Jan 23, 2016

Sesama Wanita Jangan Suka Iri

Janganlah terlalu berlebihan dalam menyikapi segala hal 

Janganlah terlalu bersikap sinis terhadap sesama wanita. 

Dan janganlah memelihara penyakit hati seperti iri,  dengki, dendam, tukang fitnah, penghujat, dan tidak senang dengan hidup orang lain yang jauh lebih bahagia dan berkah. Semua itu ada catatannya di tangan tuhan kita tidak berhak untuk ikut campur urusan orang lain apalagi jika orang tersebut tidak pernah merugikan kita, tidak pernah menyusahkan kita. Jadi kenapa sesama wanita harus iri?? 

Wanita yang berkelas adalah wanita yang cerdas, yang pandai menempatkan dirinya dimana pun, yang berwawasan luas, berintegritas tinggi, rendah hati dan tidak selalu berwajah cantik, dan miss branded punya, tidak selalu glamour gaya hidupnya. 

Tapi lebih kepada sikap dan wawasannya. Wawasan yang luas dan mudah bergaul di semua kalangan itulah wanita yang hebat dan berkelas.tidak ada diskriminasi tentang  yang putih bening dan yang hitam manis, semua wanita sama. Sama-sama memiliki wajah,hidung,payudara dan organ tubuh yang lainnya. 

Bersikaplah sewajarnya,tidak terlalu berlebihan dan cobalah belajar saling menghargai privacy hidup orang lain. Semua wanita pada dasarnya cantik....baik yang tinggal di london, amrik, jerman, new zaeland,arab,singapore dan seluruh wanita indonesia semuanya cantik tidak ada yang berbeda bukan? Sama-sama memiliki payudara dan vagina! 

Justeru yang membuat iri terhadap kaum wanita adalah para trans gender. Waria-waria yang mangkal di taman lawang, banci-banci thailand justeru sangat iri kenapa mereka tidak memiliki payudara dan vagina orisinil seperti kita! 

Camkan itu baik-baik wahai para wanita! 

Jadi sesama wanita asli janganlah suka iri hati, latah, ikut-ikutan, gak punya prinsip dan menebar fitnah di seluruh tempat. Seharusnya nyadar dong kalau mau ngikut atau latah, mampu apa kagak dengan apa-apa yang kita miliki, dari keadaan, pendidikan, wawasan, cara pandang apakah sudah ada di diri kita? Jadi jangan maksa, jangan asal ngikut aja, malah aneh, lucu, karena tidak menjadi diri sendiri, bisa-bisa gila stres sendiri loh. Bersyukurlah kita terlahir sebagai wanita asli. Segala keindahan ada di tubuh wanita. Yang putih bening hitam manis semua cantik tidak ada yang kurang. Yang membuat diri merasa kurang dan tak lebih dari yang lain adalah rasa ego kita yang terlalu berlebihan dalam menilai segala hal yang menjadi kelebihan orang lain padahal semua pasti ada kurang lebihnya. 

Jadilah wanita yang mudah bergaul di semua kalangan, semua usia. Jangan pernah berasumsi negatif tentang orang lain seperti contoh: Apakah aslinya secantik yang ada di photo profilenya? Jika memang aslinya sudag cantik dan di photo semakin terlihat cantik masalahnya di anda apa?dan jika memang aslinya biasa saja tapi dia photo genic dan sangat face camera lalu masalahnya dengan anda apa?? Bersikaplah netral dan dewasa dalam menilai kelebihan serta kekurangan orang lain.tak ada satupun manusia yang sempurna di dunia ini yang sempurna itu hanyalah tuhan alam semesta. 

Kecantikan hati melebihi apapun di dunia ini! 

Stop Minder,iri,dengki dan sirik! 

Jangan suka iri sesama wanita Kita semua cantik 

Jan 21, 2016

Siap Menerima Pengaruh Positif Pasangan

Salah satu faktor penting yang menjadi kunci kebahagiaan hidup berumah tangga adalah ketemunya chemistry penyatuan jiwa suami dan istri. Mereka menjadi satu jiwa yang utuh, saling terikat dengan rumus yang tepat, sehingga tidak ada godaan yang bisa memisahkan mereka. Saya menyebut kondisi ini dengan “kesejiwaan”, suami dan istri yang sudah menemukan chemistry hubungan dan memiliki ikatan yang kokoh (mitsaqan ghalizha) tak terpisahkan. 

Untuk mencapai situasi kesejiwaan ini tidak mudah, walaupun juga tidak susah. Hanya memerlukan kesabaran dalam melalui prosesnya yang tampak rumit. 

Ada banyak cara atau langkah yang bisa dilakukan oleh suami dan istri dalam upaya menemukan kesejiwaan. 

Menerima Pengaruh Pasangan 

Inilah cara pertama dalam menemukan kesejiwaan suami dan istri: Terimalah pengaruh dari pasangan anda. Setelah menikah, anda harus membuka diri seluas-luasnya untuk berubah bersama pasangan. Anda harus merelakan adanya intervensi dalam kehidupan baru bersama pasangan. Tidak bisa lagi anda bersikukuh mempertahankan ‘orisinalitas’ diri anda, tanpa mau berubah bersama pasangan. Inilah konsekuensi hidup berumah tangga. 

Pada saat resepsi pernikahan, anda banyak mendapatkan hadiah serta ucapan selamat. Banyak orang mengucapkan kalimat “Selamat Menempuh Hidup Baru” kepada pengantin berdua. Anda pasti masih ingat ucapan dan harapan seperti itu dari keluarga, sanak saudara, serta sahabat-sahabat anda saat melaksanakan upacara resepsi pernikahan. Ucapan itu memiliki pesan yang mendalam, bahwa usai akad nikah, anda dan pasangan benar-benar menempuh sebuah kehidupan yang baru sama sekali. Sebuah dunia yang bertanggung jawab dan unik. 

Di antara yang baru dalam kehidupan setelah pernikahan adalah kejiwaan yang baru, hasil bentukan dari jiwa suami serta jiwa istri yang terikat dengan rumus tertentu yang tepat. Jiwa baru ini tidak terbentuk dengan sendirinya hanya karena ada akad nikah, namun ia terbentuk dengan sebuah proses. Suami dan istri berinteraksi setiap hari dan menyusun puzle jiwa dalam satu bidang kehidupan. Suami membawa keping puzle jiwanya, istri membawa keping puzle jiwanya, lalu mereka berdua bekerja sama menyusun keping-keping puzle jiwa mereka untuk memenuhi bidang kehidupan rumah tangga mereka berdua. Bentuk keping puzle mereka berdua tidaklah sama, tidaklah berbentuk kotak-kotak sama sisi yang mudah untuk ditata dan mudah untuk diletakkan memenuhi bidang. 

Kenyataannya keping puzle yang mereka bawa berbentuk tidak beraturan, maka ketika disusun untuk memenuhi bidang kehidupan, selalu ada rongga sisa. Ada ruang kosong yang tidak terisi. Satu-satunya cara untuk memenuhi ruang-ruang kosong tersebut adalah dengan mengubah bentuk keping puzle bersama-sama. Suami bersedia mengubah bentuk keping puzle-nya, istri bersedia mengubah bentuk keping puzle-ya. Dengan cara ini, semua bidang akan terisi dan terpenuhi oleh keping puzle mereka berdua. 

Berapa lama waktu yang mereka perlukan untuk memenuhi bidang tersebut, tergantung dari berapa lama waktu yang mereka sediakan untuk berubah, menerima pengaruh dari pasangan 

1. Membuka Diri untuk Berubah 

Hal pertama kali yang harus anda lakukan adalah membuka hati, pikiran dan jiwa untuk berproses dan berubah bersama pasangan. Anda bukan lagi seorang jomblo yang hidup bebas. Anda bukan lagi sosok bujang yang hidup tanpa beban. Anda berdua adalah sosok baru yang hidup bersama dalam sebuah ikatan sakral atas nama Allah. Sepenuhnya anda berdua harus menyadari hal ini. Jangan lagi berpikiran, berperasaan, berperilaku seperti ketika belum menikah. 

Kesediaan untuk berubah ini menjadi sangat penting, mengingat anda tidak bisa menuntut pasangan anda saja yang berubah menyesuaikan keinginan dan selera anda. Tidak bisa. Anda terikat satu dengan yang lainnya, dan berinteraksi secara sangat intim, maka pasti memberikan pengaruh satu dengan yang lain. Jangan hanya menuntut pasangan yang berubah, karena cara pandang seperti ini sangat ego-sentris. Sangan “aku”, padahal pasangan anda juga memiliki harapan serta keinginan kepada anda. 

“Mengapa kamu tidak mau berubah menyesuaikan dengan harapanku?” menjadi pertanyaan absurd jika hanya berbentuk tuntutan sepihak. Pernyataan yang lebih layak dilontarkan adalah, “Apa harapanmu kepadaku, aku akan berusaha memenuhinya”. Identitas yang dijadikan tolok ukur bukanlah diri anda, suami ataupun istri. Namun anda harus menyepakati identitas baru sebagai jalan tengah dan titik temu untuk perubahan anda berdua. 

Anda sejak kecil sampai dewasa memiliki cara, gaya serta selera makan tertentu. Setelah menikah, anda harus bersedia untuk mengubah cara, gaya serta selera makan tersebut apabila ternyata hal itu menggangu kenyamanan hubungan dengan pasangan. 

Sejak kecil sampai dewasa anda memiliki cara dan gaya tidur tertentu. Setelah menikah, anda harus bersedia untuk mengubah cara dan gaya tidur tersebut apabila ternyata hal itu menggangu kenyamanan hubungan dengan pasangan. Sejak kecil sampai dewasa anda memiliki cara dan gaya tertentu dalam berpenampilan. Setelah menikah, anda harus bersedia untuk mengubah cara dan gaya penampilan tersebut apabila ternyata hal itu menggangu kenyamanan hubungan dengan pasangan. Sejak kecil sampai dewasa anda memiliki cara dan gaya tertentu dalam berbicara. Setelah menikah, anda harus bersedia untuk mengubah cara dan gaya bicara tersebut apabila ternyata hal itu menggangu kenyamanan hubungan dengan pasangan. 

Demikian seterusnya, anda tidak bisa mempertahakan ciri anda sendiri ketika sudah menikah. Anda harus memiliki kesiapan dan kesediaan untuk berubah, karena pengaruh pasangan. Bisa saja anda tidak peduli pada penilaian orang lain, mungkin saja anda tidak memperhatikan komentar orang terhadap anda, namun anda harus peduli dengan penilaian serta komentar pasangan terhadap anda. 

Kalimat “aku tidak bisa berubah, terimalah aku apa adanya” jelas pernyataan yang salah. Semua manusia bisa berubah sepanjang ia mau berubah. Tidak layak mempertahankan sesuatu kebiasaan yang mengganggu kenyamanan hubungan dengan pasangan. 

2. Terimalah Pengaruh Positif Pasangan 

Hal-hal positif dari pasangan sangat layak untuk anda terima dalam diri anda. Misalnya gaya hidup yang sehat, teratur dan disiplin. Bisa jadi selama ini anda tidak begitu peduli dengan kesehatan diri, anda memiliki gaya hidup yang tidak sehat, tidak teratur dan tidak disiplin. Ada suami yang sejak muda terbiasa merokok, begadang sampai larut malam, tidak pernah olah raga, makan sembarangan dan gaya hidup tidak sehat lainnya. Sedangkan sang istri sangat peduli dengan kesehatan, memperhatikan jenis dan pola makan, disiplin dengan jam tidur, serta menjauhi hal-hal yang merusak kesehatan. 

Hendaknya suami tersebut membuka diri untuk menerima pengaruh positif dari istri berupa gaya hidup yang sehat, disiplin dan teratur. Anda tidak bisa lagi mengatakan “Terserah aku mau merokok atau tidak”, karena pengaruh rokok bukan hanya anda rasakan sendiri. Setelah menikah, dampak dari suami merokok bisa dirasakan oleh istri dan anak-anak. Perokok pasif bisa menderita penyakit, maka suami yang perokok berat bisa mempengaruhi kesehatan istri, anak-anak dan anggota keluarga lainnya. 

Kebiasaan begadang hingga larut malam bahkan hingga pagi yang dari masa muda dimiliki, tidak bisa lagi dipertahankan walaupun atas nama pertemanan. Maka pertanyaan “Apakah pernikahan itu mengekang?”, jawabannya bisa iya dan bisa tidak. Iya, mengekang, untuk perilaku negatif dan mengganggu kenyamanan pasangan. Suami dan istri harus bersedia dikekang atau mengekang diri untuk tidak melakukan hal-hal negatif dan mengganggu kenyamanan pasangan. Tidak mengekang, untuk perbuatan positif dan menyenangkan pasangan. 

Contoh lain adalah kebiasaan rajin serta taat ibadah. Misalnya ada seorang istri yang sejak kecilnya kurang rajin ibadah, mendapatkan suami yang sangat rajin serta taat ibadah. Hendaknya sang istri menerima pengaruh posisitif dari suami untuk berubah menjadi sosok istri yang rajin dan taat ibadah. Penyesuaian diri dalam hal positif seperti ini hendaknya dibuka seluas-luasnya, agar bisa mendapatkan kebaikan optimal dalam hidup berumah tangga. 

3. Hindari Pengaruh Negatif 

Semua orang memiliki sisi negatif dalam dirinya. Hendaknya suami dan istri menghindari pengaruh negatif dari pasangan. Misalnya gaya hidup yang tidak sehat, malas serta tidak rapi. Seorang istri yang terbiasa tidur dan bangun secara teratur jangan berubah menjadi tidak teratur karena melihat kebiasaan hidup sang suami. Hendaknya mereka berdua bisa mengatur pola tidur, pola makan, pola kegiatan secara positif karena hal itu saling mempengaruhi kenyamanan bersama. Apalagi ketika sudah memiliki anak, maka pertimbangannya menjadi lebih luas. 

Suami dan istri tidak bisa lagi berpikir tentang dirinya sendiri setelah memiliki anak. Mereka sudah menjadi orang tua yang harus mendidik anak-anak dengan baik. Pendidikan yang paling utama bermula dari keteladanan mereka berdua dalam kehidupan sehari-hari. Bukan dari sekolah atau lembaga pendidikan, namun yang paling utama adalah dari orang tua. Untuk itulah suami dan istri jangan saling mempengaruhi secara negatif. 

Cara makan, cara tidur dan bangun, cara berpakaian, cara berbicara, cara bergaul dan lain sebagainya, merupakan contoh nyata dari orang tua yang akan ditiru dan menginspirasi anak-anak semuanya. Maka ketika orang tua mengembangkan perilaku yang tidak sehat, gaya hidup yang bermalas-malasan, jorok, serta berantakan, akan memiliki pengaruh negatif dalam pendidikan anak dan pembentukan karakter mereka. Inilah salah satu makna “Selamat Menempuh Hidup Baru” itu. Anda benar-benar dituntut menjadi sosok baru yang sehat, rapi, disiplin, teratur, energik dan hal-hal positif lainnya, hasil interaksi dengan pasangan. 

4. Menjadi Diri yang Baru 

Pada akhirnya anda berdua harus menjadi jiwa yang baru. Jiwa yang berhasil anda bangun bersama pasangan dalam kehidupan berumah tangga. Setelah menikah anda benar-benar berubah, karena menyandang status yang memang sudah berubah dibandingkan dengan sebelum menikah. Dulu lajang, sekarang menjadi suami dan istri. Dulu bebas, sekarang harus sangat bertanggung jawab. Dulu sendiri, sekarang sudah berkeluarga. Dulu bisa berbuat semaunya, sekarang harus menenggang perasaan pasangan. Semua ini benar-benar berbeda dari sebelumnya. 

Kesediaan berubah, menerima pengaruh positif dari pasangan, menjadi kunci untuk mendapatkan kesejiwaan dengan mudah. Kendala utama untuk menjadi jiwa baru dalam hidup berumah tangga adalah tingginya ego. Suami mengunggulkan egonya, tidak mau menundukkan ego demi kebaikan bersama. Istri mengunggulkan egonya, tidak mau menundukkan ego demi kebaikan keluarga. Jika masing-masing bersikukuh memenangkan egonya, maka tidak akan ada yang berubah. Masing-masing menutup diri dari pengaruh pasangan. 

Mereka sudah menikah, tapi seakan-akan masih tetap perawan dari segi kepribadian, karena tidak mau berubah menyesuaikan dengan harapan pasangan. Ego yang sangat tinggi inilah yang harus ditundukkan pertama kali. Tanpa itu, anda tidak ubahnya jomblo atau lajang yang tidak memiliki perasaan kebersamaan dan tanggung jawab dengan pasangan hidup. 

Jan 20, 2016

Selamat Menempuh Hidup Baru Mas Fedi Nuril


Pernikahan adalah momen paling indah semasa hidup seseorang. Pada waktu pernikahan terjadi, Allah menghalalkan segala yang tadinya diharamkan. Oleh karena itu, pernikahan selalu diimpikan semua lajang. Jodoh memang sulit diduga datangnya. Kadang tanpa sengaja, jodoh ditemukan dikota manapun kita berada. Namun, begitu sulit jodoh dijumpai meskipun beragam kesuksesan sudah digenggam.

Seorang sahabat saya di bbm, sekaligus sahabat kita semua yang pasti kalian semua tau, yang sudah melepas status lajangnya. Dia adalah Fedi Nuril. Betapa bahagianya saya, padahal beberapa waktu lalu pas bbm'an sama saya, mas fedi nuril pernah bilang begini, 


"Hayo mas nuril buruan nikah, mau nunggu apa lagi loh", dan mas fedi nuril menjawab begini, 

"Waduh mbak indra nanti dulu dech, kalau lelaki gak harus buru-buru nikah, paling tidak usia 40an lah biar lebih mateng hehe.." 

Waktu itu sempet mikir juga sih, yaelahh tua amat mas hehe..
Itulah sebagian obrolan saya dan mas fedi nuril waktu itu, tapi itulah kenyataanya mas fedi nuril akirnya menikah juga kan ya, hehe.., ihh beneran loh ikut seneng dech. 

Dan di dalam tulisan ini sedikit kita memahami apa sebenarnya pernikahan. Karena pernikahan itu sendiri adalah kata umum yang menjadi harapan, ataupun momok bagi manusia. Dalam kajian singkat ini, terdapat tiga komponen yang tidak dapat dilepas dalam satu kesatuan, yakni : Pernikahan, Keluarga, dan Cinta.

Tujuan pernikahan adalah kebahagiaan dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Jadi, pernikahan yang hanya sekedar untuk pemuasan libido seksual, kontrak kerja, tekanan, bukanlah termasuk konsep pernikahan yang diakui oleh Undang-Undang.

Secara umum, pernikahan merupakan bentuk komitmen tertinggi untuk melakukan relasi kerjasama abadi antara laki – laki dan perempuan, yang dilandasi atas dasar keikhlasan, kepasrahan / kepercayaan, menerima dan memberi (take and give), serta kesatuan tujuan. Manusia yang takut dengan pernikahan hanyalah ketakutan akan komitmen dan tanggung jawab. 


Pernikahan bukan hanya sekedar institusi yang bisa melepaskan libido seksual manusia semata, namun di dalamnya juga terdapat relasi social yang dibangun bersama komitmen yang terucap (aqad). Sehingga menuntut individu berubah menjadi peran barunya (suami / istri). 

Keluarga adalah Ikatan yang terbentuk atas ikatan ini, otomatis akan membentuk suatu keluarga baru. Menurut Depkes RI th. 1998. keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. 

Jika di dalam suatu keluarga tidak ada pola hubungan ketergantungan antara anggota keluarga baik secara biologis, psikologis, sosial dan lain–lain, maka perpecahan pun akan mengikuti. Keluarga ideal adalah keluarga yang memiliki kepala keluarga, tinggal bersama dalam satu ikatan biologis ataupun hasil dari pernikahan, ketergantungan baik secara biologis, psikologis, sosial dan religi antar anggota keluarganya.

Cinta adalah Sebagian besar manusia meyakini bahwa tidak mungkin ada pernikahan apabila tidak ada cinta. Sebagian lain meyakini bahwa cinta bisa diupayakan. Dalam konteks ini cinta adalah modal dari sebuah pernikahan. Namun, kita coba meletakkan konteks itu dengan memposisikan cinta dan pernikahan sebagai sekutu yang integral. 

Pernikahan tanpa cinta, tidak akan memiliki rasa. Tidak ada rasa memiliki, hanya sekedar rutinitas atau sekedar meninggalkan kewajiban social manusia. Sama halnya saat kita melakukan suatu aktivitas tanpa cinta, hanya sekedar aktivitas tanpa rasa tentunya, tidak dapat menghasilkan manfaat ataupun kepuasan. Dalam kinerja pun, produktifitas tidak akan tercapai. Karena dari cinta ada rasa memiliki,ingin memberi, diberi dan berbagi. 

Apakah modal utama pernikahan adalah cinta? Cinta adalah bumbu yang memberi rasa kehidupan pernikahan. Modal utama pernikahan adalah komitmen. Komitmen untuk melakukan perubahan yang lebih baik, dengan penuh keikhlasan berbagi. Dari sinilah cinta itu akan semakin kokoh karena intensitas interaksi yang kokoh pula.

Cinta adalah memberi walau tidak diminta, tidak meminta, merasa bahagia saat yang kita cintai bahagia walau terkadang menderita. Begitulah, seringkali dikatakan sebagai kebijaksanaan cinta. Akhirnya muncul konsepsi bagi cinta jenis ini: “Cinta Tak Harus memiliki”. 


Namun, bagi saya, cinta itu harus memiliki. Saat kita cinta terhadap pekerjaan, peluklah pekerjaan itu dan lakukan. Cinta kita pada Tuhan, milikilah Tuhan disetiap sendi kehidupan kita. Dan saat kita mencintai wanita/laki – laki, maka milikilah! Jika tidak dapat memiliki, ikhlaskan untuk melepas cinta itu. Berarti cinta itu bukan hak kita.

Bayangkan apa yang terjadi jika dalam sebuah pernikahan, salah satu memiliki WIL/PIL (Wanita Idaman Lain/Pria Idaman Lain) dimana berprinsip “Cinta tak harus memiliki”. Karena WIL/PIL tersebut juga sudah memiliki pasangan. Ataupun saat kita sudah menikah, sementara cinta kita masih bersama mantan kekasih kita. Setiap kali bersama suami/istri bayangan kita adalah orang lain yang kita cintai namun tidak kita miliki, karena cinta tak harus memiliki. Bukankah ini menyakitkan pasangan, apalagi dalam agama pun juga dilarang membayangkan orang lain saat kita bersama pasangan. Membayangkan saja sudah tidak boleh apalagi lebih dari itu. 

Cintai yang kita miliki 

Belajar mencintai apa yang telah kita miliki lebih bijaksana dari pada mencintai apa yang bukan milik kita. Dalam sebuah pernikahan, setiap hari adalah proses belajar. Belajar memahami, belajar menerima, belajar memberi dan tentunya belajar terus meningkatkan kadar cinta. 

Mencintai yang kita miliki, telah berhasil meletakkan ego individu. Belajar keikhlasan dan menyatukan kekuatan cinta transcendent (cinta Ilahiah) sebagai bentuk rasa syukur atas karunia Tuhan. Cinta bisa dipelajari dan cinta bisa diusahakan, dengan catatan tidak sekedar menurutkan id (nafsu dan hasrat manusiawi) semata. 

Aku tau.. Betapa bahagianya hatimu… Betapa riangnya jiwamu 

Karena tak akan ada lagi malam yang sepi 

Karena tak akan kau rasa lagi malam yang sunyi 

Semua akan indah, berdua. Selalu bersama.. 

Menyulam tawa dan canda bahagia 

Selamat menempuh hidup baru, Sahabat.. 

Semoga wajah bahagia itu selalu tersirat 

Semoga keluarga mu itu sakinah mawaddah warahmah 

Menjadikan cahaya dari setiap tetes waktu bersahaja 

Semoga memiliki anak-anak yang baik budinya 

Cantik seperti ibunya, Bertanggung jawab seperti ayahnya 

Semoga kalian bahagia, Sampai maut memisahkan kalian berdua…
Selamat Menempuh Hidup Baru Mas Fedi Nuril.

Semoga Allah selalu memberikan kebahagiaan dunia dan akhirat 

Amin...

Jan 19, 2016

Kehidupan Pribadi Adalah Sebuah Kebahagiaan Di Dalam Hidup

“Tidak semua yang kita miliki itu harus diumumkan. Tidak semua yang kita lakukan itu harus diberitahukan. Tidak semua.
Jadilah seperti gunung es di dalam lautan, yang terlihat hanya pucuk kecilnya saja, sedangkan di bawah, di dalam laut, tersimpan erat bagian raksasanya.
Jadilah seperti lautan dalam. Hening mengagumkan. Dan dia sama sekali tidak perlu menjelaskan betapa hebat dirinya.”
*Tere Liye
Pertama kali awal-awal tahun 2009 saya gunakan facebook dan twitter .Yang euforia ketika itu saya masuk ke dalam virtual masyarakat. Tiba-tiba kita (baca: saya) jadi manusia yang hobi eksis sekaligus curhat. Apa-apa serba dipublish. Lagi laper, lagi kangen, lagi traveling, lagi bad mood dan seabrek perasaan plus aktivitas pribadi yang biasanya dituangkan ke diary, sekarang jadi pindah ke sosmed.

Punya sesuatu yang baru, cerita di sosmed. Galau ini itu, cerita di sosmed. Sebel sama orang, cerita di sosmed. Dikit-dikit curhat di sosmed.

Menampung keluh kesah dan isi hati penggunanya. Gimana enggak, wong pertama kali kita buka sosmed langsung ditanya, “What’s on your mind?”

Masa-masa alay bin norak saat pertama punya sosmed sudah saya lewati, alhamdulillah. Kadang kalau pas iseng-iseng buka sosmed archive, sering saya terkikik geli, menyadari betapa nggak penting dan memalukannya postingan-postingan saya jaman dahulu. Bisa dibilang nggilani hehe..

Disadari atau tidak, hadirnya sosmed membuka banyak peluang. Peluang untuk eksis, memulai dan mengembangkan bisnis, sekadar untuk menyambung tali silaturahmi dan silaturrahim, menambah wawasan dan pengetahuan, dan ada yang tidak kalah penting, yaitu untuk ajang pamer lebay bombay.

Kembali kepada niat awal ketika membuat akun sosmed. Seiring berlalunya waktu, niat bisa berubah. Baik perubahan ke arah positif atau negatif. Masih bermanfaatkah sosmed dalam kehidupan kita? Jika ya, lebih banyak positif atau negatifnya? Jika lebih banyak negatifnya, ya lebih baik kita tinggalkan?

Meski masih eksis di sosmed, saya pribadi sangat menghargai dan menghormati mereka yang memilih untuk menutup akun sosmednya, atau bahkan memilih untuk tidak punya akun sosmed sama sekali. Yang saya tahu, biasanya karena alasan privacy. Alasan lainnya, bagi mereka sosmed tidak banyak memberi manfaat, justru malah menimbulkan mudharat. 


Bijak menetapkan batas antara ranah publik dan ranah privat.

Mengumbar tiap detil kehidupan pribadi ke ruang publik, baik online maupun offline, rasanya merupakan suatu keputusan yang kurang bijak. Dari segi keamanan juga sangat tidak dianjurkan. 

Saya kembali membuka sosmed saya, yang memang saya sengaja saya tutup beberapa lama, baru kali ini saya membuka kembali. Alhamdulillah, saya sebisa mungkin mencoba selektif dalam memilih teman, strict dalam mengatur privacy setting, bijak dalam mempublish kebahagiaan, juga kesedihan di sosmed. Pastikan timeline sosmed kita membentuk pola pikir yang positif lagi produktif, dan bukan sebaliknya. 

Jika kita selalu mempublikasikan kehidupan kita, yang seharusnya kita sembunyikan atau masalah pribadi yang tidak seharusnya kita umumkan, lalu bagian mana yang privasi? Apa yang tersisa untuk diri kita sendiri?

Rethink before posting.

Apa-apa yang saya publish di sosmed dan blog, sudah melewati berbagai pertimbangan.

“Perlukah?”

“Bermanfaatkah?

“Apa tujuan saya memposting ini?”

“Sudah pasti benar dan valid kah?”

“Sudah siapkah saya dengan reaksi orang lain?”

Baru deh, bismillah.. Klik send.

Ada hal-hal yang boleh bahkan perlu dimunculkan di ruang publik, ada hal-hal yang cukup kita dan orang-orang terdekat saja yang tahu. Tidak semua harus kita tunjukkan pada dunia. Kegundahan, suka cita, impian, keluh kesah, pengharapan. Mari kita simpan untuk diri kita pribadi.

Karena sekarang kalau saya melihat teman saya yang bernama wanita lagi nyetatus di sosmed masih suka lebay minta ampun tuh, kadang geli sendiri bacanya, apa-apa di publikasikan lewat status sosmed dan bbm, norak sih iya, cuma satu yang gak pernah dipublikasikan sam si wanita ini, yaitu kalau pas lagi kencan sama lelaki simpanannya. Apa lagi kalau sudah tidur dengan selingkuhanya, wanita ini hanya menulis status di sosmed atau di bbm begini, "Alhamdulillah atas semuanya ya robb...", yaelah..., abis mengkhianati suaminya berucap syukur apa gak wanita edan, gendeng itu namanya. Ya bagus sih cuma selingkuh saja yang gak di umbar di sosmed. Nyadar kali ye. Tapi jujur saya emang gemes sama nih orang, pakaian berjilbab tertutup abis, tapi kelakuanya begitu banyak laki-laki yang di nikmati jadi selingkuhanya. Amit-amit jabang baby. Tapi kalau yang lain-lainya tetap lebay bombay selalu publikasi di sosmed.

Seharusnya biarlah bahagia itu kita yang rasa, tidak perlu diumumkan kemana-mana. Biarlah hidup kita tetap menjadi milik kita seutuhnya, tanpa intervensi dari mereka yang tidak tahu apa-apa tentang diri kita. Biarlah sisi lain dari kita menjadi rahasia kecil kita bersama Allah. Tak perlu seluruh dunia harus tahu.

“Cukuplah Allah yang tahu doa-doa terbaik kita. Tidak perlu orang sejagad tahu.
Cukuplah Allah yang tahu amalan-amalan terbaik milik kita. Tidak perlu seluruh dunia tahu.
Pun cukuplah Allah yang tahu keluh kesah, gundah gulana, masalah hidup kita. Tidak perlu semua orang tahu.
Kita tidak perlu menjelaskan panjang lebar. Itu kehidupan kita, tidak perlu siapapun mengakuinya untuk dibilang hebat. Kitalah yang tahu persis setiap perjalanan hidup yang kita lakukan.
Karena sebenarnya yang tahu persis apakah kita itu keren atau tidak, bahagia atau tidak, tulus atau tidak, hanya diri kita sendiri. Kita tidak perlu menggapai seluruh catatan hebat menurut versi manusia sedunia.
Kita hanya perlu merengkuh rasa damai dalam hati kita sendiri.”

Jadi pribadi yang misterius itu seru, lho. Seseorang yang tersembunyi, sukar ditebak, teguh memegang prinsip dan tidak mudah terbawa arus di era serba latah ini, adalah anugerah tersendiri. 

Aku Rindu