Mar 4, 2015

Melepaskan

Perempuan itu (mungkin) belum genap satu tahun menjadi istrinya. Baru sekitar satu minggu yang lalu melahirkan buah hati mereka. Takdir berkehendak lain, istrinya kemudian sakit, terkena demam berdarah, sempat kritis, sempat (pula) membaik, akan pulang ke rumah. Namun, di hari rencana kepulangannya dari Rumah Sakit, Izrail menjalankan titah Rabbnya. Mereka harus berpisah.

Kemarin (mungkin) banyak yang tidak mampu menahan haru karena menyaksikan bayi malang yang belum tahu apa-apa ditinggalkan ibunya, untuk ‘selama-lamanya’.

Tentang laki-laki ini. Saya tidak habis pikir, terbuat dari apa hatinya, setidaknya dari yang saya saksikan. Merawat jenazah sang kekasih hati, mengantarkan istri ke tempat peristirahatan terakhirnya, hingga menutupi pusara dengan sekop demi sekop tanah yang memisahkan raga mereka. Tanpa air mata.

Sepertinya benar kata orang bijak, bahwa cara terbaik menghadapi kesedihan adalah justru dengan menghadapinya. Jika sebab kesedihan adalah kepergian (kematian), maka cara terbaik menghadapinya adalah dengan melepaskan. Kita tidak pernah tahu kapan ajal akan menjemput. Oleh karena itu, selain memastikan diri selalu dalam keadaan terbaik sebagai hamba, sebab bisa saja hari ini giliran kita yang dijemput Izrail, kita harus menyiapkan hati untuk melepaskan kepergian .

Melepaskan mengajarkan makna kepemilikan yang sesungguhnya. Di dunia ini,semenjak lahir, kita tidak pernah memiliki apapun. "Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur." (QS. An-Nahl : 78).  Maka, jika ada yang hanya menemani sebentar perjalanan hidup ini, bukankah kita juga termasuk yang sebentar menemani perjalanan hidup orang lain?

Pada saatnya, bahkan, kita akan dipaksa untuk belajar melepaskan. Agar semakin mau memahami bagaimana simpul takdir bekerja. Kepergian orang-orang yang dicinta tidak selalu melemahkan, bisa menjadi cara Tuhan agar kita semakin tegar. Dia, MahaTahu tentang kita melebihi pengetahuan kita sendiri.



Aku Rindu