Jan 1, 2016

Tahun Baru Beda Kasta Beda Cara



Tahun baru..., beda kasta beda cara. Di kampung, orang kota yang pendatang merayakannya dengan meriah. Gelegar kembang api, petasan, dan bakar-bakaran. Sementara orang kampung yang penduduk asli, merayakan dengan nongkrong sambil menanti luncuran kembang api dan bunyi petasan si orang kota. Beda kasta beda cara. Lalu apa yang ditinggalkan tahun baru? Tahun baru, beda kasta beda cara. 

Orang kota, orang pintar meninggalkan sampah, sisa-sisa pesta pisah sambut tahun baru. Sampah terompet, sampah kembang api, sampah bakar-bakaran, bahkan sampah panggung hiburan. Orang kampung, orang bodoh ketinggalan sisa-sisa sampah yang harus dibersihkan.

Katanya, orang kota orang pintar lebih bersih dari orang kampung orang bodoh. Lebih sadar orang kota daripada orang kampung. Gak tahu dari mana benarnya? 

Tahun baru, beda kasta beda cara. Tiap tahun baru.... Orang kota orang pintar bikin coretan tentang rencana yang akan dilakukan setahun ini. Ada harapan ada doa. Orang pintar menyebutnya RESOLUSI TAHUN BARU. Orang kampung orang bodoh boro-boro bikin resolusi, cari SOLUSI atas himpitan ekonomi saja tidak sempat dicoretkan. Bisa gak makan kalau kebanyakan bikin coretan. Mereka hanya bisa kerja dan cari pekerjaan untuk sesuap nasi, melanjutkan hidup yang dianugerahi Allah. Itu saja.

Tahun baru, beda kasta beda cara. Orang kota, orang pintar bikin resolusi ukurannya fisik dan material semata. Ingin punya rumah, punya mobil baru, pengen nikah dengan orang pintar yang kaya dan ganteng. Lebih baik segalanya dari standar fisik. Karena urusan fisik gampang diukur, gampang dihitung dan gampang terlihat publik. 
Sementara orang kampung, orang bodoh biasa saja, tanpa resolusi. Tetap fokus pada solusi ekonomi. Sambil membenahi dimensi kejiwaan, mental. Di tengah "keterbatasan" orang kampung bilang tahun baru ingin ibadah yang lebih bagus, ingin tetap semangat, tanpa keluh kesah, gak mau putus asa. Dan sebagainya yang urusannya mental, bukan fisik.

Tahun baru, beda kasta beda cara. Orang kota, orang pintar bertumpu pada capaian fisik material. Orang kampung, orang bodoh lebih ke moralitas, spiritualitas. Karena fisik materi takkan puas bila dikejar. Tapi butuh sikap mental dalam mengelolanya. 

Tahun baru, bisa menjadi sama di kasta yang beda. Kapan? Ketika orang kota orang kampung, ketika orang pintar orang bodoh sama-sama punya CARA yang baru untuk menjadi “DIRI yang BARU”. Diri yang Baru. Diri yang cara berpikirnya baru. Cara merasanya baru. Cara bersikap yang baru. Cara bertindak yang baru. Diri yang jiwanya berubah. Mentalnya berubah. Diri dan cara hidup yang lebih baik dari sebelumnya.

Tahun baru, gimana bisa menjadi diri yang baru? Tidak gampang tapi tidak sulit untuk menjadi "DIRI yang BARU". Mengutip bacaan kaum Sufi, untuk menjadi “DIRI yang BARU” dibutuhkan 3 jiwa: 

1. Takhalli; artinya mengosongkan jiwa dari sifat-sifat buruk, seperti: sombong, iri, dengki, riya, cinta pangkat/jabatan, cinta pada dunia. 
2. Tahalli; artinya menghiasi jiwa dengan sifat-sifat yang mulia, seperti: jujur, sabar, tawakal, ikhlas, dermawan, rajin, saling menolong, cinta pada Allah. 
3. Tajalli; artinya membuka tabir yang menghalangi diri kita sebagai hamba dengan Allah. Hamba yang lebih baik mempersiapkan kematiannya.

Tahun baru, seharusnya tak lagi beda kasta beda cara. Ketika orang kota bersama orang kampung, ketika orang pintar bersama orang bodoh "mau melupakan masa lalu, mau menyelamatkan masa depan". Dalam hal apapun, soal siapapun. Dan mau lebih banyak menolong, bukan membiasakan minta tolong. Karena tahun baru bukan banyak rencana yang hanya wacana. Tapi sedikit rencana yang bisa terlaksana. Hidup di tahun baru tak perlu banyak diskusi, tapi bertumpu pada eksekusi. Bukan resolusi tapi solusi. Bukan sensasi tapi esensi.

SELAMAT TAHUN BARU.... ketika orang kota orang kampung, orang pintar orang bodoh saling berpangku.

Tahun Baru harapan Baru

Matahari pagi di penghujung tahun bersinar cerah, hangat menatap bumi berpadu segarnya hijau dedaunan berseri indah seperti bunga-bunga dan aneka burung berkicauan riang bernyanyi menyambut hari 

Senja perlahan tenggelam di ufuk barat semburat cahaya jingga membaur di langit sebuah perahu kecil berkayuh pelan di laut biru nan tenang, bergerak memutar mengitari pulau-pulau kecil

Anak-anak hinterland di atasnya melantunkan syair-syair dibawah tatap busur langit membara diiringi sepoi-sepoi angin laut mendendangkan syair kehidupannya syair harapan baru anak-anak pulau melupakan kepahitan di tahun lalu 

Matahari tenggelam, gelap menyelimuti pantai perjalanan akhir tahun mendekati puncaknya keramaian terjadi di banyak tempat tumpah ruah di pantai berkumpul dengan satu tujuan menyambut datangnya harapan baru

Ketiba tiba waktu di puncak malam detik-detik almanak berganti baru kembang api membahana ke angkasa malam warna-warninya memancar hingga kejauhan terompet pun berbunyi bersahut-sahutan alaram dan sirene kapal-kapal serentak berbunyi selamat datang tahun baru selamat datang harapan baru!

Matahari pagi di penghujung tahun bersinar cerah, hangat menatap bumi berpadu segarnya hijau dedaunan berseri indah seperti bunga-bunga dan aneka burung berkicauan riang bernyanyi menyambut hari Senja perlahan tenggelam di ufuk barat semburat cahaya jingga membaur di langit sebuah perahu kecil berkayuh pelan di laut biru nan tenang, bergerak memutar mengitari pulau-pulau kecil

Selengkapnya : http://fiksiana.kompasiana.com/beni.guntarman/tahun-baru-harapan-baru_56857036927e61b60c8ad653
Matahari pagi di penghujung tahun bersinar cerah, hangat menatap bumi berpadu segarnya hijau dedaunan berseri indah seperti bunga-bunga dan aneka burung berkicauan riang bernyanyi menyambut hari Senja perlahan tenggelam di ufuk barat semburat cahaya jingga membaur di langit sebuah perahu kecil berkayuh pelan di laut biru nan tenang, bergerak memutar mengitari pulau-pulau kecil

Selengkapnya : http://fiksiana.kompasiana.com/beni.guntarman/tahun-baru-harapan-baru_56857036927e61b60c8ad653

Dec 30, 2015

Istrimu Bukan Pembantu

Seorang suami yang baik tentu paham, istrinya bukan robot yang bisa bekerja 24 jam full tanpa kenal lelah. Istrinya bukan sosok sempurna dengan anak-anak sempurna, masakan yang sempurna dan rumah yang sempurna tanpa cela. Dia tak sempurna seperti juga dirimu yang jauh dari kata sempurna.

Istrimu adalah partner hidupmu, cinta sejatimu, ibu dari anak-anakmu. Istrimu, dengan segala keterbatasannya adalah juga manusia biasa. Sama halnya sepertimu, ia bisa merasa lelah, marah, jenuh dan tak berguna.

Istrimu, bukan pembantumu. Dan ia sama sekali tak layak kau anggap sedemikian rupa. Seandainya engkau posisikan dirinya sebagai pembantu dengan nafkah bulanan yang engkau berikan sebagai gajinya, maka berapa nominal yang pantas engkau berikan sebagai penebus jasa-jasanya selama ini? Berapa jumlah rupiah kau sanggup untuk membayarnya?

Dengan job description yang demikian banyaknya, skill multitasking dan kepiawaiannya menuntaskan beberapa tugas rumah secara bersamaan, mengasuh anak, memasak makananmu, mengajari anakmu ilmu-ilmu baru, melayani dirimu, mengatur keuangan keluarga, bahkan ikut serta mengambil peran mencari nafkah.

Juga mengandung serta melahirkan anak-anakmu dari rahimnya dengan susah payah dan penuh perjuangan. Dapatkah engkau membayarnya dengan uang?

Maka perlakukan istrimu dengan sebaik-baik perlakuan. Lembutkanlah perkataanmu, berilah ia udzur atas kekurangannya, seperti ia memberi udzur atas kekuranganmu. Dan jika ia bengkok dan keliru, luruskanlah dengan hikmah dan kasih sayang, bukan dengan keangkuhan dan kekerasanmu yang justru akan mematahkannya.

Luangkanlah waktu untuk berduaan saja dengannya, dengarkanlah keluh kesahnya, jadilah sahabat terbaik baginya untuk mencurahkan isi hati. Dan ketika ia penat, jadilah bahu untuknya bersandar. Kalau bukan kepada engkau, suaminya.. kepada siapa lagi ia hendak menumpahkan rasa?

Dukunglah ia untuk meng-upgrade skill dan passionnya yang terpendam selama ini. Mengikuti berbagai kursus, mengembangkan bakat, mengikuti seminar-seminar yang bermanfaat. Selama itu bermanfaat dan tidak melanggar syari’at, why not? 

Berilah ia sedikit jeda dari rutinitas hariannya. Seorang istri  butuh waktu untuk sendiri, untuk berkumpul dengan kawan-kawannya, untuk menyegarkan pikiran sejenak dari tugas-tugas rumah tangga yang seperti tak ada habisnya. Bahkan seorang pembantu rumah tangga memiliki hari libur dan hak untuk mengajukan cuti.

Bagaimana dengan seorang ibu? Adakah waktu libur baginya? Nyaris tak pernah ada. Karena bagi seorang wanita, menjadi ibu bukanlah profesi. Ia adalah kehidupan sekaligus tempatnya mengaktualisasikan diri dengan penuh dedikasi. Being a mother is truly a blessing 

Selalu dan senantiasa.. Ingatkan kembali tujuan hidup kalian berdua selama ini: striving your way together to reach Jannah. Karena kebersamaan di dunia ini tidaklah cukup.

Jika engkau masih enggan untuk turut membantunya dalam pekerjaannya, maka setidaknya, maklumilah dia.. Abaikanlah debu-debu yang menempel di lantai ruang tamu, mainan-mainan yang berserakan di lantai, makanan yang belum siap terhidang di meja.. Yang kaudapati di suatu sore ketika engkau pulang kerja.

Maklumilah bahwa ia hanya punya dua tangan, dua kaki dan satu kepala untuk menuntaskan semua kewajibannya yang hampir tak terhingga itu. Maklumilah bahwa ia hanya sosok wanita biasa dengan tuntutan-tuntutan yang sederhana.

Yaitu agar engkau selalu mencintai, mengerti dan menerima dirinya, sepenuhnya. Karena dalam kehidupan perkawinan kalian berdua, baginya tidak ada yang lebih penting lagi daripada itu.

Tujuan utamanya adalah agar paham prinsip gotong royong dalam keluarga. Again I say: family is a teamwork. Juga untuk melatih kemandirian, mengasah mental untuk bekerja keras dan mengajarkan memikul tanggung jawab.

Membiasakan untuk rajin dan peka terhadap situasi rumah. Kalo ngeliat yang berantakan, bawaannya nggak betah karena sudah terbiasa dengan kerapian. Dan yang paling penting, mengajarkan kepada anak-anak laki agar jangan ada rasa malu ketika mengerjakan pekerjaan rumah tangga.

Begitu Indahnya Pantai PaPuMa Jember

Pada tau gak sih Jember ada dimana? Jember itu letaknya di selatan Jawa Timur, di sebelah barat berbatasan dengan Lumajang dan di timur berbatasan dengan Banyuwangi. Jember juga merupakan salah satu daerah peghasil tembakau terbaik di Indonesia. Cerutunya juga banyak dikirim keluar negeri loh. Satu lagi yang perlu diingat, Jember adalah pelopor acara karnaval kreatif yang saat ini banyak diikuti daerah lain. Yups! Jember Fashion Carnaval (JFC) yang biasa diadakan di bulan Agustus sebagai rangkaian memperingati hari kemerdekaan RI. Selain unggul di perkebunan dan kreatif pemudanya, Jember juga punya lokasi pesisir. Salah satu pantai yang indah dan banyak dikunjungi wisatawan adalah Pantai PaPuMa (Pasir Putih Malikan). Kebetulan kapan hari itu saya sedang senggang dan ingin berwisata bersama suami,  ibu dan saudaraku  yang sedang berada di rumah, kami pun memilih Pantai PaPuMa untuk bersantai. Pantai PaPuMa terletak di Kecamatan Wuluhan, sekitar 45 km dari pusat kota Jember. Perjalanan bisa ditempuh dengan kendaraan pribadi baik roda dua atau roda empat. Tapi jangan menggunakan roda dua tanpa motor ya, tar kaki kalian gempor karena jalannya naik turun. Dan tidak perlu khawatir 45 km itu gak lama kok kalau di Jember karna gak macet, beda sama di kota-kota besar. Dan gak perlu khawatir juga, karena mendekati lokasi Pantai PaPuMa kalian akan merasa seperti sedang musim gugur di Eropa. Coba liat dulu deh..., indahnya luar biasa.



Jalan menuju PaPuMa Diawali perjalanan yang indah, menuju lokasi juga semakin indah. Untuk mencapai PaPuMa kita harus menuruni bukit, nah pemandangan dari atas itu indah banget... Terlihat pasir putih dan kapal-kapal nelayan yang bersandar, dihiasi dua batu besar yang menjulang tinggi.

Pemandangan PaPuMa dari atas Setelah memarkirkan kendaraan, kalian akan melewati banyak pepohonan. Hati-hati ya, karena banyak monyet yang bermain di sekitar pohon. Jangan sampai makanan kalian diambil, apalagi sampe barang berharga  kalian dirampas, nyesel ntar pulangnya.

Di pantai PaPuMa kalian bisa menikmati pemandangan, berjalan-jalan di tepi pantai, makan ikan bakar dan minum es kelapa juga. Saat pantai surut, terlihat ikan-ikan kecil berkejar-kejaran dan beberapa bulu babi. Kalau untuk berenang, kalian bolehnya cuma mencicipi pinggiran pantai. Kenapa? Karena ini pantai selatan. Pantai selatan memiliki kontur yang relatif terjal dan banyak palung, berbeda dengan pantai utara yang landai. So, untuk menghindari resiko, di Pantai PaPuMa dilarang berenang.


Salah satu kapal nelayan yang sandar di PaPuMa
Menyusuri jalan sepanjang pantai Warung seafood di sepanjang pantai

Larangan berenang di pantai

Kalau berkunjung ke Jember, jangan lupa mampir di Pantai PaPuMa ya...

Dec 29, 2015

Cinta Yang Bahagia

Jika membicarakan kebahagiaan,kita harus mengetahui diri sendiri, apa yang membuat kita merasa bahagia. Sebab, kebahagiaan harus kita sendiri yang membuat, bukan kita yang mencarinya. Asal muasal rasa bahagia berada di dalam sanubari kita sendiri. 
Percuma pergi ke ujung dunia untuk mencari kebahagiaan. Kebahagiaan tak akan kita dapatkan di mana pun, kecuali kita yang membuat diri sendiri berbahagia di mana pun dan kapan pun. 

Salah satu faktor yang paling penting untuk membuat kita tetap bahagia, adalah mencintai dan merasa dicintai. Bersikaplah realitis dan rencanakan sejumlah mukjizat untuk diri sendiri dan merasakan kebahagiaan itu datang dan terjadi pada kita, sebab cinta itu perlu keutuhan tubuh, pikiran, dan jiwa. 

Cinta seperti segala sesuatu lainnya adalah sebuah pilihan. Pada setiap saat dalam perjumpaan dengan orang lain, atau dalam setiap pikiran tentang diri kita sendiri, kita memiliki suatu pilihan: entah untuk menghakimi atau coba untuk mengerti terhadap apa yang sedang dihadapi, yang harus dijalani, dan yang akan direncanakan. 

Cinta adalah energi. Rasakan energi itu mengalir ke dalam bagian tubuh kita, maka kita merasakan satu kehangatan, kedamaian, dan kebahagiaan, memasuki tubuh dan sanubari. 

Dan energi cinta itu tidak harus selalu kita dapatkan dari luar. Justru yang paling manjur adalah cinta yang dihasilkan dari diri kita sendiri. Dengan mencintai dan jujur pada diri kita sendiri tentang arti cinta, maka kita tidak akan menyia- nyiakan cinta yang sudah ada dan ber- tumbuh dalam diri kita. Itulah awal pabrik kebahagiaan berproduksi dalam hati. 

Sering terjadi pada banyak pasangan yang menyia-nyiakan perasaan cinta, yang tadinya menjadi suatu awal untuk keputusan hidup bersama. Kita sering lengah untuk memelihara cinta tersebut. 

Cinta yang dalam adalah dalam bentuk kasih sayang yang bisa kita ibaratkan seperti sebuah otot dalam tubuh kita, semakin dilatih dan dipelihara, maka akan jadi semakin kuat dan semakin bermanfaat untuk melancarkan gerakan dalam hidup. 

Pada saat cinta mulai memudar dan perlahan tapi pasti kasih sayang terhadap pasangan mulai menghilang, maka kita baru sadar bahwa selama ini kita tidak menghargai keberadan cinta pasangan kita. Di saat kita memiliki penuh, justru kita sia-siakan! Tetapi, di saat kita mulai merasa terancam kehilangan, kita berusaha mati-matian untuk mendapatkan pengakuan bahwa dia harus tetap menjadi milik kita! Sayangnya, dalam berjuang mempertahankan atau mencoba mengembalikan cinta pasangan, yang banyak terjadi adalah kita tidak kembali merebut cinta dengan cinta. 

Kita salah langkah, salah bertindak, juga salah mengadaptasikan kembali cinta itu pada keharmonisan hubungan. Maka, yang terjadi adalah cinta semakin jauh untuk dikembalikan dan semakin jauh pula untuk diraih.

Dec 27, 2015

Di Keabadian Cinta

Yang tertinggal hanya butiran sesal....
menghimpit sesak dalam jiwa... 
yang tersisa hanya segumpal airmata...
menghentak di sudut luka...
cinta tak pelak menghapus dalam nanar...
cinta akhirnya sentuh bagian perih.... 
cinta mendekap dalam luluh... 
cinta membuai dalam lirih... 
maafku untuk seluruh sakitmu... 
maafku untuk seluruh lukamu... 
senyum kini mulai membias biru... 
membawa setitik tawa dalam senja... 
semua akan indah pada waktunya.... 
semua akan bahagia pada akhirnya.... 
hanya torehan harapan dan asa... 
hanya lukisan mimpi akan masa depan... bersamamu... 
berdua.... 
menapaki tangga cinta dan kerinduan... 
hingga diujung waktu.... 
saat kedua mata tak mampu membuka... tertutup rapat dalam damai keabadian cinta selamanya...

Membaca Dan Menulis

Saya membaca di suatu media cetak, bahwa orang-orang di jaman media sosial saat ini mengalami kesulitan untuk membiasakan dirinya « membaca linear ».. yakni membaca suatu teks secara runut dan tuntas dalam bentuk bacaan yang murni teks, karena sejatinya orang-orang yang terbiasa dengan telepon pintar dan aplikasi-aplikasi di dalamnya cenderung terkurung dengan kenyamanan membaca cepat (scanning)terutama pada tampilan teks yang singkat dan dipadupadankan dengan gambar.

Dalam media tersebut dijabarkan, dengan sulitnya membiasakan membaca linear, orang-orang menjadi semakin sulit untuk fokus terhadap satu hal. 

Dalam hal ini mungkin untuk menuntaskan satu artikel panjang yang penuh teks, tampaknya membutuhkan banyak waktu. Lain jika terbiasa dengan membaca majalah dengan tampilan teks, gambar dan tajuk utama serta sub-tajuk yang dapat mewakili konteks artikel secara keseluruhan, biasanya tidak memerlukan konsentrasi yang lebih banyak, serta pemahaman menjadi lebih mudah.

Prihatin ? Lumayan. Tidak bermaksud hipokrit bahwa saya juga menyukai majalah dan sesuatu yang populer dan ringan. Tapi perlu diakui bahwa artikel dan buku dengan konten murni teks di dalamnya adalah hal yang juga perlu dieksplor dan dibaca. Terutama bagi mereka yang merupakan mahasiswa/i hukum yang diwajibkan membaca buku dan berpikir analisis secara kontekstual, tentu harus memiliki kebiasaan membaca linear dan fokus terhadap satu bacaan sampai tuntas.

Mungkin harus dibiasakan dengan kebiasaan yang akumulatif ; diawali dengan teks pendek, mencoba mencari majalah yang lebih banyak bobot artikelnya, dan setiap harinya berkembang menjadi satu artikel, dua artikel, satu buku, dua buku, sampai dikemudian hari membaca menjadi kebutuhan tersendiri untuk mengisi waktu. 

Tentu dengan syarat dan kondisi : carilah buku dan bacaan yang bermutu.Bagaimana dengan menulis ?Saya suka menulis, mau itu tulisan sampah, tidak ada pentingnya sama sekali, sampai yang tidak perlu dibaca, yang penting saya tulis. 

Tulisan tidak akan pernah punah sampai kapanpun, dan tulisan merupakan transkrip atau manuskrip yang tak lekang oleh waktu, bahkan sejak jaman purbakala pun, tulisan dan tipografi sudah terciptakan dan dikembangkan oleh peradaban manusia.Menulis, dapat melampiaskan kebiasaan buruk yang saya punya, yakni “pelupa”. 

Dengan menulis, maka saya dapat merekonstruksikan kembali suatu peristiwa dari hal-hal kecil sampai besar dalam suatu wacana yang sifatnya evaluatif.Menulis juga dapat dijadikan bentuk refleksi diri dan mendokumentasikan suatu peristiwa dalam bentuk teks. 

Pada masa yang akan datang, kamu bisa menelusuri siapa kamu dan berada di mana dirimu ketika menulis hal tersebut, apa yang kamu dapat, pengetahuan seperti apa yang pernah kamu peroleh dan pencapaian tertentu...dan yang terakhir, menulis juga berguna untuk melampiaskan emosi.

Setiap manusia pasti membutuhkan media untuk melampiaskan emosinya, bukan?Setiap ciptaan pasti memiliki batas tertentu sampai di mana ia sanggup menahan dan melepaskannya.

Robot manufaktur yang diciptakan dan memiliki masa pakainya sendiri.Makanan instan yang memiliki batasan tanggal kadaluarsa untuk dikonsumsi.

Manusia yang memiliki tingkat kesabaran dan batasan tertentu...yang tak terbatas tentu saja hanya milik Semesta.

Aku Rindu