Setelah sekian lama bersama, ternyata menikah itu bukan soal mencari kecocokan, tapi lebih kepada penerimaan dan pengertian.
Ketika pernikahan sudah dimakan usia,
eloknya rupa sudah banyak terkikis masa, terlebih saat sakit mulai
menghampiri, di situlah ketulusan cinta sangat terasa kehadirannya; ada
atau tiada.
Cinta bukanlah tentang kelebihannya
dibandingkan dengan orang lain.
Jika engkau membanding-bandingkan,
sebaik apa pun dia, selalu ada kurangnya.
Tetapi cinta adalah tentang menerima dan
mensyukuri (bukan sekedar menerima apa adanya) adanya dia dalam hidup
kita untuk kemudian bersama meniti jalan kebaikan, melakukan amal shalih
bersama dan saling mengingatkan.
Kita mengingatkan bukan karena tidak
menerima dia apa adanya, tetapi karena ingin merawat kebersamaan itu
agar tak berhenti hanya sampai di penghujung usia kita, melainkan
berlanjut bersambung hingga Yaumil Qiyamah.
Semoga kita termasuk yang memperoleh karunia berupa seruan untuk masuk surga bersama-sama untuk digembirakan.
“Kamu memang tidak sempurna, tapi saya bisa terima kamu apa adanya…”