Malam ini, boleh aku berkata rindu? Meskipun kita sudah
mustahil untuk bertemu, setidaknya aku masih bolehkan untuk melibatkan namamu
dalam sepertiga malamku?
Perihal luka sudah aku serahkan kepada Sang Maha Penyembuh.
Kamu tak usah merasa bersalah. Sebab, masing-masing dari kita memang punya
kesalahan yang sama.
Maaf, jika dalam percapakan panjangku kepada Tuhan selalu
saja tentangmu. Bukan bermaksud untuk tidak menerima kehendak-Nya, hanya saja
aku masih belum terbiasa meniadakan segala tentangmu dalam semestaku.
Merelakan juga butuh proses yang sangat panjang. Proses yang
selalu membuatku babakbelur karena dihajar rindu. Aku di sini sendirian memeluk
rindu ini. Kesakitan, tanpa ada penawar yang bisa menyembuhkan luka.
Malam ini, boleh aku berkata rindu? Setidaknya sekali saja
dengarkan suara hatiku. Pulanglah walau hanya bersinggah. Hatiku sudah
terlampau rindu, aku kesulitan jika harus memeluk rindu ini sendirian.
Malam ini, boleh aku menemuimu? Setidaknya dalam mimpiku.
Datanglah walau hanya dalam alam bawah sadarku. Nanti akan aku ceritakan
hari-hari tanpamu, ada banyak kisah yang terlewatkan setelah kepergianmu.
Maaf, jika aku masih saja tak bisa melupakanmu. Sekeras apa
pun usaha untuk melupakanmu, pada akhirnya usahaku akan selalu terbentur dengan
rindu.
Malam ini, boleh aku mendoakanmu? Meskipun pesanku tak
pernah sampai pada rumah hatimu, namun ada Tuhanku yang dalam lisanku akan
senantiasa menyampaikan pesan rindu ini kepadamu.
Semoga Sang Maha Penyembuh lekas memberikan penawar luka
yang aku derita. Karena aku tak tahu lagi harus kemana mencari obatnya selain
mendekatkan diri kepada-Nya.
Malam ini aku ingin sendiri, tenggelam dalam sunyi sembari
memperbaiki hati yang telah kau hancurkan bertubi-tubi.