Pernahkah menatap orang-orang
terdekat saat ia sedang tidur?
Saat itulah muncul ekspresi paling wajar dan paling jujur dari seseorang.
Perhatikanlah ayah saat beliau sedang tidur. Sadarilah, betapa badan yang dulu
kekar dan gagah itu kini semakin tua dan ringkih, betapa rambut-rambut putih
mulai menghiasi kepalanya, betapa kerut merut mulai terpahat di wajahnya.
Orang inilah yang tiap hari bekerja keras untuk kesejahteraan anak-anaknya.
Orang inilah yang rela melakukan apa saja demi anak dan istrinya.
Sekarang, beralihlah. Lihatlah ibu. Kulitnya mulai keriput dan tangan yang dulu
halus membelai-belai tubuh bayi itu kini kasar karena tempaan hidup yang keras.
Ibulah yang tiap hari mengurus kebutuhan anak. Orang inilah yang paling rajin
mengingatkan, semata-mata karena rasa kasih dan sayang. Dan sayangnya, itu
sering disalah artikan.
Tataplah wajah orang-orang tercinta itu: ayah, ibu, suami, istri, kakak, adik,
anak, sahabat, semuanya. Rasakanlah.
Energi cinta mengalir pelan-pelan saat menatap wajah lugu yang terlelap itu.
Rasakanlah getaran cinta yang mengalir deras ketika mengingat betapa banyaknya
pengorbanan yang telah dilakukan orang-orang itu untuk kebahagiaan kita.
Pengorbanan yang kadang tertutupi oleh kesalahpahaman kecil yang entah mengapaa
selalu terlihat besar.
Pengorbanan itu tampak lagi melalui wajah-wajah jujur saat sedang tidur.
Pengorbanan yang kadang melelahkan namun enggan mereka ungkapkan. Untuk siapa
dia berlelah-lelah?
Kembalikan
kasih yang terlupakan pada mereka saat masih ada waktu, sebelum kehilangan
kesempatan. Maafkanlah diri sendiri, yang tidak pernah tahu diri, sebelum
hilangnya kesempatan untuk memaafkan diri sendiri.
Cukuplah
hanya menangis jika esok hari mereka “orang-orang terkasih itu” tak lagi
membuka matanya, selamanya….