Hari ini harus lebih indah
dari kemarin. Lihatlah kedepan, jangan menoleh kebelakang lagi, begitu kata
pepatah tempoe doelu. Emang benar, saat menatap didepan mata, dibelakang sirna.
Didepan cahaya seakan tak pernah buram, selama kita optimis pada kata hati
bahwa esok hari masih ada sejuta harapan.
Saat benci bergema, saat itu pula rasa mengganjal diruang gerakku. Benci karena tak dapat menetralisir perasaanku tentang kesedihan, ketidakberdayaan hati dalam mengelantungkan harapan yang kuperjuangkan.
Ketidak berdayaan inilah yang membuat aku benci. Namun aku harus sedini mungkin menepiskan, melenyapkan dan meniupkannya jauh, sejauh angin berhembus dan tak ingin kembali mengusik keterlenaanku.
Saat benci bergema, saat itu pula rasa mengganjal diruang gerakku. Benci karena tak dapat menetralisir perasaanku tentang kesedihan, ketidakberdayaan hati dalam mengelantungkan harapan yang kuperjuangkan.
Ketidak berdayaan inilah yang membuat aku benci. Namun aku harus sedini mungkin menepiskan, melenyapkan dan meniupkannya jauh, sejauh angin berhembus dan tak ingin kembali mengusik keterlenaanku.
Benci tak ingin
merayap kedinding sukma yang mengotori jiwa putih seputih melati, merubah
merahnya hati menjadi mati. Aku tak punya hasrat begitu. Hasrat yang ingin
kukubur layu yang tak mampu menumpahkan segala perhatian yang berisikan cinta
kasih yang seharusnya aku peluk dan kurengkuh.
Saat benci karena merasa diriku bukanlah hambaNYA yang kurang mensyukuri kenikmatanNYA yang kureguk. Kekurangan yang membelenggu masih jauh dari kelebihanku yang enggan menundukan mata dan hatiku mendengar keindahan NamaMU.
Karena benci itu pula aku ingin menyapihnya menjadi benar-benar cinta atas karuniaNYA pada diriku dan pada kasihku. Bahwa benar-benar cinta dapat merubah segala-galanya menjadi indah dan mudah menjalani hari yang penuh pernak-pernik dengan nuansa cinta sang Maha Cinta.
Beginilah sekelumit benci” benar-benar cinta” yang aku rasakan saat ini yang mampu untuk berdiri kukuh dan tak bergoyang oleh angin mamiri yang kupasang.
Saat benci karena merasa diriku bukanlah hambaNYA yang kurang mensyukuri kenikmatanNYA yang kureguk. Kekurangan yang membelenggu masih jauh dari kelebihanku yang enggan menundukan mata dan hatiku mendengar keindahan NamaMU.
Karena benci itu pula aku ingin menyapihnya menjadi benar-benar cinta atas karuniaNYA pada diriku dan pada kasihku. Bahwa benar-benar cinta dapat merubah segala-galanya menjadi indah dan mudah menjalani hari yang penuh pernak-pernik dengan nuansa cinta sang Maha Cinta.
Beginilah sekelumit benci” benar-benar cinta” yang aku rasakan saat ini yang mampu untuk berdiri kukuh dan tak bergoyang oleh angin mamiri yang kupasang.
Benci itu bukan menyakiti hati
juga bukan penyakit
hati
benci itu hanya
sementara
singgah dan berlalu
begitu saja
jangan sampai melilit
jiwa
Benci
itu...benar-benar cinta nyata
diperjuangkan segenap
raga
hingga menutup mata
Begitulah hidup, cinta dan benci,
atau benci dan cinta, kalau tidak dijaga akan mematikan rasa yang telah dipupuk
sedemikian rupa akan lenyap tiada berbekas. Hati-hatilah menjaganya, jangan
sampai dibanting oleh cinta semu yang menjemukan dan meremukan pandangan mata
cinta.
Hari ini harus lebih
indah dari kemaren. Lihatlah kedepan, jangan menoleh kebelakang lagi,
begitu kata pepatah tempoe doelu. Emang benar, saat menatap didepan
mata, dibelakang sirna. Didepan cahaya seakan tak pernah buram, selama
kita optimis pada kata hati bahwa esok hari masih ada sejuta harapan.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/dwiwit/saat-benci-bergema_552a08446ea834cb4f552d10
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/dwiwit/saat-benci-bergema_552a08446ea834cb4f552d10