Nov 19, 2014

Cermin



Setiap hal yang terjadi pada kita, yang kita alami, yang kita lihat, yang kita dengar, dan yang kita rasakan, sesungguhnya tak satu pun yang terjadi secara kebetulan.

Tuhan selalu bicara pada kita. Tapi Tuhan tak perlu bicara melalui lisan, sebagaimana lisan yang kita pahami. Bagi Tuhan, semuanya mudah, dan Tuhan juga dapat dengan mudahnya menjadikan manusia lain, sebagai tempat kita belajar untuk menjadi sebaik-baiknya kita.

Hidup itu kadang seperti tidur. Kita begitu terlelap pada tidur kita, hingga tak sadar ketika tangan kita jatuh mendarat dengan sangat keras pada wajah orang disebelah kita. Ia meringis kesakitan, sementara kita tetap tak sadar dengan apa yang barusan kita lakukan. Hidup juga kadang seperti berlari mengejar bus saat kita hampir terlambat. Kita begitu fokus dengan langkah kita yang terburu-buru. Hingga tak cukup hati-hati, bila ada orang lain yang sedang berjalan tenang, lantas kita senggol hingga kopi panas yang sedang ia minum tumpah membasahi kemeja putih satu-satunya. Mungkin kita tak sadar dan tetap berlari, atau mungkin pula kita tahu, lalu meminta maaf dengan berteriak dan tetap lanjut berlari.

Tanpa sadar kita suka begitu.

Tanpa sadar kita suka hidup dengan hanya fokus pada apa yang tengah kita lakukan. Kita begitu asik mewujudkan apa yang kita mau. Kita begitu hanyut mengejar apa yang kita cita-citakan. Lantas orang lain, kadang kita anggap tak punya urusan yang lebih penting daripada kita, atau tak lebih sulit hidupnya dari hidup yang kita punya.

Ketika orang lain bersikap baik pada kita, berkata jujur, bersabar atas sikap kita, ramah memperlakukan kita, membantu saat kita memerlukan, mendengarkan cerita yang ingin kita bagi, maka saat itulah Tuhan sedang mengajarkan kita, untuk bersikap baik pada orang lain, sebagaimana sikap baik orang lain yang kita terima, yang itu menyenangkan kita.

Sementara, ketika ada orang lain, siapapun ia, yang bersikap buruk pada kita, suka berbohong, ketus, ringan berkata-kata pedas, mencandai kesulitan dan kesedihan kita, menertawakan kegagalan kita, merendahkan kita, maka pada saat itulah Tuhan sedang mengajarkan kita, untuk tidak meniru sikap buruk yang seperti itu. Sebab semuanya, ternyata, begitu tidak menyenangkan ketika kita rasakan.

Tuhan begitu baik.

Pun pada saat yang sama, pada tiap kebaikan dan keburukan orang lain yang kita alami, Tuhan seakan sedang bertanya pada kita, “Apakah kamu seperti itu juga?”

Apakah kamu juga orang yang jujur? Bersabar pada orang lain? Ramah dalam bersikap? Apakah kamu sudah bersikap baik seperti kebaikan yang kamu terima dari orang lain?

Begitu pula sebaliknya, apakah kamu ini orang yang suka berbohong? Apakah kamu ini orang yang ketus dalam berbicara? Orang yang begitu ringan berkata-kata pedas pada orang lain? Orang yang begitu santainya mencandai kesulitan dan kesedihan orang lain? Orang yang suka seenaknya menertawakan kegagalan orang lain? Apakah kamu seperti itu?

Manusia-manusia lain, orang-orang disekitar kita, adalah cermin buat kita.

Kita harus, dan selalu perlu untuk peka serta perasa, karena pelajaran hidup, tak cukup dapat dipahami hanya melalui mata yang menyaksikan, serta telinga yang mendengar, melainkan juga dengan hati yang mampu merasa.



Aku Rindu