Perihal mencintai, kita akan selalu berimajinasi soal
perasaan. Kita hanya mengucapkannya secara verbal, dan menunjuk ke dada sebagai
pembuktian. Meski kita meluruskan telunjuk pada hati, nyatanya menyatakan cinta
itu turun dari benak hingga keluar lewat ucap.
Tentu saja, cinta tak hanya berdengung dalam awang-awang.
Cinta juga perlu turun ke dalam akar yang mendalam, lewat detak jantung dan
desiran darah. Lewat permukaan tubuh ini, nyatanya cinta dapat diolah dan
dimengerti oleh kejiwaan manusia secara paripurna. Akan ada suatu kali, bahwa
cinta membutuhkan sebuah afeksi ; sentuhan, yang melalui setiap jengkal
kulitmu, yang membuat kau akan menerjemahkan cinta dari sudut yang lain lagi.
Hanya perlu kau tahu, tubuhmu adalah privasimu. Di setiap
incinya, ada berjuta-juta rahasia yang kau simpan dari balik permukaannya.
Sebagai suatu bagian dari milikmu yang kau jaga bertahun-tahun, suatu saat kau
akan membagi wilayah pribadimu pada seseorang yang menurutmu kau cintai.
Adalah sebuah pertaruhan, apakah seseorang yang kau cintai
itu pantas untuk kau percayai? Ketertarikan adalah musabab dari segala bentuk
pertemuan ragawi yang nantinya tak dapat kau hindarkan. Apakah kau yakin akan
mengusik rasa risih dan ingkarmu hari itu, dimana bagian demi bagian dari
privasimu kau bagi?
Hanya entah, selain manusia itu saja yang tahu. Darah akan
berdesir, jantung kian berdetak, hingga benak akan berdebur-gelombang bila kau
sudah percayai seseorang itu untuk ada dan bernafas di setiap jengkal kulitmu.
Hanya bisa kusemogakan bahwa dialah yang semestinya terbaik untukmu ; cinta
yang perhitungannya meleset hanya akan semakin membuat menderita, terutama bila
sudah menyentuh dan bersentuhan. Semoga itu tidak terjadi, atau lebih baik
tidak usah dilakukan sama sekali.
Karena setiap jengkal dari tubuhmu, dirimu, itu berharga.