Pernahkah terbesit rasa jengkel, sakit hati, emosi dalam benak dan
hati kita ketika orang-orang di sekitar bersikap, berkata, dan berpikir
tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan? Bahkan terkadang mereka
terkesan acuh, ketus, angkuh dan seakan-akan tidak peduli dengan
keberadaan kita.
"Kenapa dia kok gitu ya ke aku?" mungkin itulah
pertanyaan yang seringkali muncul di dalam pikiran kita saat kita
menjumpai hal-hal itu. Kejadian seperti itu ada di sekitar kita, dan
bisa jadi keadaan seperti itu kerap kita temui dalam kehidupan kita
sehari hari. Tak jarang pula pasangan suami istri yang sudah lama
membina rumah tangga pun sering mengalami kondisi yang tidak
menyenangkan ini.
Ketika kita mengalami sikap tidak menyenangkan
dari orang lain terhadap diri kita, jangan terburu-buru menghakimi dan
mengambil kesimpulan negatif terhadap orang lain. Yang pertama kali
harus kita lakukan adalah merenung dan koreksi diri sendiri. Sebaiknya
pertanyaan dalam pikiran kita harus diubah menjadi "Apa yang salah ya
dengan aku?"
Karena dengan begitu, kita akan berusaha memacu
memori dalam otak untuk mengingat serta mengulas kembali hal apa saja
yang pernah kita lakukan dan kita berikan kepada orang lain. Bisa jadi
hal-hal itu yang membuat mereka bersikap tidak menyenangkan dan di luar
harapan kita.
Mungkin kita pernah menyakiti mereka dengan
kata-kata yang kasar ketika mereka berbicara dengan lembut kepada kita.
Mungkin kita pernah mengabaikan sapaan seseorang yang diberikan dengan
ramah terhadap kita. Mungkin kita juga pernah menolak dengan kasar
ketika seorang teman meminta bantuan dari kita. Atau mungkin yang lebih
ekstrim, kita pernah mencaci maki orang lain dengan kata-kata kasar
padahal orang tersebut hanya melakukan sedikit kesalahan kepada kita.
Bisa jadi hal-hal
tersebut sudah kita lupakan, tapi bagi orang lain, bisa jadi terus
terekam menjadi sakit hati yang berkepanjangan. Sehingga dalam benak dan
ingatan, mereka memandang kita sebagai sosok yang buruk, tempramental,
judes, angkuh, pelit dll.
Tentu saja reaksi negatif akan
diberikan ketika mereka berjumpa dengan kita, walaupun, semua itu telah
berlalu sekian lama. Bisa jadi juga kita pun akan berbuat demikian jika
kita mendapat perlakuan tidak baik dari orang lain.
Oleh karena itu, ada kalanya kita membutuhkan self-esteem
atau renungan untuk memahami diri sendiri, untuk memahami siapa diri
kita. Segala sesuatu yang terjadi di sekitar kita selalu bersifat
relatif. Karena baik menurut kita belum tentu baik pula menurut orang
lain.
Saat kita sudah memahami siapa diri kita, maka kita akan
lebih bisa mengontrol diri dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial.
Kita lebih mengerti orang lain, tidak hanya berusaha memaksakan kehendak
atau menonjolkan diri.
Jika kita ingin mendapatkan respon yang
positif dari orang lain maka mulailah belajar bagaimana cara untuk
menghargai dan menghormati orang lain. Segala sesuatu bisa kita mulai dari diri kita sendiri. Gak
perlu muluk-muluk ingin mengubah dunia, mulailah dengan merubah dirimu
sendiri. Kita tidak akan pernah berhasil
mengubah seseorang jika kita sendiri tidak mau mengubah diri kita.
Karena segala sesuatu yang kita peroleh dan kita jalani, baik atau
buruknya dimulai dari diri kita sendiri.
Ingin melihat lebih banyak kebaikan di dunia? Berbaik
hatilah. Mulailah berkata-kata yang baik. Berpikir yang baik.
Berkelakuan yang baik. Kebaikan itu menular loh. Orang yang menerima
kebaikanmu akan meneruskannya kepada orang lain sehingga semakin banyak
orang berbuat baik.
Apa yang bisa kamu lakukan untuk menjadikan dunia lebih baik? Dan yang terutama orang-orang di sekitar kita dulu dech.