May 23, 2015

Kenapa Harus Saya ?

Aku lelah, Tuhan

Bukannya saya tidak bersyukur. Tapi menoleh kesana kemari dan menemukan ironisnya kehidupan membuatku lelah. Apakah ini fiksi atau realita? Benarkah ini kehidupan, bukannya mimpi? 

Kenapa harus saya, ya Tuhan?

Bukannya saya menggugat. Tetapi, bukankah belakangan, justru orang jahatlah yang berhasil. Yang sukses. Yang gemilang. Yang beruntung. Dipuja. Diberi penghargaan. Dihormati. Disanjung. Dibuat biografi. Dijadikan orang paling hebat. Disembah. Oh... ya Tuhan...

Aku lelah, Tuhan

Lihat, orang baik baik justru yang menderita. Yang dicampakkan. Dianggap sok suci. Dikucilkan. Dibuang. Diejek. Menjadi sampah. Ditertawakan. Dihina. Dituduh berdusta. Orang baiklah yang mengais-ngais sisa kehidupan dijalanan. Dipinggir tempat sampah. Direndahkan kastanya. Bahkan, terkadang, mereka tidak diberi hak untuk mati.

Tuhan, air mata mana lagi yang aku teteskan.
Kenapa harus saya yang melihat kemunafikan dalam kehidupan ini.
Kenapa harus saya yang meniup kecurangan mereka.

Kehidupan ini sudah kacau, Tuhan

Perbaikilah barang sedikit, Penguasa Alam. Tidakkah ini meyayat hati? Biarkan generasi masa depan melihat keindahan kehidupan, barang sehari. Biarkan aku melihat keindahan dan kedamaian. Sebentar saja, Tuhan. Sehari saja, setengah hari saja. 

Setengah hari saja, Tuhan

Setengah hari saja, kehidupan ini dipenuhi dengan kebaikan. Bisakah? Karena aku sudah lelah, Tuhan.
Terlalu lelah dan amat sangat lelah untuk meneteskan air mataku.....

Aku Rindu