Sep 10, 2015

Wanita Adalah Makhluk Yang Cantik

Tak bisa dipungkiri kalau wanita adalah makhluk yang cantik. Entah itu fisiknya atau kepribadiannya atau mungkin juga kedua-duanya.

"Kampanye" inner beauty memang banyak didengungkan yang intinya wanita disebut cantik jika punya kepribadian yang baik dan unggul. Tapi sejauh mana "kampanye" itu berhasil di dunia nyata?

Saya malah melihat kebalikannya, paling tidak itulah yang saya amati dari tren yang berkembang di tempat saya sekarang berdomisili. Kecantikan fisik begitu diagungkan hingga poster-poster salon kecantikan mendominasi papan reklame di tempat umum.

Dalam poster-poster itu digambarkan wanita harus punya kulit putih mulus tanpa noda, tanpa bulu, bersinar dan tanpa pori (invisible pores). Dengan kecanggihan teknologi kecantikan jaman sekarang, hal-hal di atas memang tak mustahil diwujudkan. A piece of cake! Tentu saja diperlukan dana yang tidak sedikit tapi kenyataannya para wanita (berduit tentunya) berbondong-bondong memenuhi salon-salon mahal tersebut. Kecantikan bisa dibeli (walau mahal).

Bukan hanya kecantikan kulit dan wajah saja yang bisa terbeli oleh uang, jika mereka merasa wajahnya atau bentuk tubuh kurang proporsional mereka bisa pergi ke luar negeri untuk operasi plastik. Biasanya negara yang dituju adalah Korea Selatan karena biaya permak di sana relatif murah atau ke Jepang, tergantung selera.

Soal wajah yang proporsional digambarkan bahwa wanita harus bermata besar dengan hidung mancung dan bibir berisi. Mereka sedang berusaha membuat diri mereka terlihat mirip dengan wanita-wanita ras Kaukasia. Ada juga yang mengikuti tren doll face, mata belo, hidung dan bibir mungil ala Jepang.

Tak hanya wajah, tubuh pun tidak lolos permakan. Iklan yang tiap menit berseliweran secara perlahan mencuci otak para wanita tentang bentuk tubuh yang ideal. Cuci otak mungkin istilah yang terlalu ekstrim tapi itulah kenyataan yang terjadi.

Wanita berlomba-lomba berdiet untuk mendapatkan tubuh yang langsing. Kalau diet makanan tak berhasil, mereka lari ke obat-obatan yang sialnya dijual bebas di toko-toko obat, jenisnya pun tidak sedikit.

Jika obat-obatan tidak mempan, operasi sedot lemak jadi pelarian. Ya asal ada uang, apapun bisa tercapai. Secantik apapun image yang ingin dicapai dengan mudah didapatkan.

Di sini saya tidak ingin membahas resiko operasi plastik atau kebangkrutan finansial demi menuruti "cantik". Namanya juga mengubah bentuk asli pasti banyak resiko di dalamnya. Sudah banyak cerita tentang operasi yang gagal kan?

Saya ingin hanya penasaran dengan orang-orang seperti itu. Jika Tuhan menciptakan tiap manusia (wanita dalam hal ini) unik dan tiada dua, lalu kenapa mereka (yang mengikuti tren) malah ingin terlihat seperti orang lain?

Kalau bisa jadi diri sendiri as God intended us to be, why trying so hard to look like somebody else we're not? Apakah kepercayaan diri mayoritas wanita separah itu?

Jadi, banggalah menjadi diri sendiri. Karena kecantikan yang sesungguhnya adalah kecantikan yang natural dan kepribadiannya, dan itulah kebahagiaan yang kalian punya belum tentu dimiliki orang lain.

Aku Rindu