Oct 22, 2018

Aku Dan Kamu Masih Sama

Ini tentang aku dan janji yang harus kutepati demi bahagiaku sendiri. Janjiku untuk tak lagi membawa rasa pada apa-apa yang ada aku dan kamu di dalamnya.
Ini tentang janji yang terucap begitu saja, seperti air yang melewati daun talas, yang saat itu memang tak berbekas. Hingga kemudian ia jatuh menyentuh tanah kering yang tengah merindukan hujan. Setetesnya mampu memberi kabar gembira pada berpuluh tanaman, dan pada hati yang baru dikungkung muram.
Ini tentang aku yang kemarin terluka karena membawa rasa pada yang bukan tempatnya. Aku yang pernah menangis pilu seperti bayi yang menginginkan air susu sang ibu. Aku yang pernah mengutuk dinding-dinding kamar karena tak kunjung menjawab tanya yang kerap terlontar.
Percayalah, aku pernah sejatuh itu karena berhati batu. Tak mau peduli pada fakta bahwa kau memang baik pada semua wanita. Aku pernah selelah itu, berulang kali mencari alibi agar tak ada ruang bagi rasa yang kubawa untuk disalahkan, dan agar aku dapat terus menyulam harapan.
Kuceritakan ini bukan untuk kautertawakan. Setidaknya kau harus paham, bahwa ada wanita yang kerap menyebut namamu dalam diam. Dulu. Karena sekarang, namamu sudah kuungsikan, kupindahkan pada ruang bernama kenangan.
Sekali lagi, ini tentang aku dan janjiku. Sengaja kuceritakan karena kini kau kembali datang. Masih dengan mata yang sama teduhnya, dan senyum yang sama hangatnya. Namun, aku tak ingin jatuh di tempat yang sama. Tak akan lagi, aku membawa rasa pada setiap sapa, menyulam harap pada setiap tatap.
Aku dan kamu, kita, masih sama. Masih bukan siapa-siapa.

Aku Rindu