Aug 5, 2017

Menerima kenyataan

Menerima kenyataan adalah sebuah kehebatan. Kalimat itu penting untuk direnungkan di setiap senja datang. Ketika langit akan berganti warna menjadi gelap, sebagian dari kita ada yang merenungi kehidupannya, dan pasti ada yang merenungi apa yang dia lakukan hari itu. Dan apakah kenyataan sesuai dengan harapannya di fajar tadi.

Tunggu sebentar, seduh dulu kopi atau teh atau cokelat hangat. Sebelum kita benar-benar memahami kenyataan yang ada, yang mana memang perlu kita renungkan dan kita harapkan bisa tidur nyenyak malam ini.

Sebagian dari kita ada yang kecewa dengan dirinya sendiri, sebagian lagi ada yang kesal pada orang lain, ada pula yang semakin takut esok akan tiba dengan sederet kewajiban bagai dilempar sebuah tombak runcing. Semua dari kita punya jalan hidup yang beragam, tapi sedikit yang yakin akan bisa menghadapinya.

Sedikit? Iya tentu saja. Bukankah sangat sedikit orang-orang yang bisa mengubah sejarah dunia? Tentu orang-orang itu adalah orang-orang yang optimis. 

Aug 4, 2017

Senja Warna Sendu

Senja..
Ialah Senja yang kehadirannya dengan warna sendu.
Ia tak seperti pelangi yang kehadirannya dengan warna-warna ceria.
Ialah Senja yang hanya hadir di akhir hari dan dinikmati saat kita lelah.
Ia tak seperti fajar yang hadir di awal hari dan di sambut dengan penuh semangat.


Tapi ialah Senja yang membawaku menemui orang-orang yang ada di hati.
Ialah Senja yang dengan sendunya, teduhnya, dan ada pada akhir harinyalah yang membuatku bersama dengan orang-orang yang ada di hati.


Dari yang selalu merindukan rumah dan penghuninya.

Jatuh Cinta

Aku selalu bertanya-tanya, apa yang bisa membuat seseorang jatuh cinta.

Tentu bukan hartanya, bukan fisiknya, bukan juga kedudukannya.
Hingga aku menyadari, seseorang jatuh cinta pada karakter seseorang, atau mungkin juga pikirannya.


Lalu,bagaimana jika seseorang itu berubah karakter atau berubah pemikirannya?

Bagaimana misal ia amnesia?
Bagaimana misal ia gila?
Bagaimana misal ia mendadak bisu?
Bagaimana misal ia mendadak lumpuh?


Benarkah cinta masih ada ketika kita tau, kita tak lagi bisa tinggal di pikiran orang tersebut?
Benarkah cinta masih ada ketika seseorang berubah karakternya, gila misalnya?


Hingga aku menyadari satu hal.
Cinta memang absurd. Tidak ada yang bisa mendefinisikan kenapa. Tidak pernah tau sebabnya apa. Satu hal yang ku tau, Jika seorang pemberani telah memutuskan untuk mencintai seseorang, memilih ia menjadi pelabuhan hatinya, ia akan mencintaimu kapan pun, dan dalam keadaan apa pun.


Mungkin nanti, kau akan lumpuh, lemah tak berdaya di atas tempat tidur,ia  tidak akan meninggalkanmu karena itu.
Mungkin nanti, kau berubah menjadi pribadi lain, watak yang lain, ia tetap menerimamu, karena kau masih orang yang sama.
Pun nanti, jika kau amnesia, kehilangan segala ingatan tentang dirimu sendiri apalagi tentangnya, ia tetap setia mencintaimu.
Mungkin nanti, cinta itu hilang dalam dirinya, ia tidak akan meninggalkanmu karena ia setia pada pilihannya.


Beruntunglah kau yang bertemu orang seperti itu. Sebab, tidak banyak orang yang mau menerima keadaan seseorang yang jauh dari sosok yang dulu ia cinta.

Waktu

Sungguh waktu adalah salah satu karunia dan nikmat yang nyata. Bagaimana tidak, karena waktu adalah tolak ukur masa yang digunakan. Semua aktifitas yang kita lakukan pasti melibatkan waktu. Entah itu mulai dari satuan tahun, bulan, jam, menit, bahkan hingga satuan yang terkecil yaitu detik. Semua terhitung sebagai waktu yang kita gunakan. Tanpa waktu, apa yang bisa kita lakukan?

Waktu selalu berjalan maju. Dia tidak pernah berhenti apa lagi berjalan mundur atau kembali. Mungkin waktu diciptakan dengan sifat seperti itu karena kita diminta untuk memahami bahwa hidup kita harus terus maju. Jangan berhenti pada satu titik yang tidak bermanfaat apalagi ingin kembali mundur karena ada penyesalan.

Pertanyaannya adalah, sudahkah kita memanfaatkan waktu kita dengan baik? Sudahkah kita menggunakan waktu kita dengan kebermanfaatan yang baik? Sudahkah kita bersyukur atas kesempatan waktu yang masih diberikan hingga saat ini?

Mari renungkan. Karena masing-masing dari kita tidak tahu berapa banyak jumlah waktu yang sudah ditentukan untuk kita jalani nantinya.

Indah Pada Waktunya

Setiap orang punya ujiannya masing-masing.
Ada yang diuji dengan harta, hartanya bergelimpangan tetapi punya anak satu pun belum.

Ada yang diuji dengan kekurangan, anaknya banyak tetapi sering kali buat makan saja kurang.

Ada yang diuji dengan kepintaran, sekalinya mendekat pada Allah kemudian Allah uji dengan menjatuhkan nilai-nilai mata kuliahnya, masih kah ia berharap pada Allah dan menyadari bahwa semua ilmu hanyalah milik Allah?

Ada yang diuji dengan kecantikan, parasnya menawan, tubuhnya ideal, kemudian mampukah ia menjaganya disamping banyaknya godaan untuk mengumbar itu semua demi mendapatkan pujian dari manusia.

Ada yang diuji dengan jabatan, jabatannya tinggi tetapi mampukah ia untuk berlaku adil bagi semuanya?

Ada yang diuji dengan kesakitan, ditengah sakit yang diterimanya masihkah ia berharap kesembuhan hanya dari Allah semata.

Kalau bahas soal ujian entah sudah berapa banyak ujian yang kita lewati mulai dari ujian sekolah sampai ujian kehidupan. Ujian memang tidak akan ada habisnya sampai kita pulang kembali pada Allah.

Tetapi dibalik ujian selalu ada hikmah (pelajaran) yang bisa kita petik, yang nantinya bisa menjadi pegangan bagi kita, hikmahnya akan selalu bisa kita resapi.

Mungkin kalau keadaan kita sekarang ini dengan segala kekurangan. Hidup pas-pasan hingga kita harus pintar-pintar berhemat demi bisa melanjuti hidup.

Hidup dengan kapasitas otak yang juga kurang dibandingkan teman yang lain. Mungkin Allah ingin kita lebih banyak belajar, karena Allah yang paling tahu posisi kita.

Dan bisa jadi kalau kita dalam kehidupan yang melenakkan, kita menjadi sombong. Allah tidak mau hal itu terjadi pada kita.

Mari kita hayati ujian yang datang pada kita. Mencari hikmah dibaliknya dan resapi. Minta yang terbaik dari Allah.

InsyaAllah semua akan indah pada waktunya

Aug 2, 2017

Perempuan Berkarya

Jadilah perempuan yang berkarya. Berkarya dengan mendidik anak-anaknya. Menjadikan mereka hasil karya terbaik dari tangan kita. Mereka akan tumbuh dalam sebuah proses mahakarya, hasilnya awet dan mengabadi. Dapat kita lihat dimasa depan ketika anak-anak itu tumbuh dan memberikan kontribusi terbaik untuk orang lain.

Karya terbaik seorang perempuan adalah anak-anaknya. Karir terbaik bagi seorang perempuan adalah pengabdian kepada rumah dan seisinya. Sarana terbaik untuk berkarya adalah keluarga. Pengharapan terbaik bagi perempuan adalah Dia. Sandaran letihnya ada pada hati yang menyamudera, luas dan mampu menampung segala.

Bila sang “pencipta” karya miskin ilmu dan kering iman, karyanya nampak hampa tanpa isi. Karya itu bertumbuh ditempat tandus. Bisa jadi bebal berduri, nyaris tanpa bunga dan buah. Tak beraroma bahkan berasa pahit.

Bila kita mampu mempersiapkan segalanya untuk sebuah karya dalam perlombaan atau kompetisi, kita berusaha hasilkan karya terbaik dalam dunia kerja, ataupun bersusah-susah menelurkan karya super rumit untuk sebuah proyek, mengapa enggan mempersiapkan segalanya dalam menghasilkan karya sejati sebagai seorang perempuan?

Aug 1, 2017

Perempuan Hebat

Perempuan hebat, memikul tanggung jawab besar.

Perempuan yang “membesarkan” suaminya, dia akan menjadi istri orang besar. Perempuan yang “membesarkan” anaknya, dia akan menjadi ibu orang-orang besar.

Tidak salah lagi bila dikata, “perempuan adalah tiang negara”. Lihatlah sebuah rumah! Bila bangunannya mulai miring dan akan ambruk, periksalah tiangnya! Pasti penyanggahnya itu bermasalah, rusak.

Maka perhatikanlah perempuan yang tidak “membesarkan” suaminya. Dia hanya jadi istri orang kecil. Lihatlah perempuan yang mengerdilkan anaknya, dia hanya menjadi ibu dari orang-orang kecil.

Setiap perempuan itu hebat. Namun ketika ia mengabaikan peran dan salah bersikap, dia tidak saja merusak diri sendiri tetapi ia juga mengerdilkan orang-orang besar disekitarnya.

Apakah mungkin seorang perempuan bisa dikatakan hebat bila ambisinya menyaingi laki-laki dalam semua peran?
Tidak mau ketinggalan. Di hatinya hanyalah tentang kompetisi dan gengsi. Bila sudah terjangkit virus gender-feminisme seperti ini, tidak akan lahir seorang lelaki dan anak-anak besar. Sebab perempuan yang seharusnya “membesarkan” mereka malah “membesarkan” diri sendiri.

Maka benarlah Islam dengan segala tata aturannya. Perempuan adalah Ummu Warabbatul Bait. Ibu dan pengatur rumah tangga. Kita kenallah nama-nama laki-laki besar disetiap zamannya yang dibelakang mereka ada nama-nama perempuan hebat.

Jul 31, 2017

Wanita Yang Selingkuh, Lebih Jelek Dari Sejelek-Jeleknya Wanita

Sejelek-jeleknya wanita bukanlah wanita yang memiliki paras yang tidak cantik, mulus dan putih, melainkan wanita yang selingkuh atau pun mau jadi selingkuhan.

Selingkuh ataupun menjadi selingkuhan adalah hal yang paling buruk untuk dilakukan. Keduanya sama-sama akan membuat dirimu dicap jelek lahir dan batin sekalipun kamu memiliki paras yang cantik.

Punya wajah yang jelek kadang memang tidak mengenakkan, sebab di luar sana masih banyak orang-orang yang suka menspesialkan yang lebih cantik ketimbang yang berwajah pas-pasan. Namun jauh lebih tidak enak lagi ketika kamu selingkuh atau jadi selingkuh. Kamu akan dianggap jelek hingga kedalam hatimu.

Tak akan pernah ada orang yang akan menghinamu karena kamu jelek, kalaupun ada yang akan menghinamu berarti yang menghinamu kalau bukan orang yang sombong pasti tukang selingkuh atau perebut pasangannya orang. Namun semua orang pasti akan menghinamu, mencibirmu mencacimu kalau kamu mau atau ketahuan selingkuh atau jadi selingkuh.

Semua orang akan menilai hatimu belum tentu sejelek wajahmu ketika kamu memutuskan untuk tidak menjadi selingkuhan atau selingkuh. Tapi ketika kamu memutuskan selingkuh atau jadi selingkuhan, hilaf sekalipun alasanmu kamu akan dianggap jelek hingga kehatimu, sekalipun wajahmu cantik bak bidadari.

Apapun alasanmu selingkuh, entah karena tidak dicintai, karena diselingkuhi atau karena kesepian atau kamu tidak tau kalau dijadikan selingkuhan, tetep saja kamu akan dianggap perempuan gak bener, perempuan murahan. Sekalipun kamu emang gak sengaja atau gak tau dijadikan selingkuhan tetep aja kamu akan dianggap sama busuknya dengan laki-laki yang menjadikanmu selingkuhan.

Banggalah kamu meski berwajah pas-pasan tapi masih bisa setia, sebab kamu akan dianggap jauh lebih baik hingga berkali-kali lipat, ketimbang cantik tapi gak bisa setia alias suka selingkuh atau mau jadi selingkuhan. Orang akan mencibirmu habis-habisan kalau kamu jadi perusak hubungan orang tapi tak akan mencibirmu hanya karena kurang cantik.

Sejelek-jeleknya wanita yang memang ditakdirkan jelek, masih jauh lebih jelek lagi wanita yang selingkuh atau mau jadi selingkuhan, sekalipun wajahnya cantik. Sudah jelek dihadapan sesamanya dan jelek lagi dihadapan sang pencipta'NYA. Makanya jadi cantiklah dengan menjadi wanita yang setia dan gak mau jadi perempuan perusak hubungannya orang.

Filosofi Wanita Jawa

Istilah wanita itu sendiri berasal dari bahasa Jawa yang berarti wani ditata (berani ditata). Pengertian ini telah mencirikan adanya tuntutan kepasifan pada perempuan Jawa.

Dalam perkawinan, istilah kanca wingking, yakni bahwa perempuan adalah teman di dapur akan mewarnai kehidupan perkawinan pasutri Jawa. Konsep swarga nunut, neraka katut (ke surga ikut, ke neraka pun turut) juga menggambarkan posisi perempuan Jawa yang lemah sebagai seorang istri.

Selain itu adanya konsep istri sebagai sigaraning nyawa, bukan sekedar konco wingking juga memberikan gambaran posisi yang sejajar dan lebih egaliter terhadap perempuan Jawa. Istilah konco wingking pun tidak selalu lebih rendah, tergantung bagaimana perempuan Jawa memaknainya. Sama seperti sutradara yang bekerja di belakang layar dan tidak pernah terlihat dalam filmnya tetapi dapat menentukan jalannya film.

Saat ini memang telah terjadi pergeseran kedudukan dan relasi gender masyarakat Jawa. Menurutnya, modernisasi, emansipasi perempuan, dan masuknya pengaruh budaya Barat, telah menggeser pola relasi gender mengarah kepada persamaan derajat dan kedudukan.

**
Sebelum mengupas filosofi tentang perempuan atau gadis Jawa, ada baiknya kita kenal dulu apa arti kata perempuan atau wanita. Setidaknya ada empat term di Jawa yang digunakan untuk menyebut perempuan.

- Wadon
Berasal dari bahasa KawiWadu yang artinyakawula atau abdi. Secara istilah diartikan bahwa perempuan dititahkan di dunia ini sebagai abdi laki-laki.


- Wanita
Kata wanita tebentuk dari dua kata bahasa Jawa (kerata basa) Wani yang berarti berani dan Tata yang berarti teratur.Kerata basa ini mengandung dua pengertian yang berbeda. Pertama, Wani ditata yang artinya berani (mau) diatur dan yang kedua,Wani nata yang artinya berani mengatur. Pengertian kedua ini mengindikasikan bahwa perempuan juga perlu pendidikan yang tinggi untuk bisa memerankan dengan baik peran ini.


- Estri
Berasal dari bahasa KawiEstren yang berartipanjurung (pendorong). Seperti pepatah yang terkenal, Selalu ada wanita yang hebat di samping laki-laki yang hebat.


- Putri
Dalam peradaban tradisional Jawa, kata ini sering dibeberkan sebagai akronim dari kata-kata Putus tri perkawis, yang menunjuk kepada purna karya perempuan dalam kedudukannya sebagai putri. Perempuan dituntut untuk merealisasikan tiga kewajiban tiga kewajiban perempuan (tri perkawis). Baik kedudukannya sebagaiwadon,wanita, maupunestri.

Tetapi, sebagai perempuan ada yang tidak saya sukai dari kejawaan itu. Salah satunya adalah ketidaktegasan, bentukewoh-pekewoh wong Jowo yang dikenal penuh basa-basi. Apalagi dengan bagaimana perempuan dicitrakan dalam karya-karya sastra Jawa kuno. Saya memang bukan penikmat sastra jawa. Atau karena itu saya tidak bisa menangkap makna yang seharusnya ingin disampaikan. Misalnya dalam Kitab Clokantara disebutkan:

Tiga Ikang abener lakunya ring loka/ iwirnya/ ikang iwah/ ikang udwad/ ikang janmasri// yen katelu/ wilut gatinya// yadin pweka nang istri hana satya budhinya/ dadi ikang tunjung tumuwuh ring cila//

Artinya: Tiga yang tidak benar jalannya di bumi yaitu sungai, tanaman melata, dan wanita. Ketiganya berjalan berbelit-belit. Jika ada wanita yang lurus budinya akan ada bunga tunjung tumbuh di batu.

Jelas bagaimana wanita dicitrakan dalam kalimat tersebut. Bahwa wanita disamakan dengan sungai dan tanaman melata yang berbelit-belit. Dan adalah ketidakmungkinan wanita untuk bisa mempunyai pendirian. Karena tidak akan ada bunga tunjung yang tumbuh di batu.
Juga tentang bagaimana perempuan dibandingkan dengan laki-laki dalam Serat Paniti Sastra:

Wuwusekang wus ing ngelmi/ kaprawolu wanudyo lan priyo/ Ing kabisan myang kuwate/ tuwin wiwekanipun/.

Artinya: Katanya yang telah selesai menuntut ilmu, wanita hanya seperdelapan dibanding pria dalam hal kepandaian dan kekuatan serta kebijaksanaanya.

Jadi dalam kalimat di atas ada ketidaksetaraan antara pria dan wanita. Walau mungkin kenyataannya bisa jadi demikian, tapi menurutku wanita kudu diberi kesempatan sama dengan laki laki. Memang demikianlah adanya pandangan orang Jawa, saya hanya memberi gambaran, kalau sependapat boleh terima, tapi kalau mungkin tak sependapat ya jangan dipakai, cukup sebagai pengetahuan saja karena saya juga begitu.

Aku Rindu