Kita bertemu atas nama
kebetulan. Kebetulan saja kamu datang, kebetulan saja kita berbincang. Lalu
berikutnya, kita menjelma sebagai sepasang yang tak ingin dipisahkan.
Menertawakan apa
saja, membincangkan yang tak pernah biasa saja. Kita jatuh cinta secara
bersamaan. Kau meminta hati dan aku memberi. Kau menggenggam erat tangan ini
dan aku tidak keberatan sama sekali.
Lalu senyum kita
nyata berkembang. Menyusuri setiap jalanan kota kita dengan perasaan yang
sempurna bahagia. Merekam jejak-jejak kaki yang enggan untuk berhenti.
Tak jarang aral
melintang datang menghampiri, namun kita tetap berdiri pada satu kaki. Atas
badai yang kerap kali menimpa, tak ada yang tak bisa kita lalui.
Berkompromi
dengan hati, bernegosiasi dengan ego masing-masing. Berhenti saling menyalahkan
dan tetap bersisian.
Bagaimana bisa
aku melupa kisah yang begitu menyenangkan? Kenangan yang sama sekali tidak
ingin aku hilangkan. Aku ingin terus mengenang meski kini kita tak lagi
bergandengan.