Persiapan melakukan
apapun adalah awal dari keberhasilan. Apalagi untuk sebuah pernikahan, momen
besar dalam kehidupan seorang laki-laki dan seorang perempuan. Momen besar bagi
mempelai laki-laki karena ia akan bertambah amanah --dari tanggung jawab atas dirinya
sendiri menjadi tanggung jawab terhadap sebuah keluarga. Ia akan menerima
limpahan perwalian seorang perempuan dari ayah atau wali yang lain.
Bagi
seorang perempuan momen besar itu lebih luar biasa lagi. Ia akan mempersilakan
seorang laki-laki yang tadinya bukan siapa-siapa, untuk memimpin dan menampingi
dirinya. Kerelaan yang sungguh luar biasa. Untuk sebuah peristiwa bersejarah
itulah laki-laki dan perempuan hendaknya memiliki kesiapan diri secara mental
spiritual, selain tentu saja persiapan secara konsepsional, fisik, material dan
sosial.
Dalam tulisan ini, saya hanya akan membahas tentang persiapan mental
menjelang pernikahan.
Persiapan Mental, Seperti Apakah?
Banyak pemuda yang
merasa belum memiliki kesiapan mental, sehingga merasa belum siap untuk
menikah. Sesungguhnya, kesiapan secara mental ditandai oleh mantapnya niat dan
langkah menuju kehidupan rumah tangga. Tidak ada rasa gamang atau keraguan
tatkala memutuskan untuk menikah, dengan segala konsekuensi atau resiko yang
akan dihadapi paska pernikahan.
1. Mental Memimpin dan
Dipimpin
Jika anda seorang laki-laki, harus ada kesiapan dalam diri anda untuk
bertindak sebagai qawam (pemimpin) dalam rumah tangga. Bersiap menjadi pemimpin
dan pelindung bagi isteri dan anak-anak, bersiap untuk berfungsi sebagai bapak
bagi anak-anak yang akan lahir nantinya dari pernikahan.
Harus ada kesiapan
dalam diri anda untuk menanggung segala beban-beban kepemimpinan yang
disebabkan oleh karena posisi anda sebagai suami dan bapak. Misalnya saja siap
untuk menjadi contoh teladan yang baik bagi isteri dan anak-anak, siap untuk
membimbing isteri dan anak-anak menuju surga, siap untuk berlaku bijak dalam
interaksi dengan isteri dan anak-anak.
Bagi seorang perempuan, harus ada
kesiapan dalam diri untuk membuka ruang baru bagi intervensi seorang mitra yang
bernama suami. Kesiapan untuk mengurangi sebagian otoritas atas diri sendiri
lantaran kemitraan dengan suami dalam kebaikan. Harus ada kesiapan dalam diri
anda untuk menyediakan ruang “dipimpin” oleh suami. Sebagai isteri, anda akan
mengelola rumah tangga bersama suami. Bagaikan pilot dan co-pilot tatkala
menjalankan tugas mengendalikan penerbangan, anda berdua harus kompak dan
memiliki kesamaan visi sehingga pesawat bisa terbang dengan nyaman dan aman
hingga sampai tujuan.
2. Mental Menafkahi
dan Mengelola Keuangan
Bagi kaum laki-laki, harus ada kesiapan mental untuk
menafkahi seluruh anggota keluarga. Bukan semata terkait besaran finansial yang
telah dan akan dimiliki, yang lebih penting adalah memiliki kesiapan mental untuk
menanggung beban kehidupan finansial seluruh anggota keluarga. Mentalitas ini
ditunjukkan dengan etos kerja yang tinggi dan sikap pantang menyerah dalam
mencari rejeki yang halal. Memiliki semangat yang tinggi untuk mencari
penghidupan yang layak bagi keluarga.
Bagi perempuan, boleh saja bekerja
mencari nafkah bagi keluarga, namun harus mempertimbangkan tugas untuk
melakukan pendidikan anak dan mengelola aktivitas rumah tangga. Sangat penting
untuk memiliki kesiapan mengelola keuangan, sehingga bisa tepat dalam
pembelanjaan dan menghindarkan dari kemubadziran serta pemborosan. Isteri
bersama suami harus mengelola keuangan rumah tangga dengan cermat, hemat dan
tepat.
3. Mental Menjadi
Bapak dan Ibu Rumah Tangga Sebagai suami, anda adalah bapak rumah tangga. Harus
memiliki kesiapan mental untuk menjadi bapak, disebut sebagai bapak, dan tentu
harus memiliki sejumlah ketrampilan teknis dalam mengelola urusan renik-renik
berumah tangga. Bukan hanya soal memimpin dan mencari nafkah, namun juga harus
bisa mengerjakan aneka kegiatan kerumahtanggaan. Kesiapan untuk mendidik
anak-anak dan menghantarkannya untuk mencapai kebaikan dan kesuksesan hidup
dunia akhirat.
Jika anda seorang isteri, anda adalah ibu rumah tangga. Harus
ada kesiapan mental untuk menjadi ibu, disebut sebagai ibu, kesiapan untuk
hamil, melahirkan dan menyusui. Kesiapan untuk menanggung beban-beban baru yang
muncul akibat hadirnya anak. Kesiapan untuk mendidik anak dan menghantarkannya
sampai dewasa. Tentu saja harus pula memiliki sejumlah ketrampilan praktis
kerumahtanggaan.
4. Mental Membangun
Keseimbangan dalam Kebaikan Jika anda ingin mendapat pasangan yang baik,
jadikan diri baik terlebih dahulu. Jika ingin mendapatkan isteri yang shalihah,
jadikan diri anda shalih terlebih dahulu, dan sebaliknya. Bagaimana anda
menuntut isteri anda sekualitas Fatimah, sedangkan anda sendiri tidak
sekapasitas Ali ? Bagaimana mungkin anda berharap isteri anda setabah Sarah dan
Hajar, sedangkan anda tidak sekokoh Ibrahim as ?
Jika ingin memiliki
suami yang setia, jadikan diri anda wanita yang setia. Jika ingin memiliki
isteri yang suci, jadikan diri anda laki-laki yang suci. Jika ingin mendapatkan
pasangan hidup yang menjaga kehormatan diri, jadikan anda orang yang menjaga
kehormatan diri. Mulailah dari diri anda sendiri, jangan hanya menuntut
pasangan anda melakukannya.