Jan 16, 2015

Memilih yang Terpilih



Hidup memang selalu tentang pilhan. Dan selalu ada dua pilihan yang menjadi perbandingan setara. Pilihan yang mengandung banyak sekali kelebihan, tak juga luput kekurangan. Termasuk dalam persoalan memilih pasangan hidup. Urusan tentang ini tidak pernah menjadi hal yang remeh. Entah ketika belum muncul pilihan, atau sudah datang beberapa pilihan.
Saking takut salah memilih, maka tanpa sadar diri ini menentukan beberapa daftar kriteria. Tapi ternyata kriteria juga tak kunjung memberikan pencerahan. Tak jarang pula menghapus dan menulis ulang tipe beserta urutan kriteria, menambah atau mengurangi bobot bila dirasa terlalu idealis. Berharap cara tersebut mampu mempermudah diri dalam memilih.
Sayangnya, semakin kesini ternyata semakin membingungkan. Ada yang tertambat di hati, namun tidak mampu penuhi barisan-barisan kriteria. Ada yang sangat memenuhi, namun karena kekurangan sedikit, hati tidak bisa menerima. Ada yang datang tapi belum dikenal, takut-takut justru dialah orangnya.
Memilih pasangan hidup tidak semudah memilih gamis mana yang harus dibeli (karena bagi saya memilih gamis juga pilihan yang sulit :p). Rumit. Untungnya Allah selalu memberikan petunjukNya. 
"Pilihlah seseorang yang bersamanya mengingatkan dan mendekatkanmu pada Allah."
“Wanita (biasanya) dinikahi karena empat hal, karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka utamakanlah yang baik agamanya, niscaya kamu akan beruntung.” [HR. Al-Bukhari (5090) dan Muslim (1466)]
“Seseorang tergantung agama teman dekatnya, maka lihatlah siapa yang kalian jadikan teman dekat.” [HR. Ahmad (2/334) dan Al-Hakim (4/188, no. 7319)
“Jika datang kepada kalian seorang lelaki yang kalian ridhai agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia. Jika tidak, maka akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang besar.” (HR. Tirmidzi)
dan masih banyak petunjuk lainnya. Mungkin teman-teman mau menambahkan? :)

Yang pasti, sebelum menentukan pilihan, tentukan dahulu diri ini mau menjadi sosok dan pribadi yang bagaimana. Sebelum membuat kriteria calon pasangan, buat dahulu kriteria diri ingin menjadi seorang pasangan yang seperti apa. Kata orang, pasangan kita adalah cerminan diri kita, semakin baik kita, semakin baik pula pasangannya.

Seperti salah satu ayat dalam firmanNya yang mungkin sering kali kita baca atau dengar,
"Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik (pula). Mereka itu bersih dari apa yang dituduhkan orang. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia (surga)" An-Nur : 26
“Pasangan terbaik itu seperti sepatu. Bentuknya tak persis sama namun serasi. Saat berjalan tak pernah kompak tapi tujuannya sama. Tak pernah ganti posisi namun saling melengkapi. Selalu sederajat, tak ada yang lebih rendah atau tinggi. Dan bila yang satu hilang, yang lain tak memiliki arti
“Mencari pasangan yang sempurna, akan berakhir pada penyesalan karena melewatkan pasangan-pasangan luar biasa, dan akhirnya terjebak pada pasangan yang seadanya, saat kita sudah dikejar oleh usia.”
Semoga Allah selalu menuntun hati ini untuk memilih ia yang tepat, ia yang sudah dituliskanNya dalam kitabNya yang terjaga. Semoga selalu diberikan kekuatan dan kesempatan untuk terus memperbaiki diri, membersihkan jiwa, dan menjauhkan hati dari perasaan-perasaan yang tidak perlu, kepada orang-orang yang belum tentu menjadi pilihanNya. Aamiin.

Jan 15, 2015

Bahagia Itu Sederhana

Banyak orang yang ingin selalu merasa bahagia, tetapi kadang mencari kebahagiaan itu sulit bagi sebagian orang. Memang betul. Kebahagiaan tidak mudah didapat dengan sekejap mata. Ada sebagian orang yang menganggap kekayaan sebagai kebahagiaan, ada yang menganggap cinta sebagai kebahagiaan, ada yang menganggap keluarga sebagai kebahagiaan, dan juga ada yang menganggap prestasi sebagai sebuah kebahagiaan.

Bahagia itu sebenarnya sederhana. Mensyukuri hidup yang kita miliki saja sudah bisa membuat kita bahagia. Jangan selalu berpikiran untuk sama dan terus menyaingi orang lain agar bisa menjadi yang tertinggi diatas mereka dalam hal yang negatif. Misalnya dalam kepemilikan gadget. Banyak orang yang terus berlomba dan bersaing tentang gadget terbaru. Orang tersebut tidak merasa bahagia dengan gadget yang dimiliki nya sekarang karena masih ada orang yang memiliki barang yang lebih canggih darinya.

Jika terus memiliki pola pikir seperti ini, hal itu tidak akan ada habisnya. Barang yang diperlukan seperti gadget ,cepat sekali pertumbuhannya, tiap bulan bahkan tiap minggu,akan muncul barang baru yang lebih canggih. Akibat dari terus mengikuti perkembangan ini,seseorang tidak akan pernah bisa puas akan apa yang telah dimilikinya. Coba jika kita melihat sedikit lebih ke bawah. Banyak orang-orang pinggiran yang ‘boro-boro’ bisa memiliki gadget seperti yang kita miliki.

Menyambung hidup saja bagi mereka susah. Mencari sesuap nasi dan biaya sekolah untuk anak-anak mereka saja susahnya bukan main. Mana bisa mereka berpikir untuk memiliki sebuah gadget bahkan yang sederhana sekalipun? Tetapi raut kebahagiaan tampak terpancar di wajah mereka,karena mereka masih bisa berkumpul dengan keluarga, dan tidak terpecahkan hanya karena kemajuan zaman.

Bahagia bisa diraih dengan menghargai kehidupan orang lain,bahkan dalam skala kecil seperti keluarga. Apabila kita menghargai orang lain, maka orang lain akan sebaliknya. Mulailah berusaha membahagiakan hati orang tua kita,karena perasaan kita juga akan bahagia bila melihat orang tua kita bahagia. Apabila kita melihat orang yang kita sayangi tersenyum dan bahagia, perasaan kita juga akan bahagia tentunya.

Kita masih bisa jalan- jalan, kita harusnya bahagia, masih banyak orang-orang yang bertarung ditengah kerasnya hidup hanya untuk mencari sesuap nasi . Kita masih bisa makan yang pantas juga kita harus bahagia. Karena masih banyak orang yang kadang makan kadang tidak bisa makan karena tidak mempunyai biaya. Bagilah kebahagiaan kita dengan orang lain,dalam hal kecil saja. Kebahagiaan orang lain dapat membuat kita bahagia. 

Dan bagi saya kebahagian itu adalah jika saya bisa berbagi dan membahagikan orang lain yang lebih kekurangan di banding saya.

“Bahagia itu sederhana,dalam sebuah senyuman terdapat kebahagiaan”


Jan 14, 2015

Kesetiaan : Buah dari Kesadaraan akan Hak dan Kewajiban

"Yang harus dipertahankan dalam sebuah pernikahan adalah kesadaran untuk tidak boleh melupakan kewajiban terhadap pasangan."
 
Saya diingatkan bahwa: Dalam pernikahan tak cukup hanya dengan perasaan cinta, kasih sayang, saling mengerti, saling memahami, saling percaya, dsb. Perasaan-perasaan itu akan kalah dengan adanya hak dan kewajiban. Kewajiban yang sudah Rasul contohkan. Kewajiban yang sesuai dengan syariatnya pernikahan.  Maka, ketika ditengah perjalanan pernikahan ditemui ujian-ujian perasaan. Ingatlah bahwa ada hak dan kewajiban yang harus lebih diutamakan. Jangan pernah lupakan dua hal ini!!!
Kewajiban suami untuk tetap menafkahi keluarga. Kewajiban suami akan istrinya secara lahir maupun batin. Kewajiban suami membimbing istrinya untuk tetap istiqomah, dsb.
Pun begitu juga dengan istri  Kewajibannya untuk tetap taat kepada suami selama itu baik dan sesuai syariat. 
Kewajibannya untuk melayani suami lahir maupun batin. 
Kewajibannya untuk menjaga harta dan kehormatan suami, kewajibannya mendidik anak-anak, dsb.
Karena kewajiban-kewajiban itulah yang nanti akan Allah mintai pertanggung jawabannya di hari kemudian. Mengingat bahwa ada hak dan kewajiban dalam suatu ikatan pernikahan adalah salah satu cara untuk mempertahankan rumah tangga yang di dalam nya akan ada banyak sekali ujian.
Mungkin itulah yang membuat orang tua kita bisa bertahan hingga detik ini. Walaupun tak jarang ujian demi ujian datang, mereka sadar akan kewajiban mereka sebagai suami-istri juga sebagai orangtua. Mereka sadar ada hak-hak pasangan serta hak anak yang harus mereka tunaikan.

Maka.. jika boleh saya mengambil kesimpulan bahwa : “Kesetiaan adalah buah dari kuatnya kesadaran akan hak dan kewajiban dalam suatu pernikahan yang harus ditunaikan.”



Jan 13, 2015

Wanita Itu



Disandarkannya hati yang pegal pada bunyi hujan malam itu. Dia merebah, lelah, pasrah karena dingin dan basah.
Di kanan dan kirinya tidak ada apa pun selain kaca dengan bintik-bintik air yang lembap.  Sementara di dalam kepalanya, banyak buih tentang perih akibat rindu yang berjalan pincang.
Dia mungkin tak sadar dengan bahunya yang pelan-pelan kuyup; sepasang bahu yang sudah lama diabaikan genggaman tangan.
Dan kau tahu, ada sesuatu yang jelas-jelas duduk manis di pelupuk matanya; adalah senyum yang mengembang dari sang bujang.
Sebab rindu terlalu jalang, pandangannya pun pucat, kehilangan darah. Sedang matanya, setia tergenang air mata yang tidak basi-basi.
Dia masih menggenggamnya erat, bunga mawar dua bulan lalu yang harumnya tinggal sisa-sisa. Berkali-kali memandang langit, dia berharap Tuhan menjatuhkan balasan rindu dari sana, menitipkannya pada jari mungil burung-burung Merpati.
Iya.
Wanita itu mungkin bisa mulai sakit jiwanya jika tidak segera berhenti.

Aku Rindu