Perempuan yang “membesarkan” suaminya, dia akan menjadi istri orang
besar. Perempuan yang “membesarkan” anaknya, dia akan menjadi ibu
orang-orang besar.
Tidak salah lagi bila dikata, “perempuan adalah tiang negara”.
Lihatlah sebuah rumah! Bila bangunannya mulai miring dan akan ambruk,
periksalah tiangnya! Pasti penyanggahnya itu bermasalah, rusak.
Maka perhatikanlah perempuan yang tidak “membesarkan” suaminya. Dia
hanya jadi istri orang kecil. Lihatlah perempuan yang mengerdilkan
anaknya, dia hanya menjadi ibu dari orang-orang kecil.
Setiap perempuan itu hebat. Namun ketika ia mengabaikan peran dan
salah bersikap, dia tidak saja merusak diri sendiri tetapi ia juga
mengerdilkan orang-orang besar disekitarnya.
Apakah mungkin seorang perempuan bisa dikatakan hebat bila ambisinya menyaingi laki-laki dalam semua peran?
Tidak mau ketinggalan. Di hatinya hanyalah tentang kompetisi dan gengsi. Bila sudah terjangkit virus gender-feminisme seperti ini, tidak akan lahir seorang lelaki dan anak-anak besar. Sebab perempuan yang seharusnya “membesarkan” mereka malah “membesarkan” diri sendiri.
Tidak mau ketinggalan. Di hatinya hanyalah tentang kompetisi dan gengsi. Bila sudah terjangkit virus gender-feminisme seperti ini, tidak akan lahir seorang lelaki dan anak-anak besar. Sebab perempuan yang seharusnya “membesarkan” mereka malah “membesarkan” diri sendiri.
Maka benarlah Islam dengan segala tata aturannya. Perempuan adalah
Ummu Warabbatul Bait. Ibu dan pengatur rumah tangga. Kita kenallah
nama-nama laki-laki besar disetiap zamannya yang dibelakang mereka ada
nama-nama perempuan hebat.