May 19, 2018

Sekuat Apapun Perempuan, Hatinya Tetap Rentan Untuk Pecah


Apabila kau membuka celah hatimu sedikit saja untuknya, itu berarti kau juga akan membuka ruang luka.

Fitrahnya sekuat apapun perempuan, ia masih saja condong pada perasaan. Meski kau berusaha untuk biasa saja, bahkan tidak mempedulikannya. Jangan kaget, bila suatu saat kau merasakan perih disaat ia lebih memilih yang lain. Bukan patah hati, bukan. Bukan cemburu, bukan. Melainkan sebuah kekecewaan, bahwa lelaki yang datang lalu pergi, mereka memang tak pernah mencintai sepenuh hati.

Untuk kalian para perempuan, “Bagaimana lelaki memakai akalnya ketika menyukai seorang perempuan? Hanya ada dua kemungkinan; dia benar-benar suka padamu atau mencuri perhatianmu untuk dijadikan tantangan bahkan taruhan. Pun suka, belum tentu serius, catat itu! Oh ya, ketika kau mengabaikannya, ia akan berpikir secara realistis, bahwa kamu tidak jelas dalam memberi kepastian, tidak menyukainya, atau bahkan tidak ingin bersamanya. Meski pengabaianmu itu bukan berarti penolakan, secara otomatis begitulah pikiran mereka. Mengapa? Karena mereka berpikir logis”.

Dan para lelaki, ketahuilah. Bahwa sekuat apapun perempuan, hatinya tetap rentan untuk pecah. Meski ia berpura-pura mengabaikan, tapi hatinya diliputi rasa iba dan perhatian, ada sebuah titik percaya yang terkadang mereka sendiri tak pernah menyadari adanya. Meski mungkin pada awalnya tidak ada rasa, mereka luluh dengan sendirinya, atas upaya apapun yang kau perjuangkan untuk setiap dari mereka. Mengapa? Karena mereka makhluk perasa.

Lalu, bagaimana solusinya? Fokus pada dirimu, dengan jalan hidupmu saat ini. Kau tak perlu dibuat pusing tentang lalu lalangnya mereka yang ada dihidupmu. Mereka yang pernah berpaling dan menyia-nyiakanmu dihari kemarin, adalah orang yang paling menyesal di kemudian hari. Tapi kamu, jangan gegabah. Tetaplah teguh dengan pendirianmu. Biar saja mereka dengan bahagianya yang semu. Tapi kamu, cukup sabar saja menanti sebenar-benarnya kebahagiaan yang datang untukmu.

Tidak mengapa ketika kamu merasa sepi saat sendiri. Karena itu lebih baik, daripada harus berkecimpung di lautan hati yang tak pasti, nantinya, hidupmu akan diliputi rasa menyakiti dan tersakiti. Bersabarlah, jika pada akhirnya kau tak sempat bertemu jodoh dunia ini, maka, akan Ia berikan jodoh untukmu di akhirat nanti.



May 18, 2018

Ramadhan Bulan Mulia


Tidak ada yang tahu, bagaimana kehidupan akan berjalan di depan. Hanya rangkaian di belakang saja yang akan terus terkenang karena sudah benar-benar terjadi. Terjadi pun bahkan tidak atas apa yang dikehendaki, hanya menjadi pion yang bergerak oleh takdir yang ada. Bukan tanpa alasan untuk tidak mengenang, mungkin karena tidak ingin kembali mengenang hal yang tidak ingin dikenang.

Ramadhan pasti terus datang. Bulan mulia ini terus saja datang dan disambut sejuta umat. Bulan yang lain daripada bulan lainnya. Umat Islam merayakan segenap keutamaan yang ada di bulan ini. Doktrin yang terus saja disampaikan dalam mimbar-mimbar pengajian. Bahkan hal ini dilakukan sebelum Ramadhan tiba.

“Allahumma bariklana fi rojaba, wa sya’bana, wa balighna romadhona”

Doa di atas sering terdengar hingga ratusan kali dalam sebulan. Minimal karena menjadi puji-pujian di antara waktu Adzan dan Iqamah. Setiap kali berkumandang selama lima kali, dalam sehari doa itu akan terus dipanjatkan juga selama lima kali. Belum diulang-ulang dalam satu waktu tersebut. Misal satu kali majlis membaca sepuluh doa tersebut, maka sehari akan membaca lima puluh doa. Tinggal kalikan saja dalam sebulan. Minimal seratus lima puluh kali doa Rojab itu terdengar di telinga.

Ramadhan, sering kali menandai bulan ini dengan berbagai kebiasaan unik. Entah kenapa, justru di bulan ini harus menghitung kembali siapa orang-orang yang berjumpa dengan Ramadhan atau bahkan mereka yang telah meninggal. Sensus dadakan, dengan segenap daya ingat manusia yang terbatas. Terkadang membuat termenung, karena yang disensus ternyata sudah meninggal. Kapan meninggalnya?

Ramadhan selalu unik. Setidaknya menandai hal itu dengan upacara yang dilakukan anak kecil. Ada sebuah permainan yang hal ini sangat asyik dilakukan ketika Ramadhan. Salah satunya adalah bermain petasan. Meski petasan sendiri merupakan hal yang termasuk baru. Ada pula yang bermain ini, namanya Mercon Bumbung, atau meriam bambu. Ini biasanya yang sangat khas di Ramadhan. Suaranya dan euforianya tidak dapat digantikan.

Ramadhan pada masa itu, anak-anak yang sedang berlatih berpuasa dipantau melalui sebuah buku. Buku yang hanya berisi tabel-tabel untuk diisi dengan rajin dan tertib. Mulai dari pelaksanaan puasa, apa sehari full atau bolong-bolong? Sholat lima waktu pun iya harus dicentang begitu pula Tarawih. Tadarus dan kuliah subuh pun juga dilaporkan. Begitu karena akan ditumpuk kembali ke guru agama di sekolah. Ya, buku itu dari sekolah dan akan dikembalikan ke sekolah lagi.

Ramadhan, bulan yang akan selalu dikenang siapa juga. Bulan ini mempunyai daya tarik yang begitu memikat dengan dihadapkan keadaan mayoritas masyarakat yang beragama Islam. Selalu ada saja di daerah-daerah yang mempunyai caranya sendiri dalam memeriahkan bulan mulia ini. Tentu saja, bagi orang yang telah berumur lebih dari dua puluh tahun, menceritakan Ramadhan di masa lalunya kepada adik-adik menjadi proses mengenang secara tidak langsung.

Ramadhan, ia akan menagih janjinya. Siapapun yang menyambut dengan suka cita maka api neraka tidak akan membakar tubuh dari orang yang bersuka cita datangnya Ramadhan. Untuk itulah, marilah Ramadhan tahun ini sarana untuk memperbaiki diri dan melakukan muhasabah. Sehingga ketika nanti berakhir, pantas menyandang orang yang telah kembali fitri.


Mengukir Rindu


Mengukir rindu di atas air,
Menghalangi gemercik syair,
Hanya sebuah rasa yang mengalir,
Kesunyian dan kesepian saling sindir,

Buat apa lagi merangkai kata,
Tidak lagi ada yang dapat menggetuk jendela,
Membukakan rasa yang terpendam begitu lama,
Mengusik kesunyian dan kesepian dalam jiwa.

Pulang saja dalam dekapan alam,
Menangis pun bercuma, karena semuanya adalah dendam,
Berteriaklah pada lampu-lampu mentari agar padam
Mengikis cahaya dari dalam,

Dan semuanya tidak perlu membangun kata
Jika hanya untuk mengemis rasa,
Biarkan saja syair yang bersuara,
Dari jendela ke jendela

May 16, 2018

Kopi Pahit Bersamaku


Aku sedang membayangkan kamu duduk di depanku, tersenyum dengan kebahagiaan yang melingkupi obrolan kita berdua. Maaf, atas ketidaknyamanan hubungan kita selama ini. Andai kita tidak mengagungkan ego kita masing-masing, tentu perpisahan masih menjadi suatu hal yang kita pantangkan. Namun sayang, masing-masing dari kita tidak mempunyai pilihan.

Hal yang aku lakukan saat aku sedang merindukanmu adalah berkunjung pada tempat-tempat yang menjadi kesukaanmu. Salah satunya adalah kedai kopi pusat kota yang selalu kau singgahi saat penat menghampiri. Di sini, di tempat ini, aku kembali mengenangmu. Jejakmu masih tertinggal di sini. Meja dan kursi menjadi saksi betapa bahagianya kita saat itu dengan obrolan-obrolan sederhana yang sengaja kita ciptakan. Aku rindu kamu, juga hubungan kita yang dulu.

Kopi yang aku pesan semakin mendingin, kursi yang ada di depanku juga belum ada yang menduduki; berharap kamu yang saat ini duduk di hadapanku. Ramai di sekitarku, namun keramaian itu hanya semakin menyadarkanku bahwa aku sedang sendirian—merasa hening karena keadaan telah mengubah cinta kita menjadi semakin mengering.

Kopi yang aku pesan rasanya pahit, padahal sudah kutambahkan krim dan karamel di atasnya. Ini seperti hubungan kita saja, tak adil rasanya bila hanya aku yang memberikan sentuhan manis, dan kamu mengubah rasa manis itu menjadi akhir cerita yang begitu pahit. Tragis.

Tolong katakan sekali saja aku harus bagaimana. Sebab, sudah sekian lama aku menutup luka ini dengan berpura-puraan bahwa aku juga baik-baik saja seperti kamu yang di sana sedang bahagia dengan dia.

Tolong temui aku sekali lagi di kedai kopi pusat kota. Aku ingin mengembalikan segala kenangan tentangmu yang selalu menghantui hari-hariku. Bungkus dan bawa pulanglah kenangan itu. Suatu hari kamu akan tahu, luka terhebatku penyebabnya adalah kamu.


May 15, 2018

Merindukanmu


Malam ini, boleh aku berkata rindu? Meskipun kita sudah mustahil untuk bertemu, setidaknya aku masih bolehkan untuk melibatkan namamu dalam sepertiga malamku?

Perihal luka sudah aku serahkan kepada Sang Maha Penyembuh. Kamu tak usah merasa bersalah. Sebab, masing-masing dari kita memang punya kesalahan yang sama.

Maaf, jika dalam percapakan panjangku kepada Tuhan selalu saja tentangmu. Bukan bermaksud untuk tidak menerima kehendak-Nya, hanya saja aku masih belum terbiasa meniadakan segala tentangmu dalam semestaku.

Merelakan juga butuh proses yang sangat panjang. Proses yang selalu membuatku babakbelur karena dihajar rindu. Aku di sini sendirian memeluk rindu ini. Kesakitan, tanpa ada penawar yang bisa menyembuhkan luka.

Malam ini, boleh aku berkata rindu? Setidaknya sekali saja dengarkan suara hatiku. Pulanglah walau hanya bersinggah. Hatiku sudah terlampau rindu, aku kesulitan jika harus memeluk rindu ini sendirian.

Malam ini, boleh aku menemuimu? Setidaknya dalam mimpiku. Datanglah walau hanya dalam alam bawah sadarku. Nanti akan aku ceritakan hari-hari tanpamu, ada banyak kisah yang terlewatkan setelah kepergianmu.

Maaf, jika aku masih saja tak bisa melupakanmu. Sekeras apa pun usaha untuk melupakanmu, pada akhirnya usahaku akan selalu terbentur dengan rindu.

Malam ini, boleh aku mendoakanmu? Meskipun pesanku tak pernah sampai pada rumah hatimu, namun ada Tuhanku yang dalam lisanku akan senantiasa menyampaikan pesan rindu ini kepadamu.

Semoga Sang Maha Penyembuh lekas memberikan penawar luka yang aku derita. Karena aku tak tahu lagi harus kemana mencari obatnya selain mendekatkan diri kepada-Nya.

Malam ini aku ingin sendiri, tenggelam dalam sunyi sembari memperbaiki hati yang telah kau hancurkan bertubi-tubi.

May 14, 2018

Dua Perasaan Yang Saling Mengasihi

Ada orang yang sesungguhnya, dari perilakunya saja, seluruh dunia sudah tahu, ia menyukaimu.
Dari cara menyapamu, cara memandangmu, cara memperlakukanmu, nampak jelas, bahwa ia menyimpan rasa padamu.
Namun, tak pernah sedikitpun ia mengucapkan atau mengutarakan perasaannya sama sekali, bahkan jika ditanya urusan hati, ia lebih senang mengelak atau menghindar.
Percayalah wahai kaum hawa, pria ini bukannya tidak menyukaimu, hanya saja ia takut, takut kehilanganmu.
Ia takut, jika ia mengucapkan lebih dahulu, perasaannya tertolak. Ia takut, jika ia mengutarakannya, kau justru mungkin akan mengselatankannya. Ia takut, jika ia mengeluarkan segala isinya, selesai pula perjalanannya malam itu. Ia takut, ia kehilanganmu.
Bukan tidak berani, bukan, ia hanya lebih berhati-hati, bergerak lebih perlahan, tidak terburu-buru, seperti orang yang sedang uji konsentrasi, setiap gerak-gerikmu ia perhatikan, setiap postinganmu ia pikirkan, setiap apapu yang kau lakukan tak pernah ia lewatkan.
Bukan tidak ingin segera, ia hanya tidak mau ceroboh, ia ingin memastikan bahwa memang, apa yang akan ia lakukan, pasti berbalas dengan baik, tanpa ada penolakan.
Ia paham, betapa berharganya kehilangan orang sepertimu, maka ia tidak masuk sembarang. Andai kau adalah orang asing yang tidak ia kenal sama sekali, mungkin ia akan datang lebih dulu, memintamu, lantas jika ditolak, ia akan melenggang seperti biasa, karena tidak ada perasaan yang ia libatkan. Namun kali ini, berbeda. Kisahnya, terjadi denganmu, yang mungkin kamu adalah kawannya, teman kerjanya, atau sahabatnya.
Ada, ada pria seperti ini. Yang mungkin berbicara begitu lancar, namun begitu gagu ketika membicarakan tentang perasaan.
Wahai kaum hawa, jika kau menyukai pria seperti ini, dan ingin menyegerakannya agar tidak terjerumus dalam dosa, cukup ucapkan padanya
“Mas, mas mau serius sama aku?”
Jika sudah begitu, lantas, apalagi yang bisa menghalangi dua perasaan yang saling mengasihi.

May 13, 2018

Jika

Jika nanti, kamu temukan seseorang yang lebih dariku dalam segala hal, semampumu pertahankanlah dia dengan baik. Karena bisa jadi, dia tidak diciptakan untuk dilewatkan olehmu berulang kali.
Jika nanti, datang padamu seseorang yang tetap ingin bersamamu saja meski dia telah tahu kurangmu, tolong jangan pernah kamu siakan. Karena saat itulah, kamu menjadi orang yang paling beruntung sedunia–dicinta tanpa perlu meminta.
Jika nanti, ada seseorang yang berupaya keras meyakinkanmu bahwa ada cintanya untukmu, silakan pegang erat tangan dan keinginannya. Karena harus kamu tahu, melepaskannya adalah jenis kesalahan yang akan kamu sesali selamanya.
Jika seseorang yang baik itu tiba dalam perjalananmu melupakanku, jangan pernah pikirkan kecewaku. Teruslah berjalan dan jatuh cintalah lagi. Walaupun akan terasa sulit bagiku, tapi aku telah cukup bangga sebab tugasku begitu mulia–menyerahkan hatimu kepada seseorang yang lebih tepat dariku.
Jika semua itu terjadi, jangan pernah menoleh lagi padaku. Dengan begitu kamu memberiku alasan untuk melanjutkan langkah. Tolong, bantu aku lawan keinginanku untuk kembali padamu. Karena kalau tidak, aku telah sangat siap untuk merebut hatimu, sekali lagi.

Aku Rindu