hukum.
Kalau Anda sarjana ekonomi, boleh mengkritik status yang berhubungan
dengan ekonomi dan seterusnya. Namun , kritik haruslah berkualitas.
Jangan asal mengritik. Apalagi, kalau Facebooker yang Anda kritik belum
Anda kenal secara pribadi dan belum Anda ketahui prestasi dan
kemampuannya.
Beri komentar yang netral
Komentar yang aman adalah komentar yang netral. Tidak menyalahkan dan
tidak membenarkan. Bersifat biasa-biasa saja. Boleh saja memberi “Like”
atau “Suka”. Tidak memuji dan tidak mencela.Komen yang datar-datar saja. Lebih baik, buat komen yang sifatnya bercanda atau yang lucu-lucu.
Jangan menyinggung perasaan
Kadang-kadang, kita menerima komen yang menyinggung perasaan. Dari sudut
psikologi, komen seperti itu pasti ditulis Facebooker pengidap
psikopat. Oleh karena itu, buatlah kalimat secermat mungkin. Jangan
sampai komen Anda terkesan tidak menghargai pendapat pembuat status.
Jangan sampai terkesan Anda bersifat menggurui.
Daripada mengubah seseorang dengan
kritik, lebih baik miliki kredibilitas dan kemampuan yang layak
dicontoh, menyentuh hidup orang lain dengan tindakan nyata,
menginspirasi orang lain dengan prestasi dan dari situ seringkali
terjadi, begitu banyak hidup orang lain yang menjadi lebih baik dan
berubah karenanya tanpa perlu dikritik.
Sikap saling menghargai sesama Facebook adalah sikap yang mencerminkan persahabatan yang baik. Komen Anda yang berkonotasi negatif, biasanya akan ditanggapi secara
negatif juga. Oleh karena itu, buatlah komen yang berkonotasi positif
dan konstruktif. Kalau ada status,komen atau tanggapan tidak enak dibaca sebaiknya dihapus saja atau tidak perlu ditanggapi.
Selamat bertambah bijak guys….