Jan 13, 2015

Wanita Itu



Disandarkannya hati yang pegal pada bunyi hujan malam itu. Dia merebah, lelah, pasrah karena dingin dan basah.
Di kanan dan kirinya tidak ada apa pun selain kaca dengan bintik-bintik air yang lembap.  Sementara di dalam kepalanya, banyak buih tentang perih akibat rindu yang berjalan pincang.
Dia mungkin tak sadar dengan bahunya yang pelan-pelan kuyup; sepasang bahu yang sudah lama diabaikan genggaman tangan.
Dan kau tahu, ada sesuatu yang jelas-jelas duduk manis di pelupuk matanya; adalah senyum yang mengembang dari sang bujang.
Sebab rindu terlalu jalang, pandangannya pun pucat, kehilangan darah. Sedang matanya, setia tergenang air mata yang tidak basi-basi.
Dia masih menggenggamnya erat, bunga mawar dua bulan lalu yang harumnya tinggal sisa-sisa. Berkali-kali memandang langit, dia berharap Tuhan menjatuhkan balasan rindu dari sana, menitipkannya pada jari mungil burung-burung Merpati.
Iya.
Wanita itu mungkin bisa mulai sakit jiwanya jika tidak segera berhenti.

Aku Rindu