Jan 20, 2016

Selamat Menempuh Hidup Baru Mas Fedi Nuril


Pernikahan adalah momen paling indah semasa hidup seseorang. Pada waktu pernikahan terjadi, Allah menghalalkan segala yang tadinya diharamkan. Oleh karena itu, pernikahan selalu diimpikan semua lajang. Jodoh memang sulit diduga datangnya. Kadang tanpa sengaja, jodoh ditemukan dikota manapun kita berada. Namun, begitu sulit jodoh dijumpai meskipun beragam kesuksesan sudah digenggam.

Seorang sahabat saya di bbm, sekaligus sahabat kita semua yang pasti kalian semua tau, yang sudah melepas status lajangnya. Dia adalah Fedi Nuril. Betapa bahagianya saya, padahal beberapa waktu lalu pas bbm'an sama saya, mas fedi nuril pernah bilang begini, 


"Hayo mas nuril buruan nikah, mau nunggu apa lagi loh", dan mas fedi nuril menjawab begini, 

"Waduh mbak indra nanti dulu dech, kalau lelaki gak harus buru-buru nikah, paling tidak usia 40an lah biar lebih mateng hehe.." 

Waktu itu sempet mikir juga sih, yaelahh tua amat mas hehe..
Itulah sebagian obrolan saya dan mas fedi nuril waktu itu, tapi itulah kenyataanya mas fedi nuril akirnya menikah juga kan ya, hehe.., ihh beneran loh ikut seneng dech. 

Dan di dalam tulisan ini sedikit kita memahami apa sebenarnya pernikahan. Karena pernikahan itu sendiri adalah kata umum yang menjadi harapan, ataupun momok bagi manusia. Dalam kajian singkat ini, terdapat tiga komponen yang tidak dapat dilepas dalam satu kesatuan, yakni : Pernikahan, Keluarga, dan Cinta.

Tujuan pernikahan adalah kebahagiaan dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Jadi, pernikahan yang hanya sekedar untuk pemuasan libido seksual, kontrak kerja, tekanan, bukanlah termasuk konsep pernikahan yang diakui oleh Undang-Undang.

Secara umum, pernikahan merupakan bentuk komitmen tertinggi untuk melakukan relasi kerjasama abadi antara laki – laki dan perempuan, yang dilandasi atas dasar keikhlasan, kepasrahan / kepercayaan, menerima dan memberi (take and give), serta kesatuan tujuan. Manusia yang takut dengan pernikahan hanyalah ketakutan akan komitmen dan tanggung jawab. 


Pernikahan bukan hanya sekedar institusi yang bisa melepaskan libido seksual manusia semata, namun di dalamnya juga terdapat relasi social yang dibangun bersama komitmen yang terucap (aqad). Sehingga menuntut individu berubah menjadi peran barunya (suami / istri). 

Keluarga adalah Ikatan yang terbentuk atas ikatan ini, otomatis akan membentuk suatu keluarga baru. Menurut Depkes RI th. 1998. keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. 

Jika di dalam suatu keluarga tidak ada pola hubungan ketergantungan antara anggota keluarga baik secara biologis, psikologis, sosial dan lain–lain, maka perpecahan pun akan mengikuti. Keluarga ideal adalah keluarga yang memiliki kepala keluarga, tinggal bersama dalam satu ikatan biologis ataupun hasil dari pernikahan, ketergantungan baik secara biologis, psikologis, sosial dan religi antar anggota keluarganya.

Cinta adalah Sebagian besar manusia meyakini bahwa tidak mungkin ada pernikahan apabila tidak ada cinta. Sebagian lain meyakini bahwa cinta bisa diupayakan. Dalam konteks ini cinta adalah modal dari sebuah pernikahan. Namun, kita coba meletakkan konteks itu dengan memposisikan cinta dan pernikahan sebagai sekutu yang integral. 

Pernikahan tanpa cinta, tidak akan memiliki rasa. Tidak ada rasa memiliki, hanya sekedar rutinitas atau sekedar meninggalkan kewajiban social manusia. Sama halnya saat kita melakukan suatu aktivitas tanpa cinta, hanya sekedar aktivitas tanpa rasa tentunya, tidak dapat menghasilkan manfaat ataupun kepuasan. Dalam kinerja pun, produktifitas tidak akan tercapai. Karena dari cinta ada rasa memiliki,ingin memberi, diberi dan berbagi. 

Apakah modal utama pernikahan adalah cinta? Cinta adalah bumbu yang memberi rasa kehidupan pernikahan. Modal utama pernikahan adalah komitmen. Komitmen untuk melakukan perubahan yang lebih baik, dengan penuh keikhlasan berbagi. Dari sinilah cinta itu akan semakin kokoh karena intensitas interaksi yang kokoh pula.

Cinta adalah memberi walau tidak diminta, tidak meminta, merasa bahagia saat yang kita cintai bahagia walau terkadang menderita. Begitulah, seringkali dikatakan sebagai kebijaksanaan cinta. Akhirnya muncul konsepsi bagi cinta jenis ini: “Cinta Tak Harus memiliki”. 


Namun, bagi saya, cinta itu harus memiliki. Saat kita cinta terhadap pekerjaan, peluklah pekerjaan itu dan lakukan. Cinta kita pada Tuhan, milikilah Tuhan disetiap sendi kehidupan kita. Dan saat kita mencintai wanita/laki – laki, maka milikilah! Jika tidak dapat memiliki, ikhlaskan untuk melepas cinta itu. Berarti cinta itu bukan hak kita.

Bayangkan apa yang terjadi jika dalam sebuah pernikahan, salah satu memiliki WIL/PIL (Wanita Idaman Lain/Pria Idaman Lain) dimana berprinsip “Cinta tak harus memiliki”. Karena WIL/PIL tersebut juga sudah memiliki pasangan. Ataupun saat kita sudah menikah, sementara cinta kita masih bersama mantan kekasih kita. Setiap kali bersama suami/istri bayangan kita adalah orang lain yang kita cintai namun tidak kita miliki, karena cinta tak harus memiliki. Bukankah ini menyakitkan pasangan, apalagi dalam agama pun juga dilarang membayangkan orang lain saat kita bersama pasangan. Membayangkan saja sudah tidak boleh apalagi lebih dari itu. 

Cintai yang kita miliki 

Belajar mencintai apa yang telah kita miliki lebih bijaksana dari pada mencintai apa yang bukan milik kita. Dalam sebuah pernikahan, setiap hari adalah proses belajar. Belajar memahami, belajar menerima, belajar memberi dan tentunya belajar terus meningkatkan kadar cinta. 

Mencintai yang kita miliki, telah berhasil meletakkan ego individu. Belajar keikhlasan dan menyatukan kekuatan cinta transcendent (cinta Ilahiah) sebagai bentuk rasa syukur atas karunia Tuhan. Cinta bisa dipelajari dan cinta bisa diusahakan, dengan catatan tidak sekedar menurutkan id (nafsu dan hasrat manusiawi) semata. 

Aku tau.. Betapa bahagianya hatimu… Betapa riangnya jiwamu 

Karena tak akan ada lagi malam yang sepi 

Karena tak akan kau rasa lagi malam yang sunyi 

Semua akan indah, berdua. Selalu bersama.. 

Menyulam tawa dan canda bahagia 

Selamat menempuh hidup baru, Sahabat.. 

Semoga wajah bahagia itu selalu tersirat 

Semoga keluarga mu itu sakinah mawaddah warahmah 

Menjadikan cahaya dari setiap tetes waktu bersahaja 

Semoga memiliki anak-anak yang baik budinya 

Cantik seperti ibunya, Bertanggung jawab seperti ayahnya 

Semoga kalian bahagia, Sampai maut memisahkan kalian berdua…
Selamat Menempuh Hidup Baru Mas Fedi Nuril.

Semoga Allah selalu memberikan kebahagiaan dunia dan akhirat 

Amin...

Aku Rindu