Aug 20, 2014

naluri perempuan


naluri cintanya selalu ada, dan takan pernah habis oleh waktu atau luka.

naluri berbaginya selalu membuncah, mau itu dilihat orang atau tidak.

naluri mengertinya tak pernah pudar, seperti ada sinyal ditubuhnya yg slalu siap memahami keadaan sekitar.

naluri tangguhnya pun akan terkuak diwaktu yg tepat, terlihat secara fisik dan terasa sampai ke hati.

naluri kebesaran jiwanya selalu menghadirkan kebaikan bagi sesama. begitupun dengan naluri kesahajaan lainnya, takan pernah luput dari keseharian dirinya.

sungguh, tak perlu diragukan lagi keutamaan perempuan. makhluk yang satu ini diciptakan begitu berarti. hanya saja, tidak semua perempuan menyadari tentang nalurinya yang luar biasa ini.
sungguh, kemajuan dan kedamaian dunia sekarang ini, bisa jadi ditentukan oleh kualitas kaum hawanya. sudah fitrahnya wanita begitu spesial, yang diamanahi tanggungjawab teramat besar dan mulia. sungguh, lebih banyak jumlah wanita dibanding pria di Dunia ini. tapi di Akhirat nanti adalah kebalikkannya. sungguh sedikit makhluk yg menempati surgaNya, terlebih kaum hawa. Ya Allah… :’{

 

Mereka yang Belajar dari Kesalahan



Pada saat menjalani kehidupan kita masing-masing. Mungkin kita pernah berselisih dengan seseorang. Pernah menyimpan kekesalan dan kekecewaan. Pernah merasa dikhianati atau ditinggalkan tanpa alasan. Pernah dibohongi bahkan mungkin dijauhi. Hingga hubungan kita dengan orang tersebut sempat hilang beberapa lama, mungkin dalam hitungan tahun.

Dulu sewaktu muda terutama. Sewaktu emosi masih pada tahap pematangan. Sewaktu pikiran belum sepenuhnya berpijak. Sebelum kebijaksanaan hidup menghampiri. Sewaktu logika masih pendek. Sewaktu perasaan masih mendominasi.

Hingga pada suatu ketika, direntang waktu yang cukup lama kita kembali dipertemukan dengan orang-orang tersebut. Sejatinya kita tidak lagi benci, hanya sungkan saja ingin menyapa. Ada perasaan tidak enak. Ada perasaan enggan.

Saya percaya bahwa waktu turut mengubah seseorang. Orang yang dulu berbuat tidak baik kepada kita telah berubah. Orang yang dulu meninggalkan kita telah berubah. Orang yang dulu menyakiti kita telah berubah. Banyak yang telah menjadi orang baik, diantara mereka banyak yang telah menjadi bijaksana. Diantara mereka banyak yang telah mencapai banyak hal sementara kita sendiri tertinggal jauh.

Haruskah kita tetap membencinya? Mungkin perasaan ini bukanlah benci, hanya enggan untuk menyambung silaturahmi. Atau mungkin malu mengakui bahwa kita telah memaafkannya dan memulai silaturahmi.

Mereka adalah orang-orang yang berhasil belajar dari kesalahan. Kita tidak lagi bisa menyamakan mereka dengan beberapa tahun belakangan. Ketika dulu mereka membuat kesalahan, terutama kepada kita. Mereka adalah orang-orang yang berhasil keluar dari pikiran mereka tentang masalahnya. Bergerak sedemikian cepat untuk memperbaiki diri. Sementara kita mungkin masih menyimpan dengki, membuat kita terkurung pada prasangka tersebut dan menjadi lamban bergerak.

Harus kita akui. Memang mereka memiliki kesalahan kepada kita di masa sebelumnya. Ketika kita masih sama-sama muda, sama-sama emosional. Dan mereka telah belajar dari kesalahan sehingga membentuk mereka yang seperti sekarang. Begitu mengagumkan. Dan kita sungguh tidak bisa menilai mereka hanya karena kesalahannya di masa lalu kepada kita.

Ketika kita mampu menyadari itu semua. Kita telah belajar menjadi selangkah bijaksana. Memaafkan dan mengakui bahwa kita tidak belajar lebih banyak dari mereka. Dan kita tertinggal beberapa langkah.

Aku Rindu