Mar 12, 2016

Bersyukur dan Sabar

Sesulit-sulitnya ngerjain tugas sekolah dan kuliah, bersyukurlah, banyak yang tak berkesempatan menikmati sekolah dan kuliah.

Seletih-letihnya kerja dan usaha, bersyukurlah, banyak banget yang masih bersedih karena tak berkesempatan menikmati dunia kerja dan usaha.

Selelah-lelahnya menjadi ayah atau ibu, bersyukurlah, banyak banget yang bertahun-tahun menanti hadirnya momongan di rumah tangga mereka.

Secapek-capeknya kau menanti hadirnya momongan, bersyukurlah, banyak yang masih menanti-nanti hadirnya pendamping hidupnya.

Segalau-galaunya hidup sendiri, tetap bersyukurlah, engkau masih dikaruniai kesehatan sehingga masih bisa berkontribusi dan berkarya.

Sesedih-sedihnya menderita penyakit yang mungkin tak kunjung sembuh, bersyukurlah, Allah masih mengaruniai usia untuk mencari bekal menghadap-Nya.

Sehebat apapun ujian yang kita rasakan saat ini, bersabar dan bersyukurlah, karena Allah masih memberi nikmat iman dan tauhid yang tak ternilai harganya.

Sedahsyat apapun peristiwa dunia yang kita alami, dengan syukur dan sabar, tak ada yang mampu membuat jiwa kita sedih dan putus asa.

Semangat...

Memilih Pendamping Hidup

Saat memilih pendamping hidup, ego seringkali mengajak memilih yang sedang dicintai. Atau memilih yang indah parasnya. Atau yang mapan finansialnya. Padahal cinta bisa beralih, indah wajah tak sejati, harta pun tak abadi.

Maka betapa bijak jika yang kau jadikan pedoman utama adalah akhlak dan ilmu. Saat memilih suami, bukan tampan yg jadi pilihan. Dia calon ayah. Seberapa mulia sifat yang akan diteladankan, seberapa luas ilmu apa yang akan dia ajarkan. 

Begitu pun saat memilih istri. Betapa banyak perempuan shalihah yang berhati mulia dan berilmu tinggi, namun tak kau pertimbangkan sama sekali hanya karena kemuliaan itu terbungkus raga yang menurutmu kurang menawan. 

Padahal perempuan shalihah, kelak jadi bidadari tercantik di surga-Nya. Anakmu lebih butuh ayah bunda yang baik akhlaknya dan tinggi ilmunya, dibanding ayah bunda yang indah parasnya. Indahnya akhlak menyatukanmu bukan hanya di dunia, tapi sampai surga-Nya.

Mar 11, 2016

Mempengaruhi Merubah Perasaan

Mempengaruhi merupakan salah satu keahlian yang paling penting untuk dikembangkan untuk memegang kendali dan meraih semua yang ingin Anda dapatkan dalam kehidupan. Menerapkan kemampuan ini akan membuat perbedaan antara berharap untuk masa depan yang lebih baik dan mendapatkan masa depan yang lebih baik.

Orang yang hebat adalah orang yang mampu mempengaruhi orang lain, sehingga orang lain tersebut dapat berubah pikiran mengenai suatu hal. Para kreator iklan adalah contohnya. Membuat suatu produk selalu tampak menarik, sehingga membuat orang ingin membelinya.

Namun, yang lebih hebat dari itu adalah orang yang mampu membuat orang lain berubah perasaan. Dari tak suka berubah jadi suka. Dari benci berganti menjadi cinta. Saya mengenal beberapa orang yang seperti itu. 

Guru sejarahku semasa SMA, contohnya. Mereka membuatku berubah perasaan tentang pelajaran sejarah yang awalnya hanya kupelajari setengah hati menjadi kucintai setengah mati.

Saya belajar bahwa dalam hidup, kita mungkin tidak suka atau benci pada sesuatu. Tapi tak ada yang abadi di dunia ini, termasuk juga perasaan.

Kemarin tak suka, bisa jadi hari ini berubah suka. Hari ini benci, lusa mungkin jadi cinta.

Dan berterima kasihlah pada orang-orang yang bisa membuatmu berubah perasaan. Berterima kasihlah kepada orang yang bisa membuatmu jatuh cinta. 

Jatuh cinta pada ilmu, pada alam, pada hewan, pada kedamaian, pada pengorbanan, pada keadilan, kemanusiaan, kebenaran, pada hati yang tulus.

Ada begitu banyak orang hebat seperti itu. Ibu kita, Ayah kita, Nabi dan Rasul, para seniman, para guru, para tokoh agama, dan teman-teman kita yang mengenalkan kita pada jenis cinta yang banyak jumlahnya.

Dari mereka kita belajar bahwa cinta ada di mana-mana. Meliputi seluruh ruang dan waktu. Mengangkasa dan membumi. Dan kita akan selalu bisa merasakannya selama kita membuka pintu hati kita untuknya. 

Ketidaktahuan kita pada sesuatu seringkali menjadi penyebab munculnya kebencian. Maka dunia akan selalu butuh orang-orang seperti itu. Orang-orang yang punya misi menyebarkan cinta. Orang yang tulus membantu kita melihat dari jarak yang lebih dekat. Agar kita lebih kenal, lebih paham, dan syukur-syukur berubah perasaan jadi cinta.

Karena yang tidak kita ketahui, boleh jadi sebenarnya baik untuk kita.

Mar 9, 2016

Ungkapan Hati Seorang Ibu Baru

Selalu ada dorongan untuk ‘memamerkan’ anak sendiri, terutama di media sosial. “Anak saya mah sudah bisa begini.., anak saya mah anak yang baik.., anak saya mah..”. Ya, namanya juga pengalaman pertama. Serba baru, serba di luar dugaan, serba penting, serba menakjubkan.

Semua orang tua pasti tahu rasanya. Sebuah kemajuan yang terlihat kecil semisal bisa bilang 'aaaa’, bisa mengikuti benda yang bergerak, bisa memindahkan barang dari tangan kanan ke tangan kiri, selalu bermakna luar biasa di hati orang tua. 

Pasalnya, si makhluk kecil itu berawal dari ketiadaan. Tak pernah ada dalam bayangan seperti apa rupa dan bentuknya. Tiba-tiba saja hadir di tengah keluarga. Maka setiap hari, adalah hari yang menakjubkan bagi orang tua baru. Karena selalu ada perkembangan baru dalam hitungan hari. Dan rasanya ingin agar seisi dunia tahu.

Namun, ketika anak-anak besar nanti, ia akan belajar untuk menjaga nama baik dan harga dirinya sendiri, bukan merasa selamat karena pujian dari orang tuanya, bukan merasa aman di belakang “pamer” yang dilakukan orang tuanya. Bukan dengan bergantung pada pembelaan orang tuanya. Tapi dengan menghadapi masalah-masalah, kritik, mungkin juga penolakan, mungkin juga hinaan.

Jika ia kuat dan mampu, pada saat itu, orang tua tak butuh memamerkan anaknya ke mana-mana untuk mendapatkan pengakuan, karena karya dan kebaikan anaknya akan berbicara lebih banyak daripada foto dan status orang tuanya di media sosial.

Ah, ini hanya lintasan pikiran sesaat yang melihat seorang new mom yang juga masih anak-anak.

Bernapas Lega

Mengapa merasa khawatir tentang episode esok hari? Dan mengizinkan kekhawatiran menyingkirkan kesempatan untuk kita menikmati satu gelas air di pagi hari yang tenang.

Mengapa merasa cemas tentang kelanjutan perputaran bumi? Dan mengizinkan kecemasan mengalihkan pandangan kita dari hamparan langit dengan milyaran bintang dan galaksi di malam hari yang sepi.

Mengapa merasa gundah tentang keberadaan cinta di masa depan? Dan mengizinkan kegundahan membuat kita lupa pada cinta yang telah tumbuh dan terawat dengan baik di ruang tengah yang hangat.

Berhentilah mencemaskan hari esok. Ambil tiga napas panjang. Rasakan kelembutan udara yang masuk dan keluar dari paru-paru dengan teratur, tanpa merasa diburu waktu. Begitulah seharusnya kita hidup, bergerak lembut dalam keteraturan, tanpa tergesa-gesa.

Perempuan

Katanya, perempuan diciptakan dari partikel-partikel yang memang susah kita pahami
Ibunya mengajarkan kepadanya, hati yang panjangnya tak berujung, sabar yang luasnya beribu ribu altar


Di lain hari, ayahnya mengajarkan
Tegar yang melebihi segala amarah laki laki, peka yang tak kenal seka, tenang meskipun harinya di ujung sepekat aspal


Maka, perempuan manakah yang kau bilang derajatnya tak pernah sama dengan kalian,
Wahai laki-laki?

Mar 8, 2016

Hari Perempuan Internasional : Jika Berakhir di Rumah Tangga

“Sekarang ketika sudah menikah, apakah kamu bersedia untuk mengabdikan dirimu di dalam rumah untuk mengurusi segala urusan rumah tangga? Atau, akankah kamu memilih untuk bekerja?”
Ternyata hari ini adalah Hari Perempuan Internasional. Di kesempatan ini, saya ingin membahas satu hal yang menjadi perdebatan di hati banyak perempuan, yaitu tentang bekerja atau menjadi ibu rumah tangga. Bagi sebagian perempuan, pilihan ini mudah saja untuk dipilih karena mereka telah benar-benar memahami apa yang menjadi tujuan hidupnya. Tapi, bagi sebagian perempuan yang lain, ini adalah pilihan yang dilematis, seperti buah simalakama.

Untuk memilih diantara kedua pilihan ini, setiap perempuan pasti memiliki pilihannya masing-masing. Bagaimana dengan saya? Oke, saya cerita sedikit yaa!

Saya teringat sebuah perbincangan, waktu itu saya belum menikah, tepatnya di stasiun kereta dengan seorang sahabat. Saat rehat setelah menempuh perjalanan jauh, sahabat saya itu tiba-tiba bertanya,

“jika, kalau nanti kamu menikah, kamu mau gak kalau suamimu meminta kamu untuk jadi ibu rumah tangga aja?”

Dan saya menjawab, “Waaah, jelas mau dong! Mau banget! Gak masalah sih buat aku. Eh kenapa emangnya tiba-tiba bahas ini?”

“Gak apa-apa sih, pengen nanya aja. Terus, kamu gak sayang udah capek-capek kuliah Ekonomi, belajar, baca buku tebel-tebel? Gak pengen gitu jadi bagian dari perusahaan paling kece di Indonesia?”

“Hahahaha! Siapa bilang aku capek? Semuanya dijalanin dengan senang hati kok, kalau harus berakhir di rumah tangga ya ngapain juga harus menyesal. Hmm, yang lebih butuh aku itu anak aku, bukan perusahaan lalalalala itu.”

“Seriusan kamu gak akan kecewa sama suami kamu nanti yang nyuruh kayak gitu?”

“Enggak lah. Gak boleh kerja sih gak akan bikin aku kecewa, yang bikin aku kecewa mungkin kalau aku gak boleh belajar.”

“Kuliah maksudnya?”

“Hehe, belajar gak mesti kuliah aja kan?”

Lingkungan luar pernah membuat saya berpikir bahwa memutuskan untuk menanggalkan semua atribut pendidikan dan pekerjaan demi untuk menjadi ibu rumah tangga adalah pilihan rendahan. Tapi, banyak hal terjadi membuat saya memikirkan ulang semuanya. 

Pertama, saya melihat teman saya yang berbahagia dengan pilihannya untuk keluar dari pekerjaan sejak saat mengandung anak pertama. Senior saya di kantor pernah menginspirasi saya, katanya, “Tidak bekerjanya seorang istri tidak akan pernah membuat rezeki keluarga berkurang, kok! Pengalaman nih.”
 
Kedua, banyaknya kasus psikologis yang saya ketahui karena kasus motherless dan fatherless. Saya meyakini bahwa banyak permasalahan anak yang bermula dari masalah pola asuh. And I don’t wanna be one of them!

Ketiga, entah bagaimana, Islam membuat saya berpikir bahwa perempuan yang mengabdikan diri untuk suami dan anak-anak adalah perempuan paling cerdas diantara perempuan-perempuan cerdas lainnya. 

Bagi saya yang namanya belajar dan bekerja tidak harus di kantor dan tidak harus di luar rumah, dan saya berbahagia dengan aktifitas apapun yang saya lakukan selalu di dukung oleh suami tercinta mas paijoku sayang.

Bismillah ya, semoga kalian semua sebagai perempuan bisa melakukan yang terbaik dari yang terbaik.., Amin... 

Hmm, bagaimana denganmu, apakah akan keberatan jika suami memintamu untuk menjadi ibu rumah tangga?

Aku Rindu