Nov 25, 2017

Saling Mendoakan

Jangan kau kira orang yang belum mendapatkan apa yang sudah kau capai adalah orang yang lebih rendah darimu. Hidup itu ujian, begitu juga manusia. Kita akan diuji dengan apapun.

Yang sudah menikah, akan diuji dengan pernikahannya. Pun yang belum menikah, akan diuji dengan kesendiriannya.

Yang sudah bekerja dan berpenghasilan, akan diuji dengan penghasilannya. Begitu juga dengan yang belum bekerja, akan diuji dengan keluangan waktunya.

Jangan saling meremehkan, apalagi sampai bertahta kalimat di dada : “sesungguhnya aku lebih baik darinya, hingga Allah anugerahkan ini itu dan itu padaku, sedangkan dia tidak”. Ingatlah ucapan Umar bin Khattab saat kaum muslimin dikaruniai harta Ghanimah (harta rampasan perang) dibawah kepemimpinannya :

“aku takut ini bencana, jika ini baik pastilah Allah menghadiahkan ini kepada Rasulullah dan Abu Bakar” maka dia beristighfar sambil menangis dan memohon perlindungan pada apa yang kaum muslimin dapatkan.

Bagaimana dengan kita yang telah diberi ini itu? Apakah sudah bermuhasabah jika apa yang diberikan baik? Jangan-jangan Allah beri dengan campakkan, bukan dengan mesranya uluran. Jangan-jangan Allah lebih ridho pada ia yang setiap saat dalam kesulitan hidup, namun amat dekat dengan Rabb nya. 

Lalu bagaimana dengan kita yang masih diuji dengan kekurangan? Apakah telah berputus asa dari rahmat NYa berupa kebaikan?, ketidak beratan hisab di akhirat karena memang tanggung jawab kita sedikit di dunia, bersyukurlah orang-orang yang ringan hisabnya di akhirat nanti. Jangan sesekali berputus asa dengan mengucapkan :”apa Allah tak sayang padaku?” Padahal Sang Nabi diuji hidup nya dalam kepayahan dan kepahitan. Bertahun-tahun lamanya.

Lebih baik saling mendoakan. Doakan (dan bantu) saudara kita yang masih diuji dengan kekurangan. Agar sabar dan syukur itu seperti dua kendaraan. Yang kita tak peduli kendaraan mana yang kita gunakan untuk menujuNya.

Nov 23, 2017

November

November adalah sebentuk keajaiban

yang menjadikan siang hangat untuk segala hal yang resah dan sibuk melerai segala ketidakmungkinan

langit sore yang meneduhkan senja di  pusara bersama kumandang syahdu berwarna nila

dan malam yang mengantarkan bingkisan imaji  para  perindu rintik dari langit 

aku akan ke sana

mengembalikan semua kenangan yang dieja hujan

merapikan mimpi yang  pingsan di antara daun daun ara yang meranggas sebagai tanda musim akan segera  pindah

sekadar bercanda dengan Tuhan untuk doa doa yang belum diiyakan
walau kau tak lagi  peduli

tolong beri aku detik detik bahagia yang masih kau simpan di almanak berdebu

karena hanya waktu, yang tidak tahu caranya menunggu…

Nov 22, 2017

Selamat Jalan Suamiku

Tulisan merinding banget dan belum tentu aku sekuat istrinya dan anaknya, gak bisa membayangkan, malah mewek bacanya...

“ SELAMAT JALAN SUAMIKU ”

“Mii, abbi sariawan nih lg g enak makan,,” sepulang kerja, suamiku menolak makan masakanku saat itu, padahal aku memasak ayam goreng kremes kesukaannya,, “besok2 masak sayur az ya mi ” aku hanya mengangguk tanda meng iyakan" ..

Setiap hari suami selalu mengeluhkan sariawan di lidah nya yang g sembuh2,, sudah 2 minggu lebih,, tapi aku tak terlalu menghiraukan keluhannya, aku pikir itu hanya sariawan biasa seperti pada umumnya.
“Mii, td di kantor ada medical chekup,, ini hasilnya.. ” sambil menyodorkan selembar kertas hasil pemeriksaan,, aku ingat betul saat itu bulan april 2016. “kesehatan abbi g ada masalah mi, cuman kata dokter, abbi kurang nutrisi, abbi kurang gizi nih g diperhatiin ummi, ummi nya sibuk terus sama zuma, hehe” canda suamiku saat itu. memang anakku baru usia 1 tahun, sebagai ibu, aku berasa jd orang yg paling repot karena anakku yang mulai aktif.

Aku memang terlalu sibuk,, sampai tak memperhatikan suami, aku diam saja ketika suami merokok terus2an, aku tak pernah marah ketika suami menolak sarapan pagi yg sudah disiapkan, aku tak pernah marah ketika suami begadang terus2an karena ngobrol di pos ronda dengan bapak2 komplek,, dan akupun tak pernah tau, makanan apa yang dia makan saat di kantor,, makanan sehat kah? Atau bukan… ya.. itulah kesalahan terbesarku…

“Abbi olahraga gih biar sehat,, jalan2 keliling komplek,,” “Enggak ah mi, abbi lg g enak badan, kepala sakit” saat itu memang weekend, dan suami lebih memilih tiduran seharian sambil nonton tv,,“huh pemalas banget nih suami, disuruh olahraga juga susah” Ucapku dalam hati.

3 minggu berselang tapi sariawan di lidah belum juga hilang. Malah katanya jadi ada sakit di kepala dan telinga. “abbi..besok periksa ke dokter ya, biar diobatin sariawannya..suamipun mengangguk..

Keesokan harinya, suami memeriksakan ke RS JAKARTA, RS yang tempatnya paling dekat dengan kantornya. Saat itu dokter bilang suamiku hanya kurang makan sayur dan buah, dokter hanya memberi salep untuk luka sariawan di lidahnya. “Kalo 2 minggu belum sembuh, periksa lagi ya” kata dokternya. 2 minggu kemudian suami periksa lagi, karena sariawan masih menetap, “dokternya hanya menambahkan antibiotik. Tapi sampai obatnya habis belum juga ada tanda-tanda kesembuhan.

Kembalilah lagi ke RS untuk memeriksakan, "mungkin bapak ada masalah di giginya, saya rujuk ke dr bedah mulut ya” Setelah diperiksa dr bedah mulut, dokter menyarankan di rontgen gigi, saat itu hasilnya memang terlihat ada gigi bungsu yang posisinya miring. “Ohh, sariawan bapak karena ada gigi bungsu yg mau tumbuh, tp posisinya abnormal, mungkin itu penyebab bapak sariawan dan sakit kepala terus menerus, giginya harus di oprasi, harus di ambil ya pak..

Bulan juni 2016, saat awal bulan ramadhan, suami tak puasa karena akan di operasi gigi, di cabutlah gigi yang selama ini mengganggu,, seminggu berlalu, sariawan masih menetap.. sakit di kepala makin menjadi. ” mi, abbi sakit nelen, sakit kepala makin sering, kenapa ya padahal giginya udah di cabut, terus lidah abbi jd g bisa digerakin ke kiri" “besok periksa ke dokter lagi ya bii, sekalian kontrol gigi”

“Giginya udah g ada masalah ya pak, kalo keluhan bapak sakit kepala, baiknya bapa periksakan ke dr syaraf ya” kata dr bedah mulut saat itu,, diperiksalah suami ke dr syaraf, hanya diberi obat anti sakit.. dokterpun menyarankan fisioterapi lidah karena lidah yang tak bisa di gerakan ke kiri, 6 kali pertemuan fisioterafi dan tak ada perubahan.. Dokter menyarankan pemeriksaan MRI, perkiraan pemeriksaan MRI saat itu sekitar 5-6 juta dan tak bisa dicover asuransi “periksa MRI nya nanti saja ya mii, bentar lagi kan kita mau mudik, lumayan uangnya buat bekal mudik ke tasik”.

Hari idul fitri… suami lebih memilih tiduran di kamar dan tak ikut bersilaturahmi ke rumah sanak saudara, sakit di kepala semakin sering,, hari raya hanya dihabiskan dengan beristirahat tiduran di kamar..

Liburan lebaran pun telah usai, bersiaplah kita kembali ke ibukota.. “Mii sebelum kita ke jakarta, ummi lepas KB nya ya, abbi pengen zuma punya ade”,,, “ duh bii, baru anak satu az ummi udah repot, gimana kalo nambah” .. “biarin, nambah anak nambah rezeki, abbi pengen punya banyak anak, hehehe” Kesal memang, tapi aku pun menurut, di lepas lah KB IUD yg setahun tertanam di rahimku..

“Mii, koq di lidah abbi jd ada benjolan, coba liat mii” Benar,, ada benjolan kecil sebesar biji jagung di lidah yang ada sariawannya, “besok ke dokter lagi ya bi”,, “Sejak kapan benjolannya ada pak” tanya dokter. “Baru 3 hari dok” “Sakit gak?” Sambil memencet benjolannya “Enggak dok enggak sakit, tp kalo sariawannya masih sakit dok, menelan jg jd sakit,kepala juga makin sering sakit” “Harusnya bapak di periksa MRI biar tau sakitnya dari mana, kalo benjolannya ini kemungkinan tumor jinak, bagaimana kalo di oprasi benjolannya terus nanti kita periksakan hasilnya” Suamiku hanya mengangguk, tanda setuju..

Awal agustus 2016, aku menemani suami di oprasi di RS JAKARTA,, zuma aku titipkan pada mamahku, ketika tau kabar suami mau di oprasi, mamah langsung berangkat ke jakarta.. Operasi berjalan lancar, 3 jam lamanya,, “Ini istrinya pak Andrie? Operasinya sudah beres, ini benjolan yg sudah diambil mau diPA-kan dulu ya, hasilnya nanti 10 hari lagi..

Tanggal 13 agustus 2016, kami kembali menemui dokter, dokterpun menyampaikan hasilnya dan juga hasil PA dari laboratorium.

“bapak usianya berapa tahun?” "28 dok” “Sudah punya anak?” “Sudah, baru usia setahun dok”. Dokterpun menghela napas panjang…ada perasaan tak enak saat itu. “Hasil pemeriksaannya kurang bagus, bapak positif terkena KANKER LIDAH,

Dek.. seolah detak jantungku berhenti “KANKER…Dok?”

Tiba-tiba mataku jadi gelap, sebuah beban berat serasa menindih badanku. Aku diam dan tak bisa berkata apa-apa, lama aku terdiam.

“Kanker..?” tanyaku,

tapi kalimat itu tak mampu terucap hanya bersarang di kepalaku. Sebuah penyakit yang selama ini hanya aku kenal lewat informasi dan berita-berita, kini penyakit itupun menghampiri orang terdekatku orang yang paling aku sayangi. Penyakit yang menakutkan itu menyerang suamiku.

Kutatap wajah suamiku, suamiku hanya terdiam, pucat…

bapak saya sarankan berobat ke RS DHARMAIS, karena disana rumah sakit khusus menangani penyakit seperti bapak, harus cepat ya pak, sebelum kankernya menyebar kemana-mana.

Segera kuambil surat pengantar dokter dan menuju RS DHARMAIS. Sungguh tak pernah terpikirkan sedikitpun sebelumnya, kini kami berada dalam deretan orang-orang penderita kanker di ruang tunggu pasien. Aroma kecemasan bahkan keputusasaan tergambar di wajah mereka. Sebenarnya ini juga saya rasakan, tapi saya harus menyembunyikan raut ini di hadapan suamiku. Aku harus tetap menyuguhkan energi penyemangat padanya.

Serangkaian pemeriksaan kami lakukan, lab, usg, rontgen, ct scan, bone scan. "Dari hasil pemeriksaan, ¾ lidah bapak sudah terkena kanker, bapak harus di oprasi di angkat lidah” kata dokter nya..

Ya Allah… apa lagi ini? Diangkat lidah? Kenapa harus suamiku yang mengalaminya? Kami pun pulang dengan perasaan yang tak tentu, nanti kita periksa ke RS SILOAM ya bii, kita cari second opinion"

Esoknya kita periksa ke RS SILOAM,, dokter melakukan endoskopi, memasukan kabel kecil yg ada kameranya melewati lubang hidungnya,, terlihat jelas kamera menangkap gambar di monitor. “Wahh, kanker nya sudah menyebar ke tenggorokan pak” Memang terlihat banyak benjolan merah di dekat pita suara.

“Kalo boleh tau sudah stadium berapa dok?” “Kalo ini sih sudah stadium 4” “Terus gimana dok? Tanyaku lirih,, “Nanti bapak harus menjalani pengobatan kemoterapi 3 kali, langsung radiasi selama 30 kali.”

Wajah suamiku putih pucat, dia hanya terdiam, terbayang beratnya derita dan kelelahan yang harus dialami suamiku. Belum lagi dengan kombinasi pengobatan kemoterapy yang melemahkan fisik. Keluar dari ruang dokter seolah semuanya jadi gelap, rasanya aku tak kuat menahan segala beban ini. Segera aku beri kabar keluarga dan teman-teman dekatku, aku kabarkan keadaan suamiku dan kumintakan do’a dari mereka. Tak terasa bulir-bulir bening air mata bermunculan disudut mataku.

dengan langkah lemas tak bertenaga seolah aku melayang, tulang-tulang terasa tak mampu menyangga badanku yang kecil ini, aku melihat anakku yang masih berusia 1 tahun, dia tersenyum ceria, ia tak mengerti beban berat yang menimpa orangtuanya, akupun memeluknya erat sambil menangis sejadinya.

Ketika kami di rumah, kami minta pendapat dari pihak keluarga tentang pengobatan yang akan kami lakukan. Dengan berbagai pertimbangan dan alasan pihak keluarga menyarankan agar kami tidak menempuh jalan kemo dan radiasi. Kami disarankan untuk menjalani pengobatan dengan cara alternatif dan pengobatan herbal.

Awal september 2016 kami berencana pulang kampung ke tasik, dikarenakan kondisi suami yang tak bisa lagi bekerja, untungnya dari pihak kantor memberi cuti izin sakit sampai sembuh.

Akhirnya sejak saat itu kami melakukan ikhtiar pegobatan dengan cara alternatif dan minum obat-obat herbal. Karena saat itu suamiku sudah susah untuk menelan maka obat herbal yang diberikan tidak berupa kapsul, melainkan berupa rebusan dan cairan. Setiap hari suamiku harus minum ramuan dan rebusan obat-obat herbal. Segala macam makanan buah2an dan sayuran dijus dan di saring, Tapi aku lihat ia dengan telaten dan sabar rutin minum semuanya.

"Bii, kayaknya ummi udah lama g haid, ” suamiku hanya tersenyum, coba periksain mii, tespek" katanya.. Aku terlalu sibuk mengurus suamiku yang sedang sakit, sampai tak sadar, 2 bulan lamanya aku tak datang bulan" “Positif bii…” “Alhamdulillah, zuma punya ade, mudah2an cwe ya miii, mudah2an pas bayinya lahir, abbi udah sehat,” “Abbi pasti sehat sayang…” Terlihat senyumnya yang mengembang dan bersemangat. Semangatnya untuk sembuh begitu besar. Doa pun tiada henti kupanjatkan siang dan malam. Dan malam-malamku selalu ku habiskan dengan bersujud padaNya. Aku mulai rajin mencari semua informasi yang berhubungan dengan kanker lidah, mulai dari makanan, cara pengobatan, bahkan alamat klinik pengobatan alternatif. Semua informasi aku cari melalui internet, koran dan dari rekan-rekan.

5 bulan pengobatan, tapi Allah sepertinya belum memberi jalan kesembuhan dengan cara ini, akhirnya obat herbal aku tinggalkan. Dan akupun mulai ragu, kondisi suami makin memburuk, kamipun mulai putus asa. Aku yakinkan suamiku bahwa ini adalah memang ujian dari Allah, “Bii.. semuanya atas kehendak Allah, bahkan jauh sebelum kita lahir sudah tertulis takdir ini, usia segini abbi sakit, berobat kesana-sini itu semua sudah ada dalam catatan Allah bii. Yang penting sekarang kita jangan lelah berikhtiar dan abbi tetap harus semangat untuk sembuh.” Ia mengangguk perlahan. “Utun lahir, abbi pasti udah sembuh kan mii? Tanya nya "Pasti bii, g ada yg g mungkin kalo Allah sudah berkehendak, utun lahir, abbi udah sehat”. Ia pun tersenyum

Berat badan suamiku mulai turun drastis karena tak ada asupan makanan, sebelum sakit beratnya 65 Kg kini tinggal 40 Kg. Kondisinya makin parah dan puncaknya ketika aku lihat setiap hari suami muntah darah terus menerus. Ia pun terlihat lemas dan sangat pucat.

Januari 2017, aku bawa ke dokter spesialis Onkologi yang ada di tasik. Dokter menganjurkan untuk segera dibawa ke rumah sakit karena hasil HB cuma 5, suamiku mengalami anemia berat. Kali ini aku membawanya ke RS Jasa Kartini tempat dokter itu praktek. 4 labu darah yang sudah masuk ke tubuh suamiku, dokter menyarankan kemoterapi" “Kanker itu pengobatannya 3 rangkaian bu, kemoterapy, radiasi sama oprasi, tanpa itu kanker susah ditangani, apalagi dengan pengobatan alternatif dan herbal yang belum jelas” kata dokternya

“Mii, abbi mau berobat medis az, mau nurut apa kata dokter, mungkin ini jalan kesembuhan abbi” kata suamiku Aku tak bisa berkata2,, baiklah kalo ini sudah keinginannya, aku hanya bisa mengiyakan, semoga Allah memberikan kesembuhan untuk suamiku dengan pengobatan medis.

Hari2 aku lewati, keluar masuk rumah sakit mengantar suami berobat, zuma aku titipkan ke rumah orangtuaku, karena waktuku habis dengan mengurus suamiku, penat rasanya,, hari2 dihabiskan dengan perjalanan dari rumah ke rumah sakit, rasanya melelahkan, apalagi dengan kondisi perutku yang semakin membesar.

dokter mengatakan, “kita hanya bisa memperlambat pertumbuhan kankernya bukan mengobati.” Seolah hitungan mundur kematian itu dimulai. Aku limbung dan hampir tak sadarkan diri, sekuat tenaga aku mencoba untuk tetap tegar “Ya Allah… begitu berat cobaan ini Kau timpakan pada kami” “Ma’afkan ummi, ummi tak mampu menjagamu selama ini…" Serangkaian pengobatan medis dilakukan 7 kali kemotherapi, sampai kemo ke 3, kondisi suami sempat membaik, kemo ke 4,5,6,7… selama itu kondisi suamiku semakin menurun..

“Aku ingin ketenangan aku butuh pertolonganMu ya Robb. Kutumpahkan segala permohonan ini dihadapanMu yaa Allah. Bisa saja dokter memfonis dengan analisanya, tapi Engkaulah yang maha kuasa atas segala sesuatunya. Engkau maha menggenggam semua takdir, sakit ini dariMu ya Allah dan padaMU juga aku mohon obat dan kesembuhannya.”

Segala ikhtiar dan do’a tiada lelah kulakukan tuk kesembuhan suamiku. Malam-malamku kulalui dengan solat tahajud. Kubenamkan wajahku diatas sajadah lebih dalam lagi, tiba-tiba aku merasa tak mimiliki kekuatan apapun, aku berada dalam kepasrahan dan penghambaan yang lemah.

“Robb…Engkau maha mengetahui, betapa segala ikhtiar telah kami lakukan. Tiada menyerah kami melawan penyakit ini, kini aku serahkan segalanya padaMu, tidak ada kekuatan yang sanggup mengalahkan kekuatannMu yaa…Robb, Tunjukkan pertolonganMu, beri kesembuhan pada suamiku Ya..Allah.”

Rangkaian kemoterapi sudah beres, suamiku disarankan melakukan pengobatan lanjutan, sinar radiasi di RS santosa bandung, saat itupun kehamilanku sudah masuk usia 9 bulan, “Bii, maaf ummi g bisa antar abbi ke bdg, abbi sama mamah az ya, takut brojol di jalan, nanti malah repot lagi”. Akhirnya suami pergi melakukan serangkaian pemeriksaan untuk radioterapi, 6 Juni 2017,, hari ke 11 bulan ramadhan, anak yang kedua ku lahir,, tanpa kehadiran abbi nya,, proses melahirkan yang kedua sangat lah mudah dan cepat, alhamdulillah Allah telah memberikan kemudahan dan kelancaran, segera aku vidio call suamiku, dia pun kaget karena tiba2 aku memperlihatkan bayi kecil padanya, “Ummi udah lahiran bii” “Abbi pulang ke tasik sekarang jg mii, pemeriksaan simulatornya udah beres abbi di jadwalin radiasi nya nanti udah lebaran” Pulang lah ia ke tasik, datang dengan raut wajah ceria, alhamdulillah perempuan, “mau abbi kasih nama "Zahabiya Assyifa farid” Emas permata yang menyembuhkan..insya allah dengan lahirnya biya, abbi diberi kesembuhan oleh Allah.

25 juni 2017, saat itu hari raya idul fitri,, tiba2 suami mengeluh sakit kepala, Dan esoknya mengeluh sulit menelan dan sesak nafas, dilarikanlah suamiku ke RS,, dan bayi ku yg baru 2 minggu aku bawa jg, menemani abbi nya di rawat di RS. Pihak RS sempat menolak krn aku membawa bayi, tp karena aku tak bisa meninggalkan keduanya, akhirnya diizinkan, walaupun dengan membuat surat pernyataan bahwa pihak RS tidak bertanggung jawab jika terjadi sesuatu pada bayiku..

Saat itu suamiku masih bisa bicara meski dengan suara kurang jelas. Karena tenggorokannya pun sudah menyempit tersumbat kanker, ia sangat kesulitan dalam bernafas. Masuk minumanpun kesulitan, Untuk memasukan nutrisi ke tubuhnya, dokter menyarankan oprasi gastrostomi, oprasi pasang selang dari perutnya, dan mengantisipasi agar tidak tersumbat saluran nafasnya, dokter menyarankan oprasi tracheostomy dileher suamiku. Akupun menyetujuinya meskipun aku tak tega, tapi hanya ini cara yang bisa diambil.

Suamiku pasrah, dia minta aku menemaninya terus menerus, dan aku mengerti.. aku selalu mendampinginya. Tak pernah jauh darinya…“Sebenarnya aku tak tega melihatmu seperti ini bii, leher di bolongin,perut juga bolong, tapi inilah yang terbaik untukmu saat ini.”
Selesai oprasi, bicaranya sudah tak bersuara lagi. Sejak saat itu praktis komunikasi kami hanya dengan isyarat atau terkadang suamiku menulisnya di hp, mengirimkan lewat WA,, Tentu saja hal ini terasa capek baginya. Namun sekali lagi ia terlihat tegar tak pernah aku mendengar ia mengeluh.

Sepanjang proses pengobatan tak hentinya kupanjatkan do’a dan dzikir dibantu dengan beberapa anggota keluarga. Saat itu kondisinya sudah sangat menurun, sakit kepala hebat makin sering terjadi,, hasil pemeriksaan ct scan didapatkan, kankernya sudah menyebar ke otak,, “Ya Allah beri kekuatan pada suamiku…!” Beri kesembuhan melalui ikhtiar selama ini ya Allah..”

Dokter yang menangani nya sudah angkat tangan, ia menyarankan suamiku untuk secepatnya pergi ke bandung untuk melakukan tindakan radiasi, tp karena kondisinya yang semakin menurun, rencana itu kami undur karena menunggu kondisinya membaik dulu..

Namun ternyata seminggu setelah operasi, selang di perutnya mengalami kebocoran, keluar cairan hitam pekat dari lubang di perut bekas oprasi,, “Kenapa lagi ini?…” “Mii abbi mau minta dirujuk az ke RSCM jakarta, disini abbi g sembuh2” kata suamiku.. Saat itupun aku meminta dokter untuk membuatkan surat rujukan ke RSCM Jakarta,, dokter mengizinkan… jam 1 tengah malam mobil ambulan mengantar kan kami berdua menuju Jakarta, ya.. hanya aku sendiri yang mengantar suamiku.. hari mulai terang saat kami tiba disana..

Serangkaian pemeriksaan dilakukan.. kondisinya semakin menurun, tapi masih bisa diajak komunikasi,, diapun mengambil hp dan mengetik sesuatu “Mii, c juve meninggal di rscm kan?” “Iya” “Terus c yana zain jg meninggal mii, nanti giliran abbi ya mii” “Abbi pasti sembuh sayang,” “Mii, kalo abbi meninggal, abbi pengen dikuburin dekat anak2” “Apaan sih bi, jangan ngomong yg enggak2” .. Tak kama kondisinya semakin menurun, memegang hp pun ia tak mampu.. Dia hanya bisa menahan kesakitan yg dirasa,, sambil melirik sesekali ke arahku, sambil berkata,, “sakit mi…” “Sabar sayang.. coba abbi dzikir dalam hati” ..lailahailallah…

Kuhampiri suamiku yang tergolek lemah. Perawat memasang semua peralatan pada tubuh suamiku, entah alat apa saja ini. Kuusap perlahan keningnya, dingin sekali. Tangan dan kakinyapun sangat dingin. Hingga menjelang asar, aku tak diperbolehkan beranjak dari sampingnya, tanganku ia genggam erat. Tak hentinya mulut ini memanjatkan doa.
Tekanan darahnya sangat tinggi, nadi nya pun cepat, menunjukan angka 200 di layar monitornya. Berkali-kali dokter menyuntikkan obat anti sakit namun hasilnya tetap sama tak berubah, suamiku masih mengeluh kesakitan. Dokter memanggilku, perasaanku gelisah tak menentu, campur aduk antara cemas, bimbang dan ketakutan yang amat sangat. Dugaanku benar Dokterpun menyerah.

Melihat kondisinya yang terus menurun dokter memberitahu bahwa kondisi suamiku sudah sangat melemah, secara medis kondisi suami sudah tidak dapat ditolong lagi, lebih baik kita do’akan saja.” Aku benar-benar lemas mendengarnya seluruh badanku gemetar merinding. “benarkah tak ada lagi harapan.” Tiba-tiba aku merasakan ketakutan yang luar biasa. Aku tak mau menyerah, aku tetap membisikan ke telinga suamiku, bahwa ia jangan menyerah, ia pasti sembuh.

“Aku tak mau kehilanganmu bii.” Ku pegang kuat jemarinya, “buka matamu bii kubisikan lembut ditelinganya. Ia hanya tersenyum lemah…
Pukul 16.00, aku disodori surat pernyataan,, kata dokter ini adalah Surat persetujuan untuk tidak dilakukan tindakan apapun jika terjadi apa2 sama suamiku. Akupun pasrah “tak sanggup rasanya hati ini kehilanganmu, aku ingin tetap menatap wajahmu, aku ingin tetap mendampingimu meski dalam ketidakberdayaanmu.”

“Abbi…..inilah yang terbaik yang diberikan Allah buat kita, maafkan ummi, tak bisa menjagamu selama ini. Ummi ikhlas abbi pergi, ummi terima semua dengan ihklas..

Jangan khawatir bii, ummi akan menjaga dan merawat anak-anak kita,” kubisikan lirih ditelinga suamiku.

Dalam setiap rangkaian doaku tak pernah aku mengucapkan kata-kata menyerah “kalo memang hendak Engkau ambil maka mudahkan,” tak pernah aku menyebut kata-kata itu. Aku selalu minta kesembuhan, kesembuhan karena aku memang menginginkan suamiku benar-benar sembuh.

Sepertinya kini aku harus menyerah dan pasrah “Ya.. Robb jika memang Engkau menentukan jalan lain aku ikhlas ya Allah…., mudahkan jalan suamiku untuk menghadapmu dengan khusnul khotimah.”

Kubimbing suamiku menyebut kalimat “LAAILAHA ILLALLAH MUHAMMADUR ROSULULLAH.. Kuulang hingga berkali-kali.. Dua bulir bening tersembul dari sudut matanya. Aku merasakan ia sanggup mengikuti kalimat ini..

Pukul 16.40 ia menghembuskan nafasnya yg terakhir.. “bu, bapak sudah tidak ada.” ujar dokternya. aku tau maksudnya tapi aku masih tak percaya. Kutengok layar monitor yang terhubung ketubuh suamiku. Tak ada lagi yang bergerak disana.

kudekap tubuh lemas suamiku.. ku kecup bibirnya, dan ku usap matanya… “INNA LILLAAHI WAINNA ILAIHI ROOJIUUN.” Aku termenung disampingnya tapi tak ada lagi air mata yang keluar. “ummi ikhlas melepasmu bii, Allah telah memilihkan jalan terbaik buat kita.”

Selamat Jalan suamiku Andrie K Farid …… jemput aku dan anak-anak nanti di pintu SurgaNya...

Nov 21, 2017

Bukan Untukku

Meski sederas apapun aku berairmatakan
Kau tetaplah akan meninggalkan
Meski sehebat apapun kuperjuangkan
Ia akan terus berjalan berpetualang

Doa yang kuterbangkan tersapu bersih dengan hempasan sang hujan
Harapan yang kutanam berserakan kemana entah bersama gerak ombak berketepian

Aku mencoba mengintip jawaban dari sang langit
Namun airmataku seakan mengguyur luka yang enggan mengering
Aku mencoba bertanya kepada sang rembulan
Sudah tepatkah jika aku melupakan?

Namun kau harus tahu,
Bahwa tatkala aku merindukanmu
Kadarnya melebihi rindumu pada ia wanitamu
Bahkan kadarnya tak sebanding ia tak kala merindukanmu juga

Tak mengapa,
perlahan hatiku mampu bersahabat dengan kenyataan
Dan jika memang kau bukanlah takdir yang tlah ditetapkan
Suatu saat nanti kau menjadi hal yang tak berarti dikemudian
Lalu seperti katamu,
Kelak aku akan terfitnah dengan lelaki terbaikku

Dan benar,yang bukan untukku akan menjauhiku

Tapi tunggu,
Jika kehendakNya berbicara
Dan aku adalah takdirmu yang sebenarnya
sudikah kau mencariku yang tlah menjauh demi bahagiamu dulu bersama dia?

Meskipun aku sempat menuliskan bahwa perihalmu tlah kulupakan
Percayalah,itu adalah kesengajaan yang kudustakan.

Nikah Itu Enggak Enak

Nikah itu emang jadi impian buat semua orang ya. Kalau lihat orang nikah itu kadang senangnya minta ampun, tapi ada juga yang kadang malah sedih, kayak pas pernikahan Raisa sama Hamish Daud duh, banyak yang patah hati katanya, hihi.

Nikah adalah goal dari orang yang pacaran serius, kalau cuma main-main mah ya belum tentu punya tujuan ke arah sana. Ya gak? Nikah itu beda dari bayangan orang-orang waktu masih pacaran. Mereka mikirnya nikah itu ya sama kayak pacaran, padahal jauh banget bedanya.

Nikah itu banyak hal yang harus dipikirin, bukan sekedar karena keinginan terus memutuskan untuk menikah. Kehidupan pernikahan itu gak kayak jalan tol yang lurus dan tanpa hambatan. Karena setiap pernikahan itu pasti ada bumbu-bumbunya sendiri. Kadang bahagia, kadang juga berantem bahkan kadang ada hal menyakitkan juga yang harus terjadi.

Seorang wanita bernama Hanny Dewanti membagikan kisah pernikahannya di akun facebook miliknya. Postingannya ini disukai oleh lebih dari 3 ribu orang dan dibagikan lebih dari 5 ribu orang. Berikut postingannya:

NIKAH ITU ENGGAK ENAK!!!

Dedek-dedek gemes yang malam ini menggalau karena sebel sendirian… sebel ngejomblo… patah hati ngeliat gebetan jalan sama yang lain… pengen nyakar tembok liat yang penganten baru anget berduaan…

Dedek-dedek gemes yang malam ini mengharapnkan hujan turun deras sekali… langit kelap-kelip halilintar dan banjir besar melanda agar yang pacaran gak bisa kencan…

Dedek-dedek gemes yang malam ini menggelar doa khusuk berisi harapan untuk bisa bersanding di pelaminan dan menghapus status jomblo di KTP…

Saya mau kasih tahu sesuatu tentang pernikahan untuk kalian…

Dek, nikah itu gak enak.

Nikah itu bukan haha hihi seperti orang pacaran. Nikah itu bukan keseruan kayak pas main rumah-rumahan. Nikah itu bukan hip hip hura kayak sama sahabat.

Nikah itu pengorbanan, Dek. Nikah itu perjuangan. Nikah itu awal petualangan baru saat masalah dia bertemu dengan masalahmu dan harus kamu pecahkan dengan atau tanpa dia.

Keluargamu berantakan, terus kamu berpikir menikah bisa membuatmu lari dari keluarga?

NGIMPI!

Masalahmu dengan masyarakat sangat banyak sampai kamu tahan dengan omongan orang, terus kamu berharap bisa lepas dari gunjingan dengan menikah?

NGIMPI!

Kamu miskin jelata, terus berharap bisa nikah dengan CEO kaya raya dan foya foya sampai menutup mata?

NGIMPI!

Dengan menikah, takdirmu bertemu dengan takdirnya.

Dengan menikah, masalahmu bertemu dengan masalahnya

Dengan menikah, keluargamu bertemu dengan keluarganya

Semua itu masalah, Dek. 

Semua itu bisa jadi masalah baru atau melanjutkan masalah lama dengan lebih WOW lagi.

Oke kita ngomongin yang real.

Kalau pas sebelum nikah, kamu cuma mikir apa yang diharapkan ortu darimu. Setelah nikah kamu juga harus mikir apa yang diharapkan mertua darimu.

Kalau pas sebelum nikah, kamu cuma mikir gimana bikin perut kenyang. Setelah nikah, kamu juga harus mikir gimana cara bikin perut pasanganmu kenyang.

Saya dulu ngerjain skripsi sambil jadi IRT.

Kalau seharusnya setelah ngejar dosen ke sana ke mari saya bisa nggeblak di kasur sambil mimik es teh sebotol gede, saat itu saya harus segera bersihin rumah kontrakan dan masakin odey makan sepulang kerja.

Odey dulu gak sepengertian sekarang… kalau sekarang mah pulang kerja langsung ngajak saya ama farrel gelundungan di kasur. Dulu masih manjaaaa… pulang kerja kudu disiapin dari a sampai z nya. Semua HARUS dilayani. 

Ngomongin pegel ya pegel buanget. Rambut sampai brodol parah. Tapi, itu kewajiban. Saya juga gak bisa ngeluh. Belum lagi melakukan kewajiban yang lain. Wesss… ngalahin kuli Deeekkkk… waktu awal nikah saya iteeemmm… kurussss… 

Kami emosian. Berantem itu sehari bisa sampai 2-3 kali. Udah sering pengen nyerah. Tapi gak bisa…

Berantem-baikan-berantem-baikan…

Gitu terus ampe tetangga bosen😂😂😂 yah… namanya dulu rumah kontrakan bangsalan. Pastilah napas aja denger. Hahahhaa…
Kalau kalian lihat kami sekarang nempel kek perangko abis dijilat, itu adalah karena perjuangan menyatukan dua kepribadian yang sangat sama. Sama sama keras.

Gak mudah deeeekkk…

Suami abis kerja pengennya langsung tidur eh… kudu nimang anak, bantuin jaga anak lagi sakit, beli ini beli itu buat keperluan istri yang gak bisa keluar. Bantuin istri beresin kerjaan rumah. Belum lagi kalau ada acara di lingkungan tempat tinggal. Pengen main sama temen, istri udah melotot depan pintu kek nyi pelet ketelen duri ikan paus.

Untuk kamu cewek cewek yang kerja. Kalau sekarang sepulang kerja kamu bisa jalan-jalan manja ke mall, setelah nikah… jangan harap. Kamu kudu izin sama suami ke mana pun. Kalau suami gak ridho… acara shopingmu bisa jadi HARAM. Apalagi kalau suami gak tau. Hiiii… ngerik

Saat berumah tangga, kebebasanmu hilang. Hakmu akan ditutupi dengan kewajiban. Ini bukanlah adaptasi yang mudah. Makanya banyaaaaakkkk sekali penganten baru yang niat cere atau selingkuh. Karena gak kuat berjuang menekan ego demi menyenangkan pasangan.

Nikah sama orang kaya raya juga bukan jaminan kebahagiaan. Ada banyaaaaakkk sekali bahaya yang mengintai. Oke. Saya gak akan sebut masalah pelakor, selingkuhan, suami jajan PSK, atau nikah dengan si anak orang kaya manjanya gak ketulungan. Saya mau cerita gimana kalau kekayaan yang dimiliki itu habis?

Saya pernah ngadepin momen di mana tidak ada uang yang tersisa selain untuk makan 1 orang. Waktu itu saya berbohong sama suami dan bilang saya sudah makan. Padahal dari pagi saya cuma minum air putih. Saya belikan makan buat suami aja. Kasihan dia pulang kerja. Pernah juga dibalik. Uang cuma bisa buat beli 1 nasi bungkus. Suami belikan untuk saya tok. Saya tahu. Saya pura-pura bilang kalau nasi bungkusnya gak enak dan bukan selera saya. Cuma makan beberapa sendok terus saya kasih ke suami. Pernaaaahhhhh…. 

Alhamdulillah pertolongan segera tiba. Tapi… mampukah kamu menghadapinya? Itu tidak terjadi sehari dua hari. Itu terjadi dalam kurun waktu yang cukup untuk membuat iman goyah.

Lagi pailit… tiba-tiba mantan datang membawa angin segar; ngajak ketemuan. Mantan pakai mobil kece, jelas dompetnya setebal pajak mobilnya. Kalau cuma kencan haha hihi, pulangnya mesti dapet kalau cuma pulsa mah…

Kira-kira… ambil enggak tawaran ketemuannya?

Sekarang mah enak bilang “enggaaaaaakkkkk…” kalau kejadian beneran, mingkem cep. Galau setengah mati 

Kalau saya?

Hahaha…

Saya takut aja kalau ini semua cuma jebakan. Saya mikirnya… Pas saya ketemuan sama mantan, terus odey datang bareng kru tv sama Aston Kutcher ambil tereak “you’ve got a PUNK’D!”

(Ini tontonan taun berapa?!

Ngerik!!!

Malunya itu loh kalau beneran kejadian🤣🤣🤣 jadi saya memilih untuk bobok aja di rumah

Cerita nih yaaa…

Seorang teman yang dulunya jerit-jerit pengen nikah terus akhirnya nikah… menghubungi saya. Dia nyesel menikah karena menikah itu jauhhhhh berbeda dengan khayalannya. Dia sampai bertanya-tanya apa dia salah pilih orang? Apa kalau dia nikah sama si A bakal lebih bahagia?

Saya bilang…

“Biar kamu nikah sama jendral pun akan tetap berakhir sama. Laki-laki memiliki sifat dasar yang tipikal. Sifat ini gak akan cocok sama kita, perempuan. Tinggal sekarang kamu sebagai istri apakah bisa membawa suami agar memahamimu atau tidak.”

Dek, nikah itu bukan main-main.

Cowok yang bisa dijadikan suami juga bukan sembarangan. Gak cukup cuma modal ganteng dan punya kerja aja. Kudu emang siap dan pantas jadi imam.

Cewek yang bisa dijadikan istri juga bukan asal cantik dan berbodi aduhai. Dia kudu siap lahir batin mengabdi dan mendedikasikan diri untuk keluarga.

Dek, nikah itu bukan kayak pacaran

Suka ayo jalan… gak suka ditinggalkan.

Dek, nikah itu bukan kayak main rumah-rumahan yang kalau bosen bisa ditinggal pulang terus besok main lagi.

Dek, nikah itu bukan keinginan, tapi kesiapan. 

Nikah itu bukan karena disuruh atau pengen, tapi karena panggilan jiwa.

Nikah itu bukan karena ingin menutupi aib keluarga, tapi karena kesungguhan dan niat yang tulus.

Kalau sekarang kamu belum menikah dan belum punya calon suami atau pacara atau apalah yang mereka sebut, gak usah galau. Siapa tahu itu cara Allaah untuk memberimu kebebasan. Siapa tahu itu cara Allaah untuk memberimu kesempatan berprestasi. Gak usah ditangisilah kejombloanmu. Gak usah dirisaukan lagi kapan kamu akan menikah. Nanti kalau sudah saatnya, kalian pasti akan bertemu karena jodoh itu sudah tertulis sebelum kamu lahir, gak akan tertukar… gak akan keselip biarpun kamu sembunyi di ketek Hulk.

Nanti…

Akan tiba saatnya kamu menikah, berjuang, menangis dan melewati masa-masa buruk dengan suami/istrimu. Setelah itu, mungkin kamu akan jadi seoerti pasangan suami istri ini 

Mereka yang sudah dewasa dan melalui berbagai macam masalah bersama. Mereka yang sudah saling mengerti satu sama lain. Mereka yang sudah belajar bagaimana cara menjinakkan kehidupan. Mereka yang sudah tahu kalau saling memiliki dan mencintai pasangan adalah yang utama.

Nanti…

Mungkin satu jam lagi…

Atau mungkin besok atau besoknya lagi atau besok besoknya lagi…

Saat kamu dan dia yang di ujung sana sudah siap lahir batin untuk perjuangan baru.

Aku Rindu