Hidup adalah
sebuah pilihan dalam langkah-langkah, dan setiap pilihan memiliki resiko
memiliki konsekuensi, adalah hak yang hakiki bagi setiap orang untuk menentukan
pilihan terhadap jalan hidupnya, setiap orang juga bisa memilih untuk tidak
memilih, untuk abstain karena abstain pun juga suatu pilihan.
Orang
menjadi bahagia juga karena pilihan, seseorang menginginkan hidupnya bahagia,
ia memilih untuk menjadi bahagia. Karena setiap rasa damai dan kesejukan yang
diperoleh mustahil ada bila seseorang tidak mengundangnya masuk kedalam
bathinnya. Sebuah kebahagiaan mewakili cakupan yang luas, ia adalah hasil dan
pencapaian yang tertinggi dari proses pendalaman seseorang akan arti sebuah
pengalaman hidup yang panjang.
Kebahagiaan
sejati mencakup unsur kelegaan, kepuasaan bathin, ia mewakili semua rasa dari
ungkapan syukur, inilah yang menjadi tujuan setiap orang. Tidak ada lagi
keragu-raguan lagi disana, semua pintu ilmu, semua pintu pengetahuan telah di
buka, seseorang telah mencapai sesuatu yang terdalam sekaligus yang terluas
akan semua pencarian akan makna sepanjang hidupnya.
Inilah
puncak pencapaian, ketika semua pengetahuan dan yang diketahui telah menyatu,
inilah puncak dimana semua hakekat pemahaman dan cara pandang pribadi telah
melebur menjadi nilai-nilai ketenangan yang selaras dengan aroma kealamian
hidup.
Bahagia
bukan berarti bahwa seseorang tidak memiliki masalah. Setiap orang pasti
memiliki masalah. Namun adalah sebuah kacamata baru yang berbeda telah didapat,
Pencerahan bathin yang terus berkelanjutan terus membimbing bathin seseorang
dalam mengarungi arus hidupnya, sehingga membuat seseorang akan menjadi stabil
dalam shanti-nya yang mendalam, dalam rasa damainya yang tidak pernah terputus.
Inilah potensi terindah yang dapat dinikmati setiap orang.
Setiap
persoalan yang datang dalam diri seorang yang telah mencapai ketenangan yang
mendalam dapat berubah menjadi benih-benih bunga yang menunggu untuk disiram
air setiap benih persoalan akan tumbuh menjadi bunga warna-warni yang menghiasi
taman hati, mereka tidak lagi dipandang sebagai beban, tapi sebagai sebuah tantangan
sebagai batu ujian untuk menguji rasa ketenangan seseorang, untuk menguji
berapa dalam seseorang telah terserap dalam pusaran rasa kebahagiaannya. Inilah
sebuah persepsi yang berbeda yang bisa didapat.
Bahagia yang
hakiki terlahir karena pendalaman seseorang dari semua pengalaman, dari semua
makna yang ia dapat dari rangkaian panjang perjalanan hidupnya, mungkin orang
telah mencapai sukses secara materi, mungkin orang memiliki stamina yang baik
dengan tubuh fisiknya namun belum tentu ia merasakan apa itu kebahagiaan.
Kebahagian
adalah sebuah potensi terindah yang dapat diraih oleh setiap orang, namun untuk
mencapainya, seseorang mesti mengundangnya untuk datang masuk untuk datang
menghiasi hidupnya, menghiasi hari-harinya. Ketika seseorang memahami betul
siapa dirinya yang sesungguhnya, seorang pribadi yang mampu melepaskan diri
dari segala label identitas yang menutupi diri sejatinya. Ia akan semakin dekat
dengan rasa bahagia, kebahagiaan yang sejati. Kebahagian yang diperoleh karena
seseorang menyadari dirinya sendiri, kebahagiaan yang di peroleh karena
seseorang kenal dengan dirinya sendiri.
Dalam
kebijaksanaan kuno disebutkan, untuk kembali kepada inti diri yang sejati
diperlukan pengetahuan sejati pula. Yang semuanya hanya akan diperoleh karena akumulasi
karma baik. Untuk bersentuhan dengan kebenaran diperlukan banyak simpanan karma
baik. Namun semua perjuangan yang baik akan memperoleh nilai yang sepadan.
Kembali
menyangkut rasa bahagia, seseorang yang kebahagiaanya timbul bukan karena
sesuatu, maka kebahagiannya akan abadi. Jika seseorang merasakan bahagia karena
sesuatu hal maka ketika sesuatu itu telah menjauh ia akan berkurang rasa
bahagianya, rasa bahagianya akan menghilang, memudar. Yang seperti ini bukanlah
sebuah kebahagiaan sejati nan abadi. Sesuatu yang abadi dan sejati tidak akan
pernah luntur. ia akan tetap eksis sepanjang waktu.
Hidup memang
terus mengalami perubahan, usia tua, kebangkrutan kekayaan, kesehatan yang
menurun memang semuanya akan selalu akrab datang saling beriringan untuk
menyudutkan kesadaran setiap orang. Kematian akan memutus semua yang bersifat
materi. Namun kebahagiaan sejati yang terkandung dalam jiwa yang telah
mengalami pengetahuan akan abadi. Pengetahuannya akan butir-butir mutiara
kesadaran semakin meluas dan mencapai seluruh alam semesta. Sebuah jiwa yang
telah tenang, yang telah meraih kebahagiaan nan hakiki sewaktu masih hidup dan
memiliki tubuh kehidupan, terus berkembang berekspansi, menyatu dengan alam
semesta. Sebuah jiwa telah dibebaskan dan maut hanyalah menjadi sebuah media
antar waktu. Karena dalam setetes jiwa yang telah mengalami ketenangan dan
kedamaian nan hakiki, di situlah tahta sorga yang sesungguhnya berada.