Dec 19, 2017

Pencitraan

Sebenarnya apa yang salah dari pencitraan? Mengapa setiap dihadapkan dengan kata tersebut kesannya selalu negatif? Kesannya membentuk citra yang bukan dirinya sendiri, padahal belum tentu begitu. Bisa saja yang sedang seseorang tampilkan adalah sisi yang ingin ia nampakkan di depan seseorang, di suatu kondisi tertentu atau di tempat yang ia inginkan untuk mempertontonkan sisi ia yang lain – yang mungkin saja berbeda dengan sisi yang ia perlihatkan di tempat lain. Bukan berarti menjadi sosok yang bukan dia, hanya saja menyembunyikan yang tidak ingin ia bagi dan menampilkan apa yang ingin ia perlihatkan.

Kalau ditelisik dari arti katanya sendiri, pencitraan berasal dari kata baku citra dengan penambahan awalan dan akhiran. Secara keseluruhan merupakan suatu kegiatan membentuk citra mental pribadi atau gambaran sesuatu. Sayangnya, sering salah arti. Seolah pencitraan adalah hal buruk di mana seseorang mengenakan topeng yang bukan dia, tetapi memakai topeng orang lain.

Semua orang berhak untuk melakukan pencitraan. Sah saja jika seseorang ingin mencitrakan dirinya sebagai orang baik, murah senyum, sering menemani ibu berbelanja ke pasar kemudian menjadi kuli panggul untuk ibu sendiri, atau rajin menabung kemudian celengan dicokel kembali menggunakan lidi. Sah saja jika seseorang ingin mencitrakan dirinya sebagai orang ketus, mahal senyum, keras kepala, arogan, dan sering membantu teteh-teteh warung sebelah untuk melayani pembeli agar mendapat secangkir kopi gratisan. Boleh saja. Kenapa tidak? Asal yang ia citrakan adalah ia yang sebenarnya, bukan malah mencitrakan apa yang tak ada pada dirinya hingga meminjam topeng tetangga. Kenakan topeng milik sendiri saja, kasarnya.

Tapi bagi saya, yang lebih penting dari pencitraan itu sendiri adalah bagaimana saya menempatkan diri. Menempatkan diri di satu circle. Membagi porsi apa yang mau ditampakkan, apa yang mau disembunyikan sama pentingnya. Karena tidak bisa juga menampilkan semua gamblang di depan umum. Makanya, saya pilih apa yang mau diperlihatkan. Biar mereka yang dekat dalam arti sebenarnya yang tahu baik, buruk, menggemaskan, menyebalkannya saya. Mereka yang sekedar tahu, biar saja tahu sebatas permukaan. Menerka-nerka ada apa saja di dasar dan menebak kira-kira berapa kedalaman. Jadi, intinya pandai-pandailah menempatkan diri. Bukan mengcover diri menjadi orang lain. Jelas beda. Hanya saja, tampakkan yang mau diperlihatkan. Sembunyikan apa yang tidak mau dipertontonkan.

Aku Rindu