May 20, 2015

Perempuan dan Kereta

sejak stasiun benar-benar menjadi stasiun, perempuan itu kehilangan banyak sajak

yang biasanya ia pungut tiap mendengar peluit kereta.

kini, tak ada sajak

karena kereta kebanyakan berisi isu, bukan rindu

tak lagi didengarnya cerita liris tentang harap atau mimpi-mimpi pagi

kereta yang datang di stasiun yang benar-benar jadi stasiun hanya mengantar kepura-puraan yang jumlahnya terus beranak-pinak

orang-orang yang turun dari gerbongnya memakai topeng yang sama;

kalut

sejak stasiun benar-benar menjadi stasiun, perempuan itu tak bisa lagi berlama-lama beralasan menunggu kereta

tiket yang ia punya tak banyak. dan kini, harga tiket cukup mahal untuk ditukar dengan sajak dari mimpi-mimpi lama

kemarin saja, bahkan para petugas loket tak menoleh saat ia ingin menukar tiket dengan sajak yang berisi cinta dari sebuah kota bernama setia.

setia? ulang petugas loket. kau mengada-ada, cinta dan setia sudah lama tak lagi berada dalam frasa yang sama. cobalah bawa sajak lain yang lebih berlogika, tambah petugas loket itu buru-buru.

ia mengisyaratkan agar perempuan itu segera berlalu.

jadi, kini perempuan itu tak bisa lagi menunggu kereta.

karena stasiun benar-benar menjadi stasiun.

dan sisa sajak yang ia punya, hanya tentang setia dan cinta yg masih dalam frasa yang sama.

Aku Rindu