“Perempuan itu, sebelum menjadi
apapun profesinya, sejatinya ia adalah calon Ibu. Maka ia harus belajar dan
dikondisikan untuk mendapatkan kurikulum pendidikan keibuan. Dari kecil,
kebanyakan orang tua kita lebih banyak menanyakan tentang cita2, profesi, mau
jadi apa kelak ketika besar, dan mengecek setiap hal yang berkaitan dengan
cita2 tadi secara berkala. Sudah mengerjakan PR atau belum, sudah belajar atau
belum, dan seterusnya. Tapi perkara lain yang lebih pasti, bahwa si gadis ini
akan menjadi Ibu, jarang sekali dikonfirmasi kemajuannya. Apakah si anak ini
sudah cukup memahami agama, menguasai ketrampilan manajemen keuangan rumah
tangga, memasak berbagai makanan yang memenuhi kebutuhan gizi keluarga, hingga
kemampuan mendidik anak. Sayang sekali.”
Dec 18, 2014
-
Tak ada yang persis sama dalam perjalanan tiap manusia mencapai tujuannya. Ada yang melewati jalan lurus-lurus saja tanpa hambatan, ada ...
-
“Kere” menurut Poerwadarminta adalah orang miskin yang mengemis. Dalam bahasa halus yang "ngenyek" (mengejek) disebut sebaga...
-
Aku rindu, saat-saat kita belum saling mengenal dulu. Masih saling memandang malu-malu, bergegas berlalu karena takut raut muka tertangkap ...