Ada artis,
atau sebutlah dia istri pejabat. memamerkan koleksi sepatu dan tas bermerk
berharga ratusan ribu hingga ratusan juta di salah satu acara televisi swasta.
Ada acara,
meliput bagaimana tragisnya seorang nenek tinggal di gubuk reyot menghidupi
cucunya dengan menjadi buruh tani sedangkan suaminya tak bisa apa-apa karena
struk.
Ada beberapa
orang, rela mengantri untuk membeli handphone seharga motor. katanya itu
handphone yang mempunyai kualitas tinggi dan teknologi paling mutakhir.
Ada
pemulung, mengambil botol botol plastik yang dibuang orang secara sembarangan,
katanya ini bisa untuk menyambung hidup.
Ada orang
rela nonton konser idolanya dengan tiket jutaan rupiah, katanya kapan lagi
mereka datang ke Indonesia? tahun depan belum tentu!
Ada orang
pergi ke pasar malam bersama anaknya, bukan untuk bersenang senang, melainkan
menjadi ojek payung karena katanya malam itu akan turun hujan.
Indonesia,
adalah salah satu wilayah dimana kesenjangan sering terjadi. dan saya hidup
disana.
Bukan
berarti, artis yang punya koleksi barang mewah, orang yang mau membayar lebih
untuk nonton konser dan beli hape itu orang yang salah. bukan. mereka punya hak
untuk itu. setelah bekerja keras (entah yang bekerja keras ini orang tua atau
suami/istri atau dirinya sendiri), mereka berhak menggunakan uang yang mereka
dapat untuk sesuatu yang mereka inginkan.
Bukan
berarti juga, orang yang tinggal di gubuk reyot, atau jadi pemulung pasti
menderita. ya, mungkin memang mereka sedang berada pada titik kesusahan, namun
dibalik itu, senyum mereka adalah tanda bahwa mereka bersyukur masih diberi
kehidupan dan dapat menghargai kebahagiaan dengan cara sederhana.
Bekerja
keras dengan cara halal hingga menjadi kaya, menggunakan rizki yang didapat
sebijak mungkin, membantu sesama yang kekurangan, bersyukur untuk menghargai
kenikmatan, serta tetap menjalani hidup dengan sikap sederhana. hal ini dapat
kamu pelajari dari gabungan peristiwa tadi.
Ahh, andai teori ini segampang itu. mungkin tak akan ada lagi kesenjangan kale yee…..