Dec 23, 2014

Sang Bidadari Dunia..




Seorang laki-laki yang mereka bertanya kepadanya,
"Mengapa engkau begitu mencintai istrimu sedemikian rupa?"

Laki-laki itu menjawab, "Karena istriku adalah

Bidadari dalam kehidupan dunia ini…

Ia memperdengarkan kepadaku apa yang aku suka untuk didengarkan,dan mendengarkan dariku apa yang aku suka untuk aku ucapkan…
Aib-aibku sangat aku kenali, namun ia tidak pernah melihatnya.
Kekurangan dalam diriku ia sempurnakan dengan keridhaan dirinya…
Ia adalah tiraiku dan kebahagiaanku…
Ia bersamaku dalam bahagia, dan selalu bersamaku dalam kesulitan…
Dalam dua keadaan itu, ia tetaplah seorang wanita yang pandai bersyukur…
Jika dunia membuatku lelah, maka cukuplah bagiku bahwa ia bersamaku di dalamnya…
Ia menjaga kehormatanku saat aku tidak ada, dan menjaga kehormatan dirinya…
Ia memiliki lisan yang manis karena selalu berdzikir…
Ia memiliki hati yang lembut karena selalu khusyu’…
Kedua matanya bercahaya karena selalu memandang kepada ayat-ayat al-Quran…
Aku bagian darinya dan ia bagian dariku…
Aku tidak mengatakan bahwa ia adalah separuh diriku,
bahkan, ia adalah seluruh diriku yang lain…

Istri adalah Manager dan Partner



Wanita dinikahi bukan untuk melakukan aktivitas memasak dan mencuci. Apabila ia bisa memasak dengan rasa yang lezat itu adalah bonus, bukan kewajiban. Istri adalah manajer di dalam rumah. Namanya manajer seyognyanya punya staf alias anak buah maka tugas suamilah menyediakan pembantu untuk istrinya.

Seorang istri harus memastikan bahwa keadaan dan suasana rumah nyaman bagi penghuninya. Ia akan mengusahakan dengan sekuat tenaga agar anggota keluarga betah dan kerasan tinggal di dalam rumah. Sebagai manajer, ia yang bertanggungjawab atas kerapian, ketertiban, kebersihan dan kenyamanan rumah.

Oleh karena itu, seorang istri tidak boleh terlalu lelah melakukan pekerjaan-pekerjaan yang bersifat teknis seperti mencuci, ngepel, memasak dan sejenisnya. Sebab, tugas lain selain sebagai manajer juga memerlukan energi yang besar. Apa itu? Istri juga sebagai partner bagi suami. Ia adalah teman diskusi yang cerdas dan menyenangkan bagi suami.

Tugas istri begitu berat, sungguh tidak pantas seorang suami merendahkannya. Apabila ternyata istri Anda belum sanggup berperan sebagai manajer dan partner, maka tugas suamilah menyiapkan dan mendidiknya. Tanpa manajer dan partner yang hebat, pertumbuhan kesuksesan dan kemuliaan hidup Anda bisa terhambat dan tersendat.

Sebagai manajer dan partner, maka perlakukanlah istri secara terhormat. Dia bukan staf atau karyawan Anda. Dia juga bukanlah pembantu Anda. Bila Anda belum punya pembantu atau mungkin pembantu tidak masuk kerja, ringankanlah dan bantulah istri Anda.

Perlakuan kita terhadap istri akan sangat mempengaruhi perlakuan istri kepada anak-anak di rumah. Apabila kita memperlakukan istri secara terhormat maka akan berpeluang besar menghasilkan anak-anak yang percaya diri, memiliki jiwa kepemimpinan dan kemandirian.  Dalam jangka panjang, anak-anak akan tumbuh ke arah hidup yang lebih bermartabat dengan karakter yang kuat.

Sudahkan kita memperlakukan istri sebagai manajer dan partner?

Salam SuksesMulia!



HARAPAN DAN KEPASTIAN



Konon, ketika seorang istri meminta pada suaminya, “Pa, akhir tahun ini kita liburan, yuk?” Sebenarnya yang mereka harapkan adalah jawaban singkat dari suaminya, “Ayo!”.

Dengan jawaban itu, sang istri akan punya kebahagiaan tersendiri, semacam waktu senggang untuk membayangkan ke mana saja ia akan berlibur, apa saja yang akan dilakukan saat liburan. Bagi sebagian orang, punya rencana liburan saja sudah merupakan sesuatu yang membahagiakan.

Meski pada saatnya mereka tak benar-benar pergi, kebanyakan istri akan mengerti dan baik-baik saja. Meski mereka akan tetap bertanya, “Tidak apa-apa, Pa. Tapi kita tetap akan liburan, kan?

Lagi-lagi, jawaban yang diharapkan adalah, “Tentu saja. Nanti kita akan liburan!” Itu saja cukup.

Sayangnya, setiap kali mendengar istrinya meminta sesuatu, para suami lebih sering jadi sewot sendiri, “Mama gimana, sih? Mintanya aneh-aneh aja! Kayak yang nggak tahu aja kalau tahun ini kita banyak banget pengeluaran! Belum lagi awal tahun depan banyak banget yang harus dibayar!

Dari sanalah pertengkaran yang sebenarnya tidak perlu sering terjadi.

Konon, perempuan memang senang jika diberi harapan. Tetapi mereka akan bahagia jika diberi kepastian.

Apa benar begitu? 



Dec 18, 2014

Perempuan itu Tajam

Ingatan seorang perempuan itu tajam. Sekali kamu membuat kesalahan, dia akan mengingatnya terus.

Kamu berlalu meninggalkan pun dia tidak akan mudah lupa kenangan apa yang telah terjadi.


Perempuan juga selalu berusaha bersikap tegar. Selalu menganggap dirinya tidak terjadi apa-apa. Alih-alih ‘sangat terjadi apa-apa’ pada dirinya.


Hanya butuh kepekaan dari orang yang disayang. Padahal seringkali dia sendiri tidak tahu apa yang diinginkan.


Perempuan itu makhluk sensitif. Makanya dia harus diperlakukan dengan lembut. Agar hatinya tak mudah rapuh.


Rasa ingin tahu perempuan itu sangat besar. Jangan heran dia selalu menanyakan kabar. Tujuannya hanya untuk memastikan bahwa orang yang disayangnya itu baik-baik saja.

Dari situ terlihat rasa ingin tahu perempuan itu menunjukkan bahwa ia peduli.

Perempuan di jaman sekarang itu harus multitasking dan multitalented. Harus bisa mengatur urusan rumah dan pekerjaan. Bahkan harus bisa menjadi ‘menteri keuangan’ di dalam rumah tangga.


Makanya dia butuh pundak untuk melepas lelah. Butuh pelukan di saat dirinya merasa lemah.


Kebanyakan perempuan itu moody. Senyum dan sapa yang kamu berikan di pagi hari bisa menjadi motivasinya selama sehari penuh bahkan berhari-hari.


Perempuan itu rapuh. Butuh uluran tangan kalian untuk menjaganya dari segala sesuatu hal buruk di luar sana.


Perempuan itu seksi repot. Repot dalam segala hal, termasuk merias diri.

Tujuannya hanya untuk membuatmu tersenyum karena memandangnya yang tampil cantik di hadapanmu.

Walaupun posisi perempuan di bawah laki-lakinya, tetapi dia senang ketika dirinya dipuji dengan tulus karena merasa disanjung.


Perempuan itu unik. Menarik. Dan istimewa.


Aku bangga menjadi perempuan.....


Perempuan



Perempuan itu, sebelum menjadi apapun profesinya, sejatinya ia adalah calon Ibu. Maka ia harus belajar dan dikondisikan untuk mendapatkan kurikulum pendidikan keibuan. Dari kecil, kebanyakan orang tua kita lebih banyak menanyakan tentang cita2, profesi, mau jadi apa kelak ketika besar, dan mengecek setiap hal yang berkaitan dengan cita2 tadi secara berkala. Sudah mengerjakan PR atau belum, sudah belajar atau belum, dan seterusnya. Tapi perkara lain yang lebih pasti, bahwa si gadis ini akan menjadi Ibu, jarang sekali dikonfirmasi kemajuannya. Apakah si anak ini sudah cukup memahami agama, menguasai ketrampilan manajemen keuangan rumah tangga, memasak berbagai makanan yang memenuhi kebutuhan gizi keluarga, hingga kemampuan mendidik anak. Sayang sekali.

Aku Rindu