Perhatian
adalah pemberian jiwa: semacam penampakan emosi yang kuat dari keinginan baik
kepada orang yang kita cintai. Tidak semua yang orang memiliki kesiapan mental
memiliki kemampuan untuk terus memperhatikan.
Memperhatikan
adalah kondisi di mana kamu keluar dari dalam dirimu menuju orang lain yang ada
di luar dirimu. Hati dan pikiranmu sepenuhnya tertuju kepada orang yang kamu
cintai. Itu tidak sesederhana yang kita bayangkan. Mereka yang bisa keluar dari
dalam dirinya adalah orang-orang yang sudah terbebas secara psikologis, yaitu
bebas dari kebutuhan untuk diperhatikan. Mereka independen secara emosional:
kenyamanan psikologis tidak bersumber dari perhatian orang lain terhadap
dirinya. Dan itulah musykilnya. Sebab sebagian besar orang lebih banyak
terkungkung dalam dirinya sendiri. Mereka tidak bebas secara mental. Mereka
lebih suka diperhatikan daripada memperhatikan. Itu sebabnya mereka selalu
gagal mencintaiFeb 13, 2015
Feb 11, 2015
Waktunya Bicara
Tidak selamanya cinta itu harus diam-diam, ada waktunya dia harus diungkapkan agar dunia tahu dan kamu pun tahu. Jawaban apa yang Allah berikan kepada diammu.
Tidur pun ada masa bangunnya karena kamu harus menyiapkan hari ini dan menjalaninya. Bertemu orang-orang yang akan mengubah hidupmu di masa depan.
Tidak selamanya cinta itu harus sembunyi-sembunyi, karena ada waktunya dia meminta keberanianmu. Untuk mempertahankannya atau melepaskannya. Dan kamu keluar dari tempat persembunyianmu untuk menunjukkan dirimu, bahwa ada kamu yang selama ini mengamati.
Yang menjadi pertanyaan besar disini adalah kapan waktu itu datang, kapan kamu harus mengungkapkan dan kapan kamu keluar dari persembunyian. Aku tidak tahu, kamu tidak tahu. Tapi kita pernah mendengar ungkapan biarkan waktu yang menjawab semua ini. Waktu biasanya menjawab dengan keadaan. Dan kamu harus menyiapkan diri untuk keadaan itu kapanpun juga. Atau kamu akan kehilangan selama-lamanya tanpa tahu jawaban apa dari sikap diam dan sembunyi-sembunyimu.
Aku menulis ini untuk laki-laki. Seorang teman perempuanku yang hendak menikah pernah mengatakan bahwa laki-laki harus siap kapanpun perempuan siap. Karena laki-laki terlalu penakut untuk bicara dan terlalu lama bersembunyi. Sementara keadaan menuntut kepastian bicara dan keberanian, laki-laki banyak yang undur diri.
Sementara laki-laki yang tidak siap hanya mengajak pada hubungan yang tidak jelas akhirnya, pada aktivitas yang mendekati zina. Dan bukan itu yang perempuan butuhkan sebenarnya.
Bicaramu-keberanianmu-kepastianmu.
Jadi Jangan memulai apa yang tidak bisa kamu selesaikan.
Subscribe to:
Posts (Atom)
-
Tak ada yang persis sama dalam perjalanan tiap manusia mencapai tujuannya. Ada yang melewati jalan lurus-lurus saja tanpa hambatan, ada ...
-
“Kere” menurut Poerwadarminta adalah orang miskin yang mengemis. Dalam bahasa halus yang "ngenyek" (mengejek) disebut sebaga...
-
Aku rindu, saat-saat kita belum saling mengenal dulu. Masih saling memandang malu-malu, bergegas berlalu karena takut raut muka tertangkap ...