Jan 19, 2016

Kehidupan Pribadi Adalah Sebuah Kebahagiaan Di Dalam Hidup

“Tidak semua yang kita miliki itu harus diumumkan. Tidak semua yang kita lakukan itu harus diberitahukan. Tidak semua.
Jadilah seperti gunung es di dalam lautan, yang terlihat hanya pucuk kecilnya saja, sedangkan di bawah, di dalam laut, tersimpan erat bagian raksasanya.
Jadilah seperti lautan dalam. Hening mengagumkan. Dan dia sama sekali tidak perlu menjelaskan betapa hebat dirinya.”
*Tere Liye
Pertama kali awal-awal tahun 2009 saya gunakan facebook dan twitter .Yang euforia ketika itu saya masuk ke dalam virtual masyarakat. Tiba-tiba kita (baca: saya) jadi manusia yang hobi eksis sekaligus curhat. Apa-apa serba dipublish. Lagi laper, lagi kangen, lagi traveling, lagi bad mood dan seabrek perasaan plus aktivitas pribadi yang biasanya dituangkan ke diary, sekarang jadi pindah ke sosmed.

Punya sesuatu yang baru, cerita di sosmed. Galau ini itu, cerita di sosmed. Sebel sama orang, cerita di sosmed. Dikit-dikit curhat di sosmed.

Menampung keluh kesah dan isi hati penggunanya. Gimana enggak, wong pertama kali kita buka sosmed langsung ditanya, “What’s on your mind?”

Masa-masa alay bin norak saat pertama punya sosmed sudah saya lewati, alhamdulillah. Kadang kalau pas iseng-iseng buka sosmed archive, sering saya terkikik geli, menyadari betapa nggak penting dan memalukannya postingan-postingan saya jaman dahulu. Bisa dibilang nggilani hehe..

Disadari atau tidak, hadirnya sosmed membuka banyak peluang. Peluang untuk eksis, memulai dan mengembangkan bisnis, sekadar untuk menyambung tali silaturahmi dan silaturrahim, menambah wawasan dan pengetahuan, dan ada yang tidak kalah penting, yaitu untuk ajang pamer lebay bombay.

Kembali kepada niat awal ketika membuat akun sosmed. Seiring berlalunya waktu, niat bisa berubah. Baik perubahan ke arah positif atau negatif. Masih bermanfaatkah sosmed dalam kehidupan kita? Jika ya, lebih banyak positif atau negatifnya? Jika lebih banyak negatifnya, ya lebih baik kita tinggalkan?

Meski masih eksis di sosmed, saya pribadi sangat menghargai dan menghormati mereka yang memilih untuk menutup akun sosmednya, atau bahkan memilih untuk tidak punya akun sosmed sama sekali. Yang saya tahu, biasanya karena alasan privacy. Alasan lainnya, bagi mereka sosmed tidak banyak memberi manfaat, justru malah menimbulkan mudharat. 


Bijak menetapkan batas antara ranah publik dan ranah privat.

Mengumbar tiap detil kehidupan pribadi ke ruang publik, baik online maupun offline, rasanya merupakan suatu keputusan yang kurang bijak. Dari segi keamanan juga sangat tidak dianjurkan. 

Saya kembali membuka sosmed saya, yang memang saya sengaja saya tutup beberapa lama, baru kali ini saya membuka kembali. Alhamdulillah, saya sebisa mungkin mencoba selektif dalam memilih teman, strict dalam mengatur privacy setting, bijak dalam mempublish kebahagiaan, juga kesedihan di sosmed. Pastikan timeline sosmed kita membentuk pola pikir yang positif lagi produktif, dan bukan sebaliknya. 

Jika kita selalu mempublikasikan kehidupan kita, yang seharusnya kita sembunyikan atau masalah pribadi yang tidak seharusnya kita umumkan, lalu bagian mana yang privasi? Apa yang tersisa untuk diri kita sendiri?

Rethink before posting.

Apa-apa yang saya publish di sosmed dan blog, sudah melewati berbagai pertimbangan.

“Perlukah?”

“Bermanfaatkah?

“Apa tujuan saya memposting ini?”

“Sudah pasti benar dan valid kah?”

“Sudah siapkah saya dengan reaksi orang lain?”

Baru deh, bismillah.. Klik send.

Ada hal-hal yang boleh bahkan perlu dimunculkan di ruang publik, ada hal-hal yang cukup kita dan orang-orang terdekat saja yang tahu. Tidak semua harus kita tunjukkan pada dunia. Kegundahan, suka cita, impian, keluh kesah, pengharapan. Mari kita simpan untuk diri kita pribadi.

Karena sekarang kalau saya melihat teman saya yang bernama wanita lagi nyetatus di sosmed masih suka lebay minta ampun tuh, kadang geli sendiri bacanya, apa-apa di publikasikan lewat status sosmed dan bbm, norak sih iya, cuma satu yang gak pernah dipublikasikan sam si wanita ini, yaitu kalau pas lagi kencan sama lelaki simpanannya. Apa lagi kalau sudah tidur dengan selingkuhanya, wanita ini hanya menulis status di sosmed atau di bbm begini, "Alhamdulillah atas semuanya ya robb...", yaelah..., abis mengkhianati suaminya berucap syukur apa gak wanita edan, gendeng itu namanya. Ya bagus sih cuma selingkuh saja yang gak di umbar di sosmed. Nyadar kali ye. Tapi jujur saya emang gemes sama nih orang, pakaian berjilbab tertutup abis, tapi kelakuanya begitu banyak laki-laki yang di nikmati jadi selingkuhanya. Amit-amit jabang baby. Tapi kalau yang lain-lainya tetap lebay bombay selalu publikasi di sosmed.

Seharusnya biarlah bahagia itu kita yang rasa, tidak perlu diumumkan kemana-mana. Biarlah hidup kita tetap menjadi milik kita seutuhnya, tanpa intervensi dari mereka yang tidak tahu apa-apa tentang diri kita. Biarlah sisi lain dari kita menjadi rahasia kecil kita bersama Allah. Tak perlu seluruh dunia harus tahu.

“Cukuplah Allah yang tahu doa-doa terbaik kita. Tidak perlu orang sejagad tahu.
Cukuplah Allah yang tahu amalan-amalan terbaik milik kita. Tidak perlu seluruh dunia tahu.
Pun cukuplah Allah yang tahu keluh kesah, gundah gulana, masalah hidup kita. Tidak perlu semua orang tahu.
Kita tidak perlu menjelaskan panjang lebar. Itu kehidupan kita, tidak perlu siapapun mengakuinya untuk dibilang hebat. Kitalah yang tahu persis setiap perjalanan hidup yang kita lakukan.
Karena sebenarnya yang tahu persis apakah kita itu keren atau tidak, bahagia atau tidak, tulus atau tidak, hanya diri kita sendiri. Kita tidak perlu menggapai seluruh catatan hebat menurut versi manusia sedunia.
Kita hanya perlu merengkuh rasa damai dalam hati kita sendiri.”

Jadi pribadi yang misterius itu seru, lho. Seseorang yang tersembunyi, sukar ditebak, teguh memegang prinsip dan tidak mudah terbawa arus di era serba latah ini, adalah anugerah tersendiri. 

Aku Rindu